13

9.8K 300 4
                                    

●●●

"Alana?"

Keempat perempuan itu menoleh ke arah suara. "Eh, lo Lang. Kenapa?" balas Alana kepada pemilik suara itu.

Elang hanya menyengir," gak papa sih, tadi gue lewat terus liat kalian disini."

"Yaelah, pak ketos mainnya mall juga ternyata." kata Jasmine terkekeh. Elang yang mendengar itu tertawa pelan. "Bosen gue ngurusin OSIS terus." kata lelaki itu.

"Wah, gue bilangin kepsek lo." ucap Alana tertawa. "Btw, lo sama siapa kesini? Pacar lo?" tanyanya.

"Boro-boro punya pacar, pikirannya OSIS mulu pasti." celetuk Ara.

Elang terkekeh, "tau aja lo, gue gak punya pacar. Gue sama kakak gue sih," jawabnya.

"Kak Tiara? Mana? Gue udah lama gak ketemu, " ucap Alana. Tiara yang tidak lain kakak Elang merupakan alumni SMA Angkasa yang dikenal ramah dan ceria. Alana, Ara, Stefa dan Jasmine cukup kenal dekat dengan Tiara karena perempuan itu dulunya ikut bergabung dalam team cheerleader.

"Biasa lah, dia lagi belanja. Bosen gue disana, emak-emak semua isinya." balas Elang dengan wajah kesal.

Keempat perempuan itu tertawa mendengar perkataan Elang yang menunjukkan rasa kesalnya. Laki-laki itu kemudian mengambil ponselnya yang bergetar di saku celananya. "Eh, gue cabut dulu, kakak gue udah nunggu di parkiran." ucapnya.

"Lah, nyasar di parkiran." kekeh Stefa.

Elang tertawa, "bego nya kumat." ucapnya.

"Yaelah, gue gak ketemu dong. Yaudah deh titip salam aja sama kakak lo dari kita berempat." jawab Alana.

Elang mengangguk, "oke. Kalo gitu gue cabut dulu." ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka.

Usai Elang berlalu, mereka kembali mengobrol. "Kayaknya Elang cocok deh sama lo Al," ucap Ara.

Stefa mengangguk setuju, "Yoi, gue setuju. Apalagi anaknya pinter."

"Apaan sih, norak." balas Alana malas.

"Norak apaan, gue ngeship kalian berdua deh." balas Stefa.

"Biar lo bisa lupa masa lalu," sahut Ara menyengir.

Stefa mengangguk, "siapa tau lo dapet pacar baru biar gak ngenes ngenes amat."

Alana menghela nafasnya, "gak semudah itu gue ngelupain Dimas."

Ekspresi wajah Ara, Stefa dan Jasmine berubah jadi tidak enak. Lagi-lagi mereka menyesal telah mengingatkan Alana pada kejadian pahit itu. "Alana, lo gak perlu nginget kejadian itu lagi. Lo harus bangkit," kata Ara.

"Gak semudah itu Ra. Gue masih sayang banget sama Dimas, walaupun dia udah pergi." ucap Alana sendu.

Stefa menghela nafas, "iya kita ngerti. Tapi sebaiknya lo lupain dan mulai hidup yang baru." ucapnya. "Gue gak mau liat lo sedih kayak gini terus asal ingat kejadian itu."

"Lo gak ngerti gue Stef, gue yang alami itu semua. Dan ngelupain nya gak semudah yang lo pikirkan." balas Alana.

Merasa keadaan mulai tegang, Jasmine berusaha mencairkan lagi suasana. "Udah Stef, Ra. Lo berdua gak perlu nekan Alana, gue yakin dia pasti bisa dengan caranya sendiri." ucap Jasmine.

Ara tersenyum kecil, "maafin gue ya Al, gue percaya kok lo pasti bisa."

"Iya, maafin gue juga udah nekan lo gini," sahut Stefa memeluk Alana yang ada disampingnya.

Alana terkekeh, "Biasa aja kali, lebay banget lo berdua."

"Habis muka lo nyeremin." kata Ara tertawa. Mereka semua kemudian tertawa bahagia, untungnya mereka memiliki pemikiran yang dewasa sehingga tidak membuat pertengkaran.

•••

Alka mengerutkan keningnya bingung. Dari tadi ia memperhatikan Riga yang sedang menatap ponselnya sambil sesekali tersenyum. Rangga dan Deno pun juga memperhatikan lelaki blesteran itu dengan wajah bingung, tidak pernah mereka lihat sekalipun Riga tersenyum seperti ini.

"Wah! Lo ngapain stalking instagram Alana sambil senyum-senyum gitu," suara heboh Deno mengagetkan Riga yang masih sibuk menscroll layar ponselnya. Ia merutuki Deno yang diam-diam mengintip ke arah ponselnya.

"Bacot," ucap Riga berusaha tenang.

"Gila! Lo suka sama Alana?" sahut Alka. Tepat sasaran. Tiba-tiba Riga merasa gugup, bingung memberi jawaban apa. Padahal bisa saja dia mengelak, tetapi sekarang ia tidak bisa melakukan itu entah kenapa.

Memang, Riga merasakan gejolak aneh saat bertatapan dengan Alana ataupun berdekatan dengan gadis itu. Tetapi ia masih tidak tahu apa namanya perasaan itu. Cinta kah? Riga tidak tahu, sudah lama ia tidak merasakan satu kata itu.

"Lo diem berarti iya!" suara Rangga kembali menyadarkan Riga dari lamunannya.

"Akhirnya temen gue gak jadi homo!" seru Deno berteriak membuat Rangga menoyor kepalanya.

Alka merangkul pundak Riga, "Sejak kapan, bro?" tanyanya.

"Gue gak tau."

"Yaelah, tinggal bilang kapan lo mulai suka dia susah banget." sahut Deno.

Riga menaikkan alisnya sebelah, "gue gak tau kapan gue mulai suka dia. Yang jel--"

"Fix, lo suka sama Alana!" celetuk Rangga heboh.

Alka menoyor kepala Rangga, "diem dulu, tolol!"

Riga tersenyum kecil, "gue nyaman sama cewek ribet itu. "

"Gila, ni anak kesambet kali ya. Sejak kapan lo bisa senyum lagi, hah?" sahut Alka.

"Akibat mikirin Alana jadi gini nih. Gue dukung lo sama dia, bro!" kata Rangga yang diangguki Alka dan Deno.

Riga hanya tersenyum dalam diam, dirinya bertekad untuk menjaga gadis nakal itu semampu yang ia bisa.

●●●

Difficult LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang