Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dengan cepat Vio membereskan buku-bukunya, memasukanya kedalam tas.
Soal Dio yang akan memberinya pelajaran tambahan sepertinya tidak akan mungkin.
Lagi pula, dia tidak mau merepotkan Dio lagi, dia tidak mau merepotkan siapapun di dunia ini kalau bisa.
Saat Vio berjalan sampai ambang pintu kelasnya, Vio dikejutkan dengan Dio yang berdiri di depanya dengan wajah datarnya.
Kini dia sudah menjadi pusat tontonan, karena seorang Dio menemuinya di depan kelas.
"Gak papa. Gua bisa belajar sendiri!" Vio tersenyum meyakinkan pada Dio.
"Rooftop" Ucap Dio berjalan meninggalkan Vio terlebih dahulu.
Kan gua udah bilang. Gua bisa sendiri!
➕ ➖ ➕
Vio merasakan dadanya kembali sesak, rasanya seperti tadi malam. Saat dia menaiki anak tangga menuju Rooftop.
Sambil berjalan menaiki anak tangga, Vio mengeluarkan obat-obatan yang ada di tasnya dengan gerakan cepat.
Saat Vio sudah sampai di Rooftop, kakinya malah tersandung besi bekas yang tergeletak di ambang pintu.
Dan seluruh obat dalam plastik di peganganya jatuh ke lantai Rooftop dan bertaburan.
"Auuhh..." Vio memegangi lututnya yang terasa nyeri sekali.
Dio yang awalnya menikmati pemandangan langit, terusik dengan suara jatuhan banyak pil dan botol kaca di lantai.
Dan saat dia melihat ke arah pintu, itu Vio tengah memunguti obat-obatnya sambil memegangi dadanya.
"Tunggu sebentar yah..." ucap Vio meletakan tasnya ke sembarang arah, lalu Vio membuka genggaman tanganya.
Saat itu Dio melihat banyak sekali pil dan kaplet obat-obatan di dalam genggaman Vio.
Dio menatap ngeri Vio yang sekaligus langsung memasukan obat-obat yang sebegitu banyaknya kedalam mulutnya dan menenggaknya.
"Ayo mulai!" Vio tersenyum membuyarkan lamunan Dio.
Dio duduk di lantai Rooftop sambil membuka buku yang ada di tasnya. Vio pun melakukan hal yang sama.
Lalu Dio menatap kearah Vio yang tengah asik membolak-balik lembaran buku tulisnya.
"Alasan lo gak pernah belajar kenapa? Lo males?" Dio menaikan alisnya.
Vio tersenyum menatap Dio, dia mengambil nafas dalam-dalam lalu mulai berbicara.
"Seandainya gua hidup dengan paru-paru sempurna kayak lo , gua akan punya waktu banyak untuk membaca dan belajar. Bukanya males, tapi gua gak ada waktu untuk belajar" Vio tertawa kecil.
Dio memperhatikan tawa milik Vio. Menurutnya tawa yang di keluarkan Vio itu bukan tawa kebahagiaan, tapi tawa yang menutupi kesedihan.
"Waktu gua habis untuk paru-paru sialan ini. Rumah Sakit,Oksigen,obat-obatan begitu terus. Jangankan belajar, untuk jalan-jalan sekedar menghirup udara aja gua susah. Jadi maaf ya nyusahin lo. Hidup gua ini sejak lahir memang nyusahin" Vio tertawa lepas kali ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/114208870-288-k694179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Roman pour Adolescents"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...