Dia Merepotkan

343 29 0
                                    

  Suasana kelas menjadi sangat riuh saat Bu Wija tidak masuk pada jam pelajaran Biologi. Membuat teman-teman sekelasnya bahagia luar biasa.

  Tapi dia lebih memilih menidurkan dirinya, dia sangat lelah hari ini.

  Vio memang memilih duduk sendirian di bangku paling belakang. Karena dia takut merepotkan teman semejanya.

  Lagi pula, dia tidak mau sampai teman sebangkunya tahu tentang penyakitnya yang selama ini dia sembunyikan.

  "Vio..."

  "Vio...

  "Vi..."

  "Vio!!!"

  "Hah? Iya? Kenapa?" Vio mendongakan kepalanya ke atas, menatap kearah Jaya ketua kelasnya ini.

  "Dasar bolot. Lo di panggil bu Engkar di ruang BP sekarang" Tegas Jaya dengan suara lantangnya.

  "Oke!" Vio tersenyum pada Jaya, Jaya yang awalnya kesal dengan Vio, dia malah ikut tersenyum tipis saat melihat Vio sangat ceria.

  Dia tahu, Vio itu orang yang aneh. Saat semua orang membicarakanya karena Nilainya yang selalu Jeblok dia malah makin ceria.

  ➕ ➖ ➕

   Vio berjalan menuju ruang BP, ada rasa takut di benaknya. Takut di keluarkan dari selolah karena prestasinya yang Jauh dari rata-rata.

  "Asslammualaikum" Vio berjalan masuk kedalam ruang BP.

  "Waalaikummssalam. Duduk kamu" ucap Bu Engkar dengan sedikit judes.

  Vio menoleh kesampingnya saat dia duduk di kursi depan bu Engkar. Dio juga menatapnya dengan tatapan datar.

  Dia ngapain di sini?

  "Vio, sudah berapa kali kamu masuk tempat ini?" Tanya bu Engkar melipat tanganya di dada, menatap Vio sangar.

  "Gak tau bu" Vio tersenyum tipis.

  "Iyalah! Kamu gak tau karena kamu terlalu sering ke sini! Saya bosen liat kamu terus. Sampai detik ini kamu gak ada perubahan!" Tukas bu Engkar mengebrak meja pelan.

  "Iya bu! Saya janji bakal belajar" Vio tersenyum bersemangat.

  "Saya bosen! Karena kamu gak ada peningkatan. Coba kamu liat Dio! Walaupun dia gak pernah belajar di kelas, dia cerdas! Kamu apa? Kamu keseringan remedial, bersihin perpus kamu gak malu?" Bu Engkar tertawa meremehkan.

  Vio menatap Dio dengan tatapan kesedihan. Seandainya dia bisa berteriak pada semua orang siapa Cowo yang satu ini, pasti sudah dilakukanya.

  Dio menyunggingkan senyuman miringnya, saat bu Engkar memujinya.

  "Kenapa? Kamu gak pernah belajar yah?" Tanya Bu Engkar menaikan alisnya.

  Mendengar perntanyaan bu Engkar Vio Down drastis. Bahkan dia hampir meneteskan air matanya.

  "Maaf bu" Vio menundukan kepalanya ke bawah.

  "Dasar males! Kamu itu kesekolah untuk menuntut ilmu Vio! Kenapa belajar aja kamu males? Kamu itu gak pinter, tapi gayanya selangit gak mau belajar. Bisa gak sih kamu sadar diri sedikit aja kalau kamu itu gak secerdas oranglain?!" Tukas bu Engkar meledak-ledak.

  "Maaf bu" Vio mengepal tanganya, dia masih tertunduk ke bawah.

  "Saya capek ngomong sama kamu. Oh iya, Saya manggil kamu kesini untuk bantuin saya" Bu Engkar menatap kearah Dio.

  "Apa?" Dio menatap bu Engkar datar.

  "Kamu harus bimbing Vio belajar. Kamu kasih dia pelajaran tambahan setiap pulang sekolah sampai jam Lima sore di sekolah ini. Dan Vio harus mendapatkan peningkatan" Jelas Bu Engkar.

  "Hah?!" Vio dan Dio menatap bu Engkar dengan tatapan tidak percaya.

  "Kan dia bisa belajar sendiri! Nyusahin banget.
Saya juga punya kehidupan sendiri, saya gak mau ngurus hidup oranglain. Kenapa harus nyusahin saya si bu?" Dio memutar matanya menatap Vio.

  "Saya bisa sendiri bu" Vio meyakinkan bu Engkar dengan senyuman mirisnya.

  "Kalau kamu nolak,nilai kamu akan berkurang 10 setiap mendapat penilaian dari semua pelajaran" Tegas bu Engkar tersenyum.

  "Hah?! Ini gak adil! Kenapa jadi saya di susahin sih? Lagian yang Bego kan dia bukan saya" Tukas Dio menatap Vio dengan tatapan kekesalan.

  Vio menundukan kepalanya. Hal yang paling sakit menurutnya adalah...

  Saat Dio mengatakan kalau dirinya itu Bodoh dengan tulus.  Apa kalian pernah merasakannya? Jika ya apa kalian menangis?

  Vio mengepalkan tanganya. Percuma saja berpura-pura tersenyum atau tertawa semua itu akan gagal. Dia benar-benar hancur saat ini.

  "Kamu juga harus berbagi ilmu Dio" Tukas Bu Engar marah.

  "Terserahlah!" Dio kesal sekali, dia menatap Vio yang masih saja tertunduk. Dia melihat rok Abu-Abu milik Vio yang basah karena tetesan air matanya.

  "Kalian mulai belajar besok. Silahkan kalian boleh kembali ke kelas" Bu Engkar tersenyum manis.

  Dio berjalan lebih dulu, sementara Vio menyalim tangan bu Engkar sebelum dia keluar dari tempat ini.

  Vio berjalan lebih cepat dari Dio, menghindari wajah Pria itu lagi. Juga menyembunyikan tangisnya dari pria itu.

  Dio menatap punggung Vio yang ada tak jauh di depanya. Dia sungguh kesal saat ini.

  Nilainya berkurang karena masalah prestasi oranglain yang menurutnya itu tidak penting? Oh ayolah itu merepotkan.

  "Kenapa sih lo nyusahin gua terus! Urus aja hidup lo sendiri. Harusnya lo malu lah kalau lo sampai di bilang Bego dan harus di ajarin sama oranglain" Ucap Dio penuh penekanan.

  Vio berhenti berjalan, pertahanan hatinya saat ini sudah hancur. Perlahan dia membalikan tubuhnya kebelakang, menatap Dio.

  "Maaf ya"  Vio membalikan tubuhnya, dia menangis sambil tersenyum kearah Dio. Bahkan terdengar tawa kecil saat dia berbicara.

   Dio terdiam

  Maaf ya Dio, aku benar-benar menyusahkanmu. Aku selalu saja begini. Menyusahkan oranglain...

  Dio memperhatikan kepergian Vio yang berlari kecil.

  Kenapa... kenapa dia bisa ketawa sambil nangis? Sebenarnya dia itu apasih? Kenapa hidupnya selalu ceria?

➕ ➖ ➕

Perfect & BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang