Vio harus meminum obatnya,menyempatkan dirinya untuk menggunakan selang Oksigen sebelum dia merusak harinya ini.
Setelah Vian pulang kemarin, Vio tumbang dan jatuh di depan kamarnya. Untungnya Rafael datang untuk melihat kondisinya, dan melihatnya pingsan.
Akhirnya Vio harus di Infuse semalaman, dan Rafael tidak akan mengizinkan Vio pulang kerumah dua hari kedepan.
Tapi? Vio kabur di jam 3 pagi, dengan menggunakan pakaian rumah sakit.
Suara mobil Vian,terdengar di depan rumahnya. Vio melepas selang Oksigenya dengan cepat, dan memakai ranselnya.
Oke paru-paruku... kita harus bersahabat hari ini yah?
"Udah siap?" Vian memperhatikan Vio dari atas sampai bawah saat perempuan itu membuka pintu utama rumahnya.
"Uuhhh semangatnya!" Vio berjingkrak kegirangan. "Lo..." Vian menggantungkan kalimatnya.
Hal yang membuat Vian kali ini berdecak kagum dengan Vio adalah, perempuan itu ber Make-Up walaupun tidak terlalu tebal. Membuatnya semakin cantik.
"Apa?" Vio menaikan alisnya. "Hei... tumben lo dandan?" Vian tertawa lepas. "Berantakan yah?!" Vio memegangi wajahnya takut.
Vian tersenyum miring, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Vio.
"Cantik banget"
Setelah itu Vian meninggalkan Vio yang diam dengan pipi merah meronanya.
"Hei! Lo bohong yah!" Vio berlari mengejar Vian yang sudah masuk kedalam mobilnya.
"Lo bawa tas? Isinya apa?" Vian memperhatikan ransel yang di letakan Vio di kursi belakangnya.
"Ada aja!" Vio tertawa gembira. "Oke" Vian mulai menyalakan mobilnya.
"Kita ke Bandung mananya?" Vio bertanya saat mereka sudah sampai di Area TOL.
"Ada aja!" Ucap Vian menirukan gaya bicaranya Vio. "Lucu" Vio tertawa cekikikan, karena melihat ekspresi Vian yang konyol.
Lalu,sepanjang perjalanan Vio bernyanyi untuk mengisi sepinya suasana di dalam mobil.
Selama Vio bernyanyi Vian terus meledeknya, tapi Vio tetap beryanyi setulus hatinya walaupun suaranya hancur.
Lelah dengan bernyanyi dan berceloteh panjang Lebar, Vio pun tertidur dengan lelap mungkin kelelahan tertawa.
Akhirnya... dia diem juga.
Vian memakirkan mobilnya di salah satu Rest Area, mereka memang sudah sampai di kota Bandung, tapi belum sampai di tempat tujuan mereka.
Dia merasa sedikit lelah, dan penyakitnya kembali menyerangnya. Darah sialan ini juga mengalir dari hidungnya.
Vian terus menyeka darahnya dengan telapak tanganya, sambil memperhatikan wajah Vio yang tengah tertidur.
Dia mengambil ponselnya, lalu memotret wajah Vio yang tengah tertidur dengan pulas. Terlihat Polos,Manis dan... menggoda.
Oh Shit!
Jangan lupakan, siapa Vian yang sebenarnya. Dia sama halnya dengan Dio yang suka bermain di Club.
Dari pada dia memikirkan bagaimana caranya mencium bibir mungil Vio,dia memejamkan matanya, dan menidurkan dirinya sejenak.
Vio mengerjapkan matanya, saat dingin menusuknya. Dia melihat ke jendela di sampingnya.
Bandung...
Lalu dia menoleh kesampingnya, dan melihat Vian sudah terpejam di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Novela Juvenil"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...