Can't

253 22 1
                                    

  Vio membuka matanya saat sinar mentari menyinarinya terik.

  Hangat...

  Seperti seseorang yang selalu membuat dingin menjadi rasa kehangatan.

  Dia tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca melihat matahari pagi dari jendela kamarnya, dan merasakan hangatnya pagi.

  Jika pahlawanya tidak datang, mungkin saat ini dia sudah pergi, tidak melihat mentari lagi. Tanganya memegang dadanya sambil memejamkan matanya dia berkata...

  "Selamat pagi, Vian"

  Ketukan pintu membuatnya terkejut, dengan cepat dia menyeka air matanya. Itu adalah Dina, ibunya.

  "Vio cepetan mandi, habis itu sarapa  yah" Ucap Dina mengelus rambut Vio lembut. "Iya bu" Vio mengangguk pelan.

  Dia tidak menyangka kalau dia telah berkumpul kembali bersama keluarganya, seperti apa yang di impikanya.

  ➕ ➖ ➕

  Vio mengencangkan ikatan dasinya sambil berkaca di cermin besar. Memperhatikan seragam yang dia pakai saat ini.

  Saat Vio membuka lemarinya untuk mengambil Sweeter miliknya, dia melihat dua jaket hitam tergantung rapih di sela-sela pakaianya.

  Tidak salah lagi, itu punya Vian dan Dio yang belum dia kembalikan. Dua orang yang membuat hidupnya Colourfull.

  Vio meraih jaket Vian dan langsung memeluknya, menghirupnya dalam-dalam. Parfum khas Vian masih melekat di jaket ini.

  "Vio sarapan kamu sayang!" Teriak Dina dari arah dapur. "Iya bu!" Sahut Vio kembali menggantung jaket Vian di dalam lemarinya dan berlalu keluar kamar untuk sarapan.

  "Vian! Kok ayamnya sekaligus di cemplungin SEEKOR!!!"

"Kan gua tadi nanya, lo diem aja. Yauda gua cemplungin"

  Vio tersenyum mengingat kejadian konyol yang dibuat Vian di meja makan ini.

  "Vio? Kamu kenapa?" Radit memperhatikan  Vio terlihat sedih.

  "Hm, Vio cuma inget... Vian pernah masakin Sop Ayam buat Vio, tapi ayamnya langsung seekor di masukin ke mangkok gak di potong-potong!" Vio tertawa terbahak-bahak.

  "Dia pasti sayang sama kamu" Radit tersenyum sendu.

  "Mungkin lebih dari itu pah" Vio tersenyum lebar.

  ➕ ➖ ➕

   Berdiri di depan gerbang sekolah,rasanya bahagia sekali. Dengan langkah cepat  Vio melangkah masuk ke dalam sekolahnya.

  Kelas gua gimana yah?

  Udah ulangan berapa kali?

  Astaga! Gua berapa kali harus ulangan susulan!

  Vio meraih gagang pintu kelasnya, Vio tertawa karena kelasnya sangat ricuh, dari jarak satu meter.

  Clek...

  Semua orang yang ada di dalam kelas langsung menatap kearahnya, Vio terdiam sesaat karena temanya hanya diam.

Perfect & BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang