EXTRA Chapter 38 ~ Butterfly Effect

231 5 0
                                    

Up date : 9th April 2018 

*******

Extra chapter terakhir... 
Sebenarnya ada special chapter yang berhubungan sama seri kedua cerita ini, tapi bakal aku upload kalau seri keduanya lagi dalam proses pembuatan ;)
 

Anyway, enjoy extra chapter terakhir, dari sudut pandang...

Coba tebak ;) 

*******

Cermin memantulkan bayangan wajahnya dengan sangat jelas. Sudah berpuluh-puluh menit berlalu ia tetap tidak pernah bosan menatap bayangannya di cermin. Gerakan tangannya yang luwes ketika memoles warna-warna di atas kelopak matanya, meninggalkan warna tersebut sebagai penghias wajahnya yang sudah cantik menjadi semakin menarik. Puas dengan polesan warna, sekali lagi ia melihat pantulan wajahnya di cermin. Ia berdecak, seraya mengambil sebotol cairan berwarna bening di sudut terjauh meja. Warna-warna itu menghilang dari wajahnya, meninggalkan noda di atas kapas.

Dulu, mungkin dirinya akan tetap membiarkan warna-warna itu menjadi penghias wajahnya. Tapi sekarang, ia tidak membutuhkan semua itu. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya membuatnya tertarik. Ia terkesiap mendapati angka yang ditunjukkan oleh jarum jam.

"Astaga! A, aku harus cepat."

Ia menyambar tas di ujung meja, tidak lupa kunci mobilnya. Suara derap sepatunya yang cepat terdengar mengiringi langkahnya menuruni tangga. Tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya khawatir, ia melesat pergi.

Beberapa menit kemudian, ia sudah terperangkap di tengah jalanan bersalju, berlomba bersama waktu menuju ke satu tempat.

Trudent Hospital.

Ia bisa bernafas lega ketika bangunan megah berwarna putih itu sudah tampak di hadapannya. Tanpa menunggu lagi, ia mempercepat langkahnya menuju pintu masuk rumah sakit itu. Pintu kaca yang terbuka sudah berdiri dihadapannya, memantulkan wajah dan rambutnya yang sangat berantakan. Menyadari hal tersebut, ia berdiri di samping pintu sembari merogoh tas-nya. Oh, ini bukan saatnya!

Kakinya kembali melangkah, membawanya memasuki rumah sakit. Hingga ia terkesiap ketika tubuhnya tertarik kebelakang. Ia menjerit.

"Heeii, heeiii ini aku!"

Suara seseorang yang familiar membuatnya mengerjap dan dengan cepat menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Don...?"

"Ya, ini aku. Apa yang kau lakukan disini?!"

Raut wajahnya mungkin sama terkejutnya dengan Don. Beberapa kali tubuhnya terguncang karena Don, tapi hatinya sudah bergetar sejak suara familiar pria itu terdengar. Matanya terpejam mendengar berbagai ocehan Don yang mulai ngelantur entah kemana, tapi semua omong-kosong itu masih tetap mampu menyunggingkan senyuman di wajahnya. Hatinya dengan jelas menyuarakan kerinduannya terhadap pria ini. Suara-suara yang dulu terdengar begitu dekat di telinganya, menghangatkan setiap hari tergelap dalam hidupnya.

Hari tergelap yang tercipta karena keegoisannya sendiri.

Waktu memang mampu mengubah hati seseorang, dan itulah alasannya kenapa dirinya ada disini sekarang. Penyesalan selalu menghantuinya belakangan ini, terutama setelah semua yang benar-benar ditakdirkan untuknya terlepas dari genggamannya. Atau mungkin sejak awal itu bukan ditakdirkan untuknya? Pria bernama Leon. Pikirannya melayang di hari ulang tahunnya.

Hari yang tercipta untuknya. Hari yang membuatnya bahagia, seharusnya. Semuanya kebalikan dari apa yang diharapkannya ketika kalimat itu terluncur dari mulut Leon, ketika dirinya diusir begitu saja dari sisi Leon, saat itu ia tahu, bahwa waktu setelah hari berhujan, sudah mengubah hati Leon selamanya. Tempatnya selama ini, bukan lagi miliknya. Tempatnya sudah ditempati secara permanen oleh seorang gadis yang bahkan tidak dikenal oleh Leon. Hatinya sakit kala itu, semua yang terdengar seakan seperti pisau tajam yang menorehkan hatinya, membuat luka menganga disana, hingga berbagai penyesalan meracuni setiap sudut hatinya.

Unseen Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang