Menjelang hari Ujian Nasional yang tinggal menghitung hari, semua siswa tampak mempersiapkan diri semaksimal mungkin.
Tapi beberapa hari ini, Vio mendengar kabar dari teman-temanya kalau Dio sering masuk BK, karena tawuran,sering membolos, merokok di area sekolah.
"Segitu Gamon nya kah dia?" Vio bertopang dagu memikirkan tentang apa yang dialami Dio saat ini.
Pak Murdi mengamati Vio yang tengah melamun tak mendengarkan perkataanya sedari tadi.
"Vio, kamu lagi jatuh cinta sama siapa?"
Vio masih tak mendengar sindiran pak Murdi, masih saja menatap kearah jendela bertopang dagu.
"Vio!"
"Ah ya, pa? Kenapa?" Vio gelagapan mendengar suara lantang pak Murdi. "Ambil buku paket di ruang BK, bekas bu Engkar! Awas kalau sampe ada yang ketinggalan satu biji pun" ancam pak Murdi ganas. "Oke" Vio berjalan meninggalkan kelasnya.
Sial. Dia harus kena hukuman lagi,karena terciduk melamun.
"Kamu ini kenapa Dio?!"
Vio menghentikan gerakan tanganya memutar gagang pintu ruangan BK karena mendengar suara bentakan bu Engkar, dan mendengar nama... Dio.
"Nilai kamu menurun drastis! Kamu tawuran, bolos setiap hari, dan sekarang? Kamu patahin kaki anak sekolah Pelita Indonesia? Jagoan kamu yah!"
Vio terbelalak mendengarnya.
Dio? Mematahkan kaki siswa sekolah lain?!
"Saya gak akan maju kalau dia gak nantangin"
"Apasih yang kamu pikirin sampe kamu kayak begini Dio? Ujian tinggal tiga hari lagi dan prestasi kamu kayak gini?! Terpaksa ibu cabut rencana biaya siswa kamu ke Italia"
"Yaudah terserah ibu aja. Saya juga capek pura-pura jadi anak sok baik di sekolah ini"
"Besok, bawa papah atau mamah kamu ke sekolah, tanggung jawab atas apa yang kamu lakuin Dio"
"Kan saya yang matahin kaki anak SMA Pelita, apa urusanya sama Papah saya?. Udah kan bahasnya? Saya permisi"
"Dio tunggu saya belum selesai!-"
Clek...
Tatapanya bertubrukan dengan mata elang Dio.
Cukup lama."Permisi"
Dio segera menepi, memberi jalan untuk Vio dan segera berlalu meninggalkan tempat ini.
Vio tidak langsung masuk kedalam ruangan, tapi dia menatapi sosok Dio yang mulai menghilang dari pandanganya saat ini.
Wajah Dio babak belur, banyak luka-luka di wajahnya, darah juga ada di sudut bibirnya, pakaianya kusut berantakan.
Apa yang terjadi dengan pria itu? Dia kenapa?
"Vio ada apa?"
"Ah iya bu" Vio segera masuk kedalam ruangan, setelah bu Engkar berhasil membuyarkan lamunanya.
"Mulai saat ini, Dio gak akan membimbing kamu belajar secara pribadi lagi Vio" ucap Bu Engkar dengan wajah putus asanya.
Vio tersenyum miris. "Iya bu. Lagian dia gak pernah lagi ngajar saya kok" Jawab Vio cepat.
"Saya heran sama anak itu, menjelang Ujian dia bikin onar, selama ini dia menyembunyikan sikap buruknya di depan orang, haduh...."
Vio hanya tersenyum mendengarnya. "Saya mau ambil buku paket bu" ucap Vio mengakhiri pembicaraan ini. "Itu di lemari"

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect & Bad
Teen Fiction"Don't Judge Book By Cover" Sepertinya Vio harus setuju dengan pepatah itu saat menilai Cowo bernama Diovano Narapditha Prameswari, yang menjadi idola di sekolahnya. Karena suatu hari Vio menemukan sesuatu dari sosok Diovano yang membuatnya ter...