Semilir angin di pagi hari, dan ditambah lagi dengan cahaya matahari yang sangat hangat. pagi ini membuatnya jauh lebih baik.
"Vio ke kantin yuk!!!"
Aku yang awalnya menidurkan kepalaku di atas meja, mendongak keatas. Menatap kearah kedua temanku yang berdiri ambang pintu.
Aku tersenyum tipis. Aku bisa menjalankan hari-hariku seperti biasa, dan bertemu lagi dengan teman-temanku.
Diriku ini, bukanlah Siswa yang terkenal atau mencolok di sekolah ini. Dalam pelajaran pun aku tidak cerdas.
"Vio! Ayo kok malah ngelamun?" Veli melambaikan tanganya dari ambang pintu.
"Oke! Tunggu bentar!" Aku merapihkan buku-buku diatas meja ku dengan gerakan cepat.
Teman-temanku pernah bilang. Aku memang punya banyak kekurangan, tapi satu kelebihan ku yang tidak di miliki semua orang adalah...
Aku penular kebahagiaan. Berkat tawa dan senyumku, teman-temanku ikut tertawa juga senang.
Akhirnya Aku,Veli dan Jida menuju kantin dengan perut yang sama-sama keroncong.
Oh iya. Kenalkan nama lengkapku itu...
Lavionda Mentari Januari, teman-temanku memanggilku Vio karena menurut mereka itu simple.
"Yups! Disini!" Ucap Veli mengambil start meja untuk kami makan bersama.
"Dio!"
"Yaaampun dia ganteng banget!"
"Udah punya pacar belum sih?"
"Lo itu begonya keterlaluan. Mana ada cowo se sempurna dia itu jomblo!"
Vio memperhatikan Jida dan Veli yang tengah beradu bacot membicarakan seorang DIO.
"Woi! Kita mau makan. Bukan ngomongin cowo itu. Kuping gua rasanya bernanah denger nama dia selama tiga tahun!" Ucap Vio memutar matanya kesal.
"Kan cuma lo, cewe di sekolah ini yang gak suka sama Dio. Dan gua rasa, lo itu gak waras" Veli tertawa bahagia.
"Gua waras tau..." ucap Vio memakan baksonya dengan wajah kesal.
Saat Veli dan Jida asik membicarakan tentang Dio, Vio malah memperhatikan kearah satu meja yang tiga langkah di depanya.
Itu adalah meja Dio bersama teman-temanya. Mereka tengah asik tertawa membicarakan sesuatu.
Diovano Narapditha Prameswari.
Iya, cowo cerdas,tampan,idaman cewe-cewe, tinggi,murid teladan, kebanggan guru.
Jika ada orang yang bertanya, siapakah orang paling munafik di dunia ini, Vio akan menjawab Dialah Orangnya.
Matanya mengekori setiap senyum dan tawa Dio yang terlihat bahagia bersama teman-temanya.
Tanpa sadar dia ikut tersenyum memperhatikanya, dia sungguh lega dan bisa bernafas dengan baik lagi.
Aku menyukainya sejak kelas 2 SMA. Aku rasa dia tidak tahu perasaanku. Jangankan tahu perasaanku, mengetahui aku hidup saja...
Mungkin tidak.Tiba-tiba saja Dio melihat kearahnya dan pandangan mereka bertubrukan satu sama lain. Cukup lama memang, tapi Vio mengakhirinya dengan membuang pandanganya kearah lain.
Tadi itu apa...
➕ ➖ ➕
Jakarta, yang masih saja ramai pada jam sepuluh malam. Banyak mobil yang masih berlalu lalang di jalan raya, pejalan kaki yang berhilir mudik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Teen Fiction"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...