Malam ini, Dio pergi ke rumahnya untuk mengambil beberapa hal penting tentang Alm Ibunya.
Sepeninggal Ibunya, Dio tidak pernah tinggal bersama Keluarga barunya di rumahnya. Dia lebih memilih tinggal sendirian di Apartemenya.
Dio mulai masuk kedalam Rumahnya, tanpa mengucapkan satu kata pun saat dia membuka pintu rumahnya.
"Kak Dio!!!"
Langkah Dio tertahan karena seorang anak kecil berlari, dan memeluk kakinya. Siapa lagi kalau bukan Adik tirinya?
Raila Adhisti Narapditha, anak dari Istri kedua Papahnya, yang berusia 4 tahun.
"Kak! Ila kangen... makan bareng mamah-papah yuk" Raila masih memeluk kakinya.
"Lepas..." ucap Dio masih belum membalikan tubuhnya. "Tapi Ila kangen!" Ucap Raila makin mempererat pelukanya.
"Gua bukan kakak lo!" Bentak Dio penuh kebencian.
"Ada apa ini? Kenapa Tuan Muda Narapditha kembali kerumahnya?"
Gema Narapditha, Ayah kandung dari Dio yang menggunakan kursi Roda datang.
"Oh maaf! Jika menganggu kenyamanan keluarga bahagia Anda. Tapi saya kesini hanya mengambil beberapa barang milik Ibu saya yang mungkin anda Buang!"
Dio berjalan meninggalkan Ayahnya menuju kamar Ibunya.
Baru saja Dio lepas dari tatapan Ayahnya, kini dia melihat wajah perempuan sialan yang ada di dalam kamar Ibunya.
"Apa yang lo lakuin di kamar Ibu gua!" Bentak Dio marah sekali.
"Dio? Akhirya kamu pulang juga sayang!" Dwi Sintana, perempuan yang telah menghancurkan keluarganya dengan rapih tersenyum padanya.
"Lo ngapain disini!" Tegas Dio lagi, menatap Dwi dengan tatapan kebencian.
"Mamah cuma mau kamu Anggap mamah ini sama kayak Alm Mamah kamu. Mamah tau kamu Gak bisa, tapi setidaknya pangil saya ibu!" Dwi, perempuan ini malah menangis.
"Kalau lo mau di hargai dan di panggil seorang Ibu, Lo gak akan merusak keluarga gua! Berkat lo gua gak punya ibu lagi. Ada yah manusia kayak lo? Udah ngebunuh masih mau di panggil Ibu" Dio tertawa sumbang.
"Maaf Dio" Vio menundukan kepalanya ke bawah.
"Jangan sentuh kamar ini lagi!" Dio sudah masuk kedalam kamar Alm Ibunya,dan membanting pintu kamar Alm Ibunya dengan keras.
Di dalam kamar Dio menangis, sambil memeluk guling milik Ibunya.
"Gua iri sama lo, soalnya hidup lo itu sempurna! Bebas dan tanpa hambatan! Apa rasanya?"
Hidup gua ini...apanya yang sempurna!
➕ ➖ ➕
Vio berjalan dengan semangat menaiki anak tangga menuju Rooftop. Dia akan menunjukan pada Dio, kalau dia sudah hapal Tabel Periodik Kimia.
"Hoi!"
Vio melihat ke sekelilingnya yang sepi. Dia juga tidak melihat ada tanda-tanda ada Dio di tempat ini.
Dia kemana sih? Apa dia gak masuk sekolah?
Hari berikutnya pun sama. Vio tidak melihat Dio lagi. Mulai dari kantin, kelas,perpus ataupun di Rooftop.
Meskipun begitu,Vio tetap menunggu Dio dengan belajar sendiri tanpa Dio. Dia akan menunjukan kalau dia bisa lebih cerdas tanpa kehadiran Dio sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Teen Fiction"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...