16

10.1K 364 3
                                    

●●●

Seusai kejadian tadi siang, Alana menjalankan mobilnya menuju sebuah cafe untuk mengisi perutnya. Ia duduk di samping jendela yang menampakkan pemandangan jalan raya di bawah. Setelah memesan, gadis itu meraih ponselnya lalu membuka room chat  bersama ketiga sahabatnya.


Alana : dmn lo pada?

Jasmine : gue lg siap siap buat party dong

Stefa : lg boker gue, sakit perut bgt

Alana : jorok bego

Ara : makan apa lo? cabe cabean?

Jasmine : si goblok

Stefa : bacot njir sakit nih perut gue

Alana kembali meletakkan ponselnya diatas meja kemudian menatap ke luar jendela. Kekosongan kembali menghinggapi dirinya. Ingatannya kembali kepada kenangan dahulu bersama Dimas, yang tidak akan pernah dilupakannya. Gadis itu tersenyum miris dengan tatapan kosong.

Suara pelayan mengejutkannya dari lamunan, ia tersenyum sambil mengambil pesanannya dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Selesai makan, kebosanan melanda gadis itu. Ia ingin membaca novel yang sering dilakukannya saat sedang bosan, gadis itu kembali mengingat kejadian di toko buku siang tadi dimana Riga datang memisahkan dirinya dan si petugas yang tengah bertengkar. Ia berpikir, bagaimana bisa lelaki itu tiba-tiba muncul di toko buku tersebut. Mungkin ingin membeli buku juga, pikir Alana.

Gadis enam belas tahun itu kemudian bergegas untuk pulang karena hari sudah hampir malam. Saat dirinya baru memasuki rumah, ia disuguhi pemandangan Dirga yang sedang melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Alana. "Kemana aja lo?" kata Dirga sinis.

Alana tersenyum miring, "bukan urusan lo." ucapnya penuh penekanan. Lalu ia berlalu dari hadapan Dirga untuk bergegas menuju kamarnya. Namun, tangannya dicekal oleh kakak laki-lakinya itu dan langsung ditepisnya dengan kasar lalu menatap laki-laki itu dengan marah. "Dont touch me," kata gadis itu.

"Gue nanya serius, lo jawab kayak gitu. Punya sopan gak lo," kata Dirga.

"Ngapain gue harus sopan sama lo? Apa gunanya, hah?" balas Alana sengit.

"Lo adek gue Alana!"

Alana tersenyum sinis, "sorry, sejak kapan gue punya abang?"

Emosi Dirga semakin menjadi saat mendengar ucapan Alana. "Jaga omongan lo!"

"Apa urusannya sama lo, hah?" balas Alana sedikit berteriak."Lo sama sekali gak berhak ngurusin hidup gue, ngerti lo?" sambungnya lalu berlalu dari hadapan Dirga.

Dirga yang mendengar itu merasa hatinya ditusuk ribuan jarum. Ia tak pernah menyangka adik kesayangannya menjadi seperti ini.

•••

"Heh, gue telponin daritadi gak diangkat. Lo lagi koprol apa gimana,"

"Gue baru bangun gila. Ngapain lo pagi-pagi nelpon gue, kesepian kan lo."

"Pede gila lo. Gue mau bilang doang, ntar jangan lupa ikut ke pameran yang gue bilang kemaren."

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang