Taman

262 27 0
                                    

  Bel pulang sekolah sudah berbunyi,Vio bersiap menuju Rooftop. Tapi dia melihat Vian masih duduk di kursinya sambil memainkan ponselnya.

  "Oi, belum pulang? Mau nungguin apa di sini?" Vio berdiri di depan Vian.

  "Lo sendiri kenapa belum pulang? Mau ngejualin dagangan lo yah? Dasar" Vian memakai tasnya, bersiap pulang.

  "Gua kan mau belajar sama Dio" Jelas Vio kesal. "Lo cemburu?" Vian menatap Vio lekat-lekat.
"Cemburu? Sama siapa?" Vio menaikan alisnya.

  "Gua liat pagi ini Dio sama si anak baru makan bareng di kantin?. Lo gak ke kantin gara-gara itu kan?" Vian tersenyum miring.

  "Gua gak ke kantin, karena gua gak laper" Vio tertawa sumbang. "Lo kan rakus" Vian tertawa puas.

   Lalu Vio menundukan kepalanya sambil tersenyum.

  "Tuh kan? Lo cemburu. Apa perlu gua kasih tau dia yang sebenarnya kalau lo suka-"

  "Gak perlu. Gua bahagia dia liat dia udah bahagia, tugas gua udah selesai" Vio tersenyum menatap Vian.

  "Tugas?" Vian menatap Vio bingung.

  "Gua duluan yah,soalnya Si Dio rese kalau gua telat sedetik" Vio tertawa sambil menepuk pundak Vian, sembari beranjak pergi.

  Gua bahagia kalau dia bahagia. Cuma orang munafik yang bilang begitu...

➕ ➖ ➕

   Vio berjalan menaiki anak tangga menuju Rooftop dengan wajah sendunya.

  Jujur,dia menghindar ke kantin karena di sana ada Dio dan Kenan. Dia tidak mau mengecewakan Kenan yang ingin berkenalan dengan Dio.

  Tangan Vio membuka kenop pintu Rooftop Lalu...

  "Gua denger lo nyium dia di UKS?"

  "Hm"

  "Hei...gua cemburu"

  Cup...

   Vio membulatkan matanya saat Dio mencium Kenan, dan kenan membalas ciuman Dio. Mereka tampak menikmati ciuman itu.

  Vio kembali menutup pintu Rooftop tanpa membuat suara sedikit. Lalu Vio berlari menuruni anak tangga secepat mungkin.

  Kenapa harus se sesek ini? Apanya yang salah?

  Bugh...

  Vio terjatuh di anak tangga terakhir. Dengan posisi seperti itu, Vio menunduk lalu menangis tak bersuara.

  Kan dia udah bilang kalau dia suka sama oranglain. Tapi kenapa gua gak mau denger sih? Dan terus berharap. Apa yang bisa di harapin sama cewe penyakitan ini?

  "Hei bandar narkoba nan Cantik. Kenapa lo nyungsep disini?" Vian berjongkok di depan Vio yang belum membetulkan posisinya.

  Vio tahu kalau Vian di depanya, tapi dia malu untuk menatap Vian.

  "Ayo cari pelanggan. Lo itu bego banget sih? Jualan di Rooftop, mana ada yang beli"  Vian menjulurkan tanganya kearah Vio, tapi Vio tidak meraihnya.

  Vian melihat air mata Vio yang berjatuhan di lantai, karena Vio menunduk terus.

  "Gua ini menyedihkan yah?" Kali ini Vio menatap Vian di depanya sambil menangis.

Perfect & BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang