●●●
"Halo?" suara serak itu keluar dari mulut Alana yang baru saja bangun.
"Kamu kenapa gak sekolah hari ini? Tadi Dirga bilang ke mama."
Alana berdecak saat tahu Dirga mengatakan kepada Aldina bahwa dirinya tidak masuk sekolah. "Alana di skors, Ma."
"Kenapa bisa di skors? Buat masalah apa kamu? mama udah bilang jangan buat masalah lagi, capek mama dipanggil ke sekolah terus." oceh Aldina di seberang telepon.
"Aku gak buat masalah apa-apa, bu Dera nya aja yang lebay."
"Jangan ngebantah kamu! Besok kalo mama pulang awas aja kamu."
Alana mendengus saat sambungan diputus Aldina secara sepihak. Ia kemudian bangkit duduk di tepi ranjang sambil mengumpulkan nyawa nya. Gadis itu kemudian segera membersihkan diri untuk bersiap-siap mengunjungi Vano kembali.
Setelah selesai, Alana keluar dari kamar menuju dapur. Ia menyantap sarapannya sebentar lalu kembali bergegas. Beberapa menit, ia sampai di rumah sakit. Seperti kemarin, Alana berjalan santai menuju ruangan Vano.
Saat pintu terbuka, Alana melihat seorang perempuan sedang menyuapi Vano. Ia berdehem pelan yang membuat dua orang itu menatapnya. Alana berjalan mendekati brankar menghampiri mereka berdua.
"Dia siapa, Van?" ucap perempuan itu bingung.
"Alana yang tabrak gue, Ta." balas Vano menatap wajah Alana.
Perempuan itu melirik Alana yang hanya diam dengan wajah santai nya, "aku kirain siapa. Tata," ucap Tata menjulurkan tangannya ke arah Alana.
Alana menjabat tangan Tata seraya tersenyum kecil, "Alana." katanya. "Ehm, gue pergi aja deh Van. Gak enak gangguin lo berdua," sambungnya tertawa pelan.
"Gak papa kali, santai aja." balas Vano.
"Nggak deh, gue ada urusan juga soalnya." ucap Alana lagi.
"Udah, gak papa Van. Dia ada urusan juga," sahut Tata memegang lengan Vano dengan agresif.
Vano menghela nafas, "Tapi nanti lo kesini lagi, kan?"
Alana melirik Tata yang sedang menatap Vano, kesal. "Liat nanti deh," jawabnya.
"Gue belum sembuh, masa lo tinggalin gitu aja." kata Vano lagi.
"Iya, nanti gue kesini lagi. Sekarang gue pergi dulu," balas Alana yang membuat Vano tersenyum. Usai berkata seperti itu, Alana bergegas keluar dari ruangan itu.
Gadis itu tidak mengetahui bahwa sedari tadi Riga mengikutinya dari belakang bahkan sampai Alana masuk ke dalam mobil.
Alana menjalankan mobilnya menuju pemakaman. Sebelumnya, tadi ia sudah membeli bucket bunga segar. Gadis itu menyusuri pemakaman itu sampai berhenti di sebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama lelaki yang saat ini masih dicintainya.
Dimas Ranggana.
Ia meletakkan bunga yang masih wangi itu di atas gundukan tanah, lalu mengusap nisan tersebut dengan pelan.
"Hai, sayang!" sapa gadis itu dengan riang.
Alana tersenyum sendu menatap nisan itu, "Udah lama ya aku gak datengin kamu. Ehm, udah sebulan deh kayaknya." ucapnya. "Kamu gimana sekarang? Udah tenang kan disana?"
"Aku kangen banget tau sama kamu, udah lama kita gak ketemu...lama banget." sambungnya lirih. "Tau gak? Kemarin aku mimpi kamu dateng ke rumah aku, terus kamu peluk aku.." jedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Love
Teen FictionAlana, bad girl yang memiliki segudang prestasi di sekolahnya. Oleh karena itu ia dijuluki sebagai good girl and bad girl SMA Angkasa. Namun, perlahan sifat bad girl yang ada di dalam dirinya menghilang sejak ia bertemu dengan Alriga, lelaki yang di...