Vio terpaksa harus di rawat sampai besok pagi, karena kondisinya yang masih sangat lemah saat ini.
"Bosen!"
Dia melirik jam dinding di ruanganya, yang menunjukan pukul 00.00 WIB. Vio juga sendirian di ruangan ini, tidak ada yang menemaninya.
Merasa bosan,Vio pun keluar kamarnya untuk mencari minuman di Drink Machine rumah sakit ini.
"Aahhhh akhirnyaaa..." Vio menenggak air lime yang di belinya di Drink Machine.
Lalu Vio berjalan keruangan kamarnya lagi, dia merasa Parno karena rumah sakit ini sangat gelap jika malam.
"Lo bahkan gak bisa jalan! Gimana mau sekolah? Coba lo pahami keadaan tubuh lo sekali aja"
"Hari ini aja..."
Vio berjalan mendekat kearah sumber suara dua orang yang tengah berdebat.
Vio membulatkan matanya saat melihat Rafael dan Vian berdiri di depan ruang Kemoteraphy.
Yang membuatnya bingung adalah, kenapa Vian memakai pakaian rumah sakit sepertinya? Dia sakit apa?
"Gak. Gua gak akan kasih izin lagi, dan yang kemarin itu yang terakhir"
"Setidaknya...biarin gua sekolah. Gua mau belajar sebelum semuanya berakhir"
Terlihat Vian yang berlutut di kaki Rafael sambil menangis.
"Lo ini, apa-apaansih Vian?"
"Gua mohon... setelah itu gua gak akan nemuin dia lagi. Bahkan waktu gua bisa di hitung, dan gua gak mau menyesal" Vian tertunduk.
"Vian..."
"Gua gak mau menyesal di surga nanti..."
Vio membulatkan matanya, dia berjalan mundur dan tak sengaja menabrak Pot Bunga sampai pecah kelantai.
Sontak Vian dan Rafael menoleh ke arah sumber suara.
"Siapa itu?"
Sontak Vio berlari secepat mungkin menjauh dari tempat itu,menuju kamarnya.
Jadi,orang yang dimaksud Rafael itu...
Vio berdiri di depan pintu kamarnya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia tidak menyangka, dan terkejut sekali.
Vian...
Saat itu juga air mata Vio tak berhenti lagi, dia menangis di depan pintu kamarnya, tanpa ada seorang pun yang menyadarinya.
Semua yang gak bisa lo katakan sama gua,
Semua kebohongan yang lo simpan, lo sendirilah yang menuntun gua untuk mengetahuinya, Vian...➕ ➖ ➕
Vio duduk di bangku rooftop sambil memandangi langit yang meredup mendung.
Dia memikirkan tentang rahasia Vian yang selama ini di sembunyikanya.
"Rencana pulang jam berapa?"
Vio menyeka air matanya, dan membalikan tubuhnya kebelakang. Dan dia melihat Vian berdiri di belakangnya sambil tersenyum.
"Lo kenapa?" Vian menatap Vio yang menangis di depanya tanpa mengeluarkan suaranya.
Bugh...
"Auuuhhh, sakit tau apa-apaansih itu Vio?" Vian memegangi tulang keringnya yang di tendang keras oleh sepatu Vio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Teen Fiction"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...