Vio merasakan Oksigen benar-benar hilang dari hadapanya saat ini, dengan sekuat tenaganya dia berjalan menuruni tangga.
Tolonglah bersahabat saat ini...
Tanganya meraih kotak kecil di atas meja belajarnya, tapi kotak itu malah terjatuh dan menumpahkan segala isinya.
Akhirnya Vio berjalan meraih jaketnya dan memakai tas selempanganya. Berjalan meninggalkan kamarnya.
Dingin banget!
Vio merapatkan resleting jaketnya saat berjalan mencari Taxi di depan komplek rumahnya.
Matanya melirik jam arloji di tanganya yang menunjukan pukul 22.00 WIB. Otomatis malam ini sangat sepi untuknya.
Kenapa harus habis nya malem ini sih?
➕ ➖ ➕
"Obatnya habis? Atau beli stok?" Seorang apoteker tua bertanya padanya sambil mengecek kelengkapan obat-obat di dalam pelastik.
"Habis" ucap Vio tertawa kecil. "Di buang atau di minum tuh?" Apoteker itu menaikan alisnya. "Kalau saya buang, saya gak akan bisa berdiri di tempat ini lagi" Vio tertawa lepas kali ini.
"Kamu harus banyak istirahat. Jangan banyak keluar malem-malem" Pesan Apoteker itu pada Vio. "Oke! Makasih ya pak" Vio menyerahkan uang pada Apoteker itu dan berjalan meninggalkan Apotik ini.
"Ancurin aja motornya!"
"Hampir aja anak saya mati ketabrak!"
"Bawa kantor polisi aja!"
Vio menghela nafas lega saat dia selesai menenggak puluhan butir obat sekaligus kedalam mulutnya.
Lalu matanya menatap kearah Trotoar di sebrangnya, yang ramai sekali di kerubungi para warga yang mengamuk.
Vio pun berjalan menyebrang jalan, untuk melihat kejadian apa yang terjadi di sana.
"Stop! Jangan pukul dia lagi!"
Vio segera berlari memasuki kerumunan bapak-bapak yang bersiap memukuli orang yang saat ini di lindunginya.
Heghhhh...
Dia berusaha mencari oksigen di tengah pengapnya kerumunan saat ini.
"Cowo ini bawa motor mabok! Hampir nabrak anak saya!" Seorang bapak meggendong putrinya yang sedang menangis.
"Tapi, jangan main hakim. Kalau dia sampai tewas gimana? Urusan orang ini, biar saya yang urus" Tegas Vio menatap semua orang di depanya.
Akhirnya semua bapak-bapak yang mengerubunginya pun pergi meninggalkanya dan orang di belakangnya.
Lalu Vio membalikan tubuhnya kebelakang. Menatap orang yang sudah terkapar di bawahnya sambil memegangi wajahnya yang babak belur.
"Dio! Lo tuh gila yah! Lo mabok? Lo hampir bunuh orang tau!" Vio memekik kesal sekali.
"Gua gak peduli..." ucap Dio berusaha bangkit berdiri.
Vio terbelalak. Bagaimana bisa Dio semabuk ini? Apa dia itu peminum?
"Yaudah! Emang lo itu bukan manusia!" Vio berjalan meninggalkan Dio yang membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Teen Fiction"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...