Kebohongan Mu

337 29 0
                                    

  Dio membuka tas sekolahnya, menyiapkan buku yang harus di bawanya pagi ini.

  "Kak Dio! Ayo sarapan. Aku sama mamah loh yang bikin"

  Raila mengetuk pintu kamar Dio dengan keras. Ya, Dio sudah kembali tinggal di rumahnya yang dulu dan tidur di kamar Alm ibunya.

  Lalu Dio keluar dari kamarnya, menemui adiknya yang satu ini.

  "Lo udah bangunin gua berapa kali sih? Lebih berisik dari Alarm gua tau gak?" Dio menunduk untuk setara dengan tubuh Raila

  "Ayo ah! Kak Dio bandel" Raila menarik hidung mancung Dio. "Apa-apaan itu?" Dio menepis tangan Raila pelan, dia kesakitan karena hidungnya di tarik.

  "Makanya jangan bandel" Raila menarik tangan Dio untuk berjalan menuruni anak tangga, menuju dapur.

  Dio menahan tawanya, tangan Raila hanya menarik ibu jarinya saja.

  Lalu dia melihat suasana meja makan yang sudah lengkap dengan menu sarapan. Di sana ada Gema dan Dwi yang tengah berbincang.

  "Ayo makan!" Ucap Raila meraih roti tawarnya, dia tidak lupa meletakan roti tawar di piring Dio tak lupa, Raila meletakan segelas susu di samping piring Dio.

  "Raila pinter" Puji Dwi gemas melihat Raila yang perhatian dengan Dio.

  Dio menatap Raila, sekilas Raila mirip sekali denganya. Menuruni wajah Gema seutuhnya, bahkan Raila tidak mirip Dwi.

  "Anak kecil gak boleh minum susu" Dio menenggak gelas susu milik Raila di sampingnya.
"Kakak!" Raila menatap Dio kesal sekali.

  "Anak bandel" Dio menarik hidung Raila sampai Raila meringis kesakitan, setelah itu dia berangkat kesekolah tanpa berpamit.

  "Dio, hati-hati yah" Ucap Dwi saat Dio beranjak pergi. "Hm" guman Dio pelan.

➕ ➖ ➕

  Dio berjalan ke arah kelas Vio saat bel pulang sekolah berbunyi.

  Pasalnya dia tidak menemukan gadis itu sejak pagi, sampai saat ini.

  "Dio!" Ucap Jida terkejut setengah mati saat Dio berdiri di ambang pintu kelasnya.

  "Vio mana?" Tanya Dio menatap Jida dan Veli bergantian dengan tatapan datar.

  "Lo nanyain Vio?!" Veli menganga lebar sekali.

  "Hm" guman Dio malas sekali.

  "Lavionda Mentari Januari kan?" Tanya Jida tak percaya jika Dio bertanya soal Vio.

  "Dia dimana?" Ulang Dio sekali lagi.

  "Vio gak masuk, dan gak ada kabar. Di Telponin juga gak di angkat. Ini kita mau kerumahnya, lo mau bareng?" Tanya Veli

  "Denger-denger lo di tugasin ngasih pelajaran tambahan buat Vio yah?" Jida tersenyum jahil.

  Kalau tuh bocah pingsan di rumah, dan mereka tahu...

  "Gak usah" Dio berjalan meninggalkan Veli dan Jida yang masih mematung diam.

  Dio melajukan mobil barunya menuju rumah Vio, jangan sampai ada siapapun yang tahu tentang Vio yang mungkin saja pingsan.

  Bukankah itu janjinya?

➕ ➖ ➕

   Dio keluar dari mobilnya, dan memperhatikan rumah Vio yang tertutup rapat. Pagarnya juga masih tertutup.  Dia membuka pagar rumah Vio, dan berjalan masuk.

Perfect & BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang