Jika ada yang bertanya dimana dirinya saat ini, ia akan menjawab bahwa saat ini ia sedang berada di dunia yang hanya ada kebahagiaan. Dan kebahagiaan tersebut mengambil bentuk sebagai cintanya, Lydia. Ketika cintanya tersebut mengatakan bahwa mereka bisa pulang dan tinggal bersama seperti dulu, ia merasa seperti baru saja memenangkan sebuah undian dengan hadiah utama.
"Ya, kita akan pulang bersama."
Kalimat yang diucapkan dengan suara merdu Lydia tetus terngiang-ngiang di telinganya. Ia benar-benar bahagia. Entah harus berapa kali lagi baginya untuk mengulangi kalimat tersebut. Lydia yang merawatnya dengan telaten, menyuapi makanannya, mengingatkannya untuk minum obat, semua itu membuatnya ingin segera keluar dari rumah sakit ini, pulang, dan membuat Lydia selalu berada didalam pelukannya. Selanjutnya ia ingin menghabiskan hari-hari bersama Lydia dengan duduk tenang di rumah, bersandar bersama di sofa yang hangat, dan membicarakan tentang segala hal yang telah mereka lewati. Tapi kini ia terbangun dari lamunan yang sebelumnya sempat menenggelamkannya. Dirinya belum benar-benar pulih. Kenyataan bahwa ia baru mengamar sehari di rumah sakit ini, dan belum tahu dengan pasti bagaimana kondisi kesehatannya.
Tiba-tiba suara pintu yang diketuk dan kemudian terbuka membuatnya sedikit kesal.
"Berani-beraninya ia mengurangi waktuku bersama Lydia. Gerutunya dalam hati.
Tapi ternyata pria ini adalah seorang dokter. Suara dokter tersebut terasa sangat asing ditelinganya, berbeda dari suara dokter yang selalu memeriksanya. Dan entah kenapa Lydia terdengar gugup karenanya. Pertama dokter itu mengatakan mencari seorang pasien. Setelah bertanya kepada Lydia, barulah ia mengerti bahwa dokter ini datang untuk meminta Lydia mengurus beberapa administrasi rumah sakit tentang dirinya, rasa bingung yang sebelumnya menghinggapi dirinya pun, mulai meninggalkannya. Ia menjadi sedikit lebih tenang sekarang.
Apakah efek samping dari menjadi buta adalah cepat cemas dan bingung akan keadaan sekitar?
Memang benar ia harus menyesuaikan dirinya kembali dengan segala hal karena kini ia sudah tidak bisa melihat. Itu membuatnya cemas. Tapi sekali lagi diyakinkan dirinya, bahwa selama Lydia ada di sisinya, semua akan baik-baik saja. Ya, semua akan baik-baik saja.
"Lydia... Lydia James."
Hah, apa?
Dua kata itu dalam sekejap membawanya kembali dari lamunanya. Berkali-kali ia mencoba memastikan apa telinganya masih berfungsi dengan baik. James bukan nama keluarga Lydia. Kenapa Lydia mengatakan kalau namanya Lydia James?
Lydia Starling.
Itu namanya.
Tiba-tiba ia merasakan sebuah sentuhan lembut di atas punggung tangannya. Sentuhan itu tidak lain dan tidak bukan adalah Lydia. Bagaikan sihir, seketika kebingungannya tentang segala hal yang terjadi barusan sirna begitu saja. Ia tidak peduli lagi tentang ha-hal yang sudah berlalu, meskipun itu baru saja berlalu sekitar tiga menit yang lalu.
"Aku akan menunggumu."
Dengan mudahnya kata-kata itu terluncur dari mulutnya. Ia tahu, meskipun tidak bisa melihat, Lydia sangat senang mendengar apa yang dikatakannya. Meskipun ia merasa sedikit aneh tentang beberapa hal, nama Lydia, dan kenapa Lydia bisa sesenang itu melihatnya tersenyum. Terdengar langkah kaki yang mulai menjauh dari dirinya, dan suara pintu kamarnya yang tertutup.
Sekarang ia sendirian.
Ia menghela nafas, apa yang akan dilakukannya sekarang? Ia ingin menghabiskan waktunya dengan Lydia, tapi untuk sekali lagi Lydia harus meninggalkannya demi mengurus beberapa keperluan rumah sakit, entah apa itu. Dirinya berharap agar itu bukanlah suatu masalah serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...