Dio mendrible bola basketnya, lalu menggirngnya dan melakukan Shooting kedalam Ring.
Entah sudah berapa ratus kali dia melakukanya tanpa meleset sedikitpun.
Raila, memperhatikan Kakaknya, Dio yang tengah bermain basket di halaman belakang rumahnya sampai saat ini.
Jam menunjukan pukul 10 malam, dan Dio masih belum lelah.
"Kakak...bobo yuk" Raila mendekatkan kearah Dio yang asik berlari menggiring bolanya.
"Duluan aja sana" Ucap Dio tak acuh pada Raila, yang dari tadi khawatir denganya.
"Sampai kapan mainya?"
Dio menatap Kenan yang berdiri di ambang pintu masuk Halaman belakang rumahnya.
Dio melemparkan bola basketnya ke sembarang arah, dan berjalan menuju bangku taman di tepi dekat ring basket.
"Sana tidur, udah malem nanti gua nyusul" Dio mengusap rambut Raila dengan wajah letihnya.
"Oke" Raila tersenyum riang.
Lalu Kenan datang dan duduk di samping Dio.
"Lo ini kenapasih? Akhir-akhir ini gua liat lo gak Mood Sekolah?" Kenan menyandarkan kepalanya di bahu Dio.
"Gak tau..." Dio menenggak air minum yang ada di botolnya sekali tenggak.
"Karena dia?" Kenan menatap wajah Dio diatas wajahnya. "Maksud lo?" Dio menatap Kenan dingin.
"Lo pasti penasaran kan, kenapa Vio gak masuk hampir satu bulan di sekolah?" Kenan menaikan alisnya.
"Apaansih lo" Dio menatap Kenan jengah. "Lo suka dia kan?" Kenan menatap mata Dio lekat-lekat.
"Lo malem-malem kesini mau ngapain?" Dio balik bertanya. "Padahal tinggal jawab loh" Kenan tertawa kecil.
"Gak penting banget" Dio menatap Kenan datar lagi.
"Gua sayang sama lo..." Kenan tersenyum sambil menatap lurus kedepan.
Entah mengapa rasanya berbeda. Kalau aja Kenan bilang begitu dari dulu, tapi sekarang...
"Iya gua tau" Dio tersenyum singkat.
"Gua gak mau lo terluka lebih lama" Kenan menundukan kepalanya ke bawah. Dio terdiam.
"Siapapun gak boleh nyakitin lo dan buat lo nangis" Perlahan suara Kenan berubah menjadi isakan kecil.
"Makasih" Dio mengelus rambut Kenan pelan.
"Gua mau ngomong sesuatu" Kenan menyeka air matanya, lalu membuka tas yang dipakainya.
"Nih..."
Dio meraih surat Undangan yang sangat mewah dan elegan.
"Siapa yang mau nikah? Dio belum membuka pita putih undangan di tanganya.
"Tujuan diciptainya Undangan itu untuk di baca Dio sayang" Kenan tertawa geli. Dio terkekeh pelan.
Dio menarik pita putih di undangan itu dan mulai membacanya secara perlahan.
Degh...
"Sorry yah Dio" Kenan tersenyum sembari menundukan kepalanya.
Dio merasakan seluruh tubuhnya melemah, rasanya dia kesulitan mencerna apa yang dilihat matanya saat ini.
"Maksudnya apa?" Dio melempar surat undangan itu kesembarang arah dengan wajah penuh kekecewaan.
Kenan masih menundukan kepalanya ke bawah.
![](https://img.wattpad.com/cover/114208870-288-k694179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Genç Kurgu"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...