32

7.2K 251 6
                                    

●●●

Alana terbangun tepat pukul 9 malam dengan sebuah bingkai foto dipelukannya. Ia mengerjapkan matanya lalu bangkit duduk seraya meletakkan bingkai tersebut di atas meja. Terhitung 3 jam lebih gadis itu tertidur setelah menangis cukup lama yang menyebabkan kedua matanya membengkak.

Ia kemudian keluar dari kamar menuju ruang keluarga lalu duduk di sebelah Dirga yang sedang menonton televisi. Menyadari kehadiran Alana, laki-laki itu spontan merangkul bahu adiknya itu.

"Biar gue tebak. Lo habis nangis, ya?" tanya Dirga menatap Alana dari samping.

"Hm." gumam Alana tidak membalas tatapan abangnya itu. Ia sibuk menggonta ganti siaran televisi yang menurutnya tidak ada yang bagus.

"Kenapa? Cerita sama gue,"

Alana menggeleng pelan, ia meletakkan kembali remote televisi di atas meja. "Udah lah, gue lagi nggak mau bahas masalah itu."

"Dimas?"

"Stop, Ga. Kalo lo udah tau jawabannya, gak usah ditanya lagi!" ucap Alana dengan nada marah.

Dirga sedikit terkejut mendengar nada bicara gadis itu. Tidak biasanya Alana marah seperti ini bila ditanya masalah Dimas.

"Gue cuma lagi capek bahas masalah itu. Gue capek. Capek banget." ucap Alana dengan tatapan kosongnya.

Dirga mencium kepala gadis itu, "gue yakin lo bisa lewatin semuanya. Gue tau lo cewek tangguh."

Alana mengalihkan pandangannya menatap Dirga yang ada di sebelahnya.

"Gue harap begitu."

•••

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam dan Alana masih setia membuka kedua matanya. Ia berdecak sebal karena tidur terlalu lama tadi sehingga menyebabkan dirinya tidak bisa tidur sekarang. Yang dilakukan gadis itu sekarang hanya mengubah posisi nya dari tengkurap, telentang kemudian kembali tengkurap. Begitu terus sampai badannya pegal sendiri.

Ia kemudian bangkit duduk lalu meraih ponselnya di nakas. Mendial sebuah nomor lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Halo..Sape nih?"

"Lo dimana?"

"Gue mau tidur,"

"Heh! Gue gak nanya lo lagi ngapain, yang gue tanya lo dimana, bang?"

"Lo sape sih?"

Alana mendengus keras. Biasanya Fiko langsung mengenali suaranya walaupun lewat telepon. Sedangkan saat ini, laki-laki itu malah menanyakan siapa dirinya.

"Gue setan yang lo gangguin semalem,"

"Hah? Sejak kapan gue gangguin setan?"

"Malah bahas setan. Ini gue, Alana!"

"Alana? Kok belum tidur?"

"Makanya gue telpon lo. Gue gak bisa tidur sekarang."

Kini kedua mata Fiko sudah terbuka seluruhnya saat mengetahui bahwa Alana yang meneleponnya.

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang