Vio menatap laptop di depanya dengan tatapan putus asa. Dia bingung harus mendaftarkan dirinya kemana. Secara dia tidak memiliki keahlian khusus di dunia bisnis, dan guru.
'Dokter Anak di China mendapat gelar ibu anak-anak miskin oleh PBB'
Vio membaca artikel yang tidak sengaja muncul di pencarian laptopnya malam ini. Dia harus memutuskan,dia bisa terlambat masuk oleh waktu yang di tentukan pihak Universitas nantinya.
"Dokter anak?" Vio tersenyum kecil lalu mulai mengisi data formulir pendaftaran yang disediakan pihak Universitas di Website resmi Universitas itu sendiri.
Jika motto hidupnya membuat oranglain bahagia, mungkin ini keputusan yang bagus!
➕ ➖ ➕
Dio menatap passport yang ada di tanganya. Keberangkatanya ke Barcelona tinggal dua hari lagi, tapi dia masih belum memberitahukan pada Vio.
Dia harus berkerja keras di sana,menyelesaikan kuliahnya sampai tuntas dan kembali dengan kesuksesan.
Jadi bagaimana memberitahunya?
"Kakak..."
Raila berdiri di ambang pintu kamarnya,dengan piyama yang kebesaran sampai menghilangkan kakinya. "Apa?" Dio mentap Raila. "Besok aku terima rapot" Raila berjalan,lalu duduk di samping Dio. "Trus?" Dio mengelus rambut Raila.
"Mama-papah gak bisa ambilin,kaka kan libur jadi ambilin" Raila memegang tangan Dio. "Gak mau" Tolak Dio menatap Raila datar. "Kakak.." Raila hampir menangis. "Iya,iya. Tapi kalau nilai fisika lo jelek, gua gak mau ambilin" Dio tertawa.
"Fikisa apaan ka?" Raila memasang wajah polosnya. Dio menepuk wajahnya. Anak TK mana ada pelajaran Fisikanya.
"Yaudah sana bobo,besok kita berangkat" Dio tersenyum. "Bobo disini boleh?" Raila sudah naik ke Kasur tidur Dio. "Lo emang nyusahin" Dio memutar matanya malas.
Raila belum tidur sepenuhnya, dia menatap Dio yang ada di sampingnya. Dia tidak pernah menyangka kalau Dio akan menggapnya adik.
Malam ini, Dio bahkan tidak berselimut hanya demi Raila, memberikan gulingnya walau dia tidak bisa tidur tanpa guling. Raila memeluk Dio dari belakang.
"Sayang kakak..."
"Tidur anak bandel" Dio merasakan tangan mungil memeluknya dari belakang.
Gua harus pergi, memang itu keputusan nya
➕ ➖ ➕
Pagi ini, Vio tengah menikmati sarapanya. Kapan lagi dia bisa sesantai pagi ini? Biasanya saat SMA dulu, dia selalu kejar-kejaran dengan waktu pagi yang sempit. Tapi sekarang? Selama belum menjadi mahasiswi dia bisa meluangkan waktu banyak di rumah.Orangtuanya sudah pergi berkeja pagi buta, dan akan pulang jam 10 malam,jadi dia menghabiskan waktu sendiri di rumahnya.
"Neng Vio, ada tamu di depan. Katanya sih calon suami neng" Bi Susi, pembantu baru yang akan membantu perkerjaan rumahnya. "Calon suami? What the hell?" Vio berjalan menuju ke ruang utama rumahnya.
"Kak Vio!!!"
Vio hampir terjungkal kebelakang saat seorang anak kecil memeluk pahanya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Teen Fiction"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...