Chapter 2 - Cinta Yang Pergi

404 19 0
                                    

Setelah pertengkaran yang mengakibatkan cinta dalam hidupnya pergi meninggalkannya seorang diri, kehidupannya menjadi jauh lebih kacau. Usahanya untuk mendesak cintanya yang memutuskan pergi dari dirinya di hari berhujan beberapa minggu lalu hanya membuatnya terserang demam. Tanpa seorang pun yang merawat, temperatur tubuhnya kian meningkat dengan drastis.

Ia membatin, di saat seperti ini siapa yang mau membantunya?

Beberapa waktu yang lalu masih sangat jelas membekas dalam ingatannya bahwa ia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya hanya demi cinta yang ia temukan, dan tidak ada seorang pun yang hadir dalam hidupnya sebagai 'sahabat'. Oh, ada seorang, tapi ia sudah lama tidak menghubungi orang tersebut. Seakan hubungannya berlalu tanpa menyisakam apapun seperti angin yang berhembus.

"Tidak ada hal yang bisa dicapai tanpa pengorbanan." Batinnya saat itu.

Namun, sekarang, cinta yang dulu ia perjuangkan telah melepaskan diri dari genggamannya, meninggalkannya seorang diri.

Sendirian dan sakit.    

Itulah kata-kata yang sangat tepat untuk menggambarkan dirinya saat ini.

Putus asa dan tidak tahan dengan sakitnya yang menjadi-jadi, ia memutuskan untuk menyeret tubuhnya ke rumah sakit. Berharap bahwa tindakannya bukanlah hal yang terlambat, dengan lemah ia mulai menarik tubuhnya dari ranjang dan berjalan pelan keluar dari rumahnya, menuju rumah sakit.

Ia berjalan dengan sangat pelan. Menyeret kakinya satu demi satu. Kehidupan di kota besar begitu keras, tidak ada seorang pun yang menyempatkan diri untuk menoleh kearahnya yang jelas-jelas sedang berjalan dengan tidak wajar.

Penglihatannya mulai mengabur, tapi samar-samar ia mulai merasakan bahwa rumah sakit itu sudah dekat. Perasaan lega mulai merayapi dirinya. Sekitar beberapa meter dari rumah sakit, ia sudah bisa melihat papan tanda rumah sakit tersebut. Ia pun bernafas lega.

Sampai penglihatannya mulai mengabur. Panik mulai menggerogoti dirinya, berulang kali ia mengusap matanya, tapi nihil. Penglihatannya semakin mengabur hingga akhirnya cahaya terakhir yang bisa ditangkap oleh matanya mulai lenyap, dan hanya menyisakan kegelapan yang sangat pekat.

Ia terduduk memegangi kepalanya, menyandarkan dirinya di sebuah pagar yang dihiasi oleh tumbuhan rambat. Dinginnya udara mulai merasuk kedalam tulang-tulangnya semakin menambah penderitaanya.

Apakah ia menyesal?

Ia tidak ingin mengakuinya.

Ia memejamkan mata, dan membiarkan dinginnyaudara musim gugur mengantarkannya ke alam tidur. 

Unseen Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang