Chapter 30 ~ Apa Yang Harus Dipercaya?

82 9 4
                                    

Up date : 26th January 2018 

********

Cerita Sebelumnya.........

Lydia menjemputnya pagi itu, mengantarnya kembali ke rumah keluarganya. Disana, Leon mencurahkan segala isi hatinya, alasan kenapa dia tidak pernah menghubungi keluarganya. Setelah memperbaiki kesalahpahaman yang ada, Leon juga bersyukur karena orang tuanya entah kenapa mau menerima dan bersikap ramah terhadap Lydia. Setelah makan bersama, Lydia memutuskan untuk pergi ke rumah keluarganya karena pesan dari ayahnya. 

Sementara itu, besok adalah hari besar untuk Leon.

********

Ketika saklar ditekan, cahaya lampu mulai menerangi ruangan. Beberapa maket rancangan bangunan tampak berdiri dengan artistik di atas meja. Bentangan cetak biru yang tampaknya seperti sebuah kompleks perumahan, terpasang panjang di sebuah papan. Satu set sofa, meja kerja d pojok ruangan yang masih dipenuhi tumpukan kertas, serta buku-buku referensi rancangan bangunan menjadi beberapa hal yang paling mendominasi dari ruangan berdekorasi minimalis tersebut. Ranjang lebar di sisi lain ruangan tampak rapi. Pertanda sudah lama tidak ada seorang pun yang berbaring diatasnya.

Ini adalah kamar Leon.

Seorang pria yang bekerja sebagai arsitek merangkap CEO di perusahaan konstruksi. Lembar demi lembar halaman sebuah buku dibaliknya, hanya untuk menemukan sesuatu yang tidak ia mengerti. Lucu jika dipikir mungkin beberapa bulan sebelumnya ia hidup dalam kehidupan sederhananya sendiri, jauh dari orang-orang berada berumah menakjubkan bak istana. Tapi kini skenario kehidupannya disusun dengan sangat aneh, ia terlibat di dalam kehidupan keluarga berada yang rumit ini.

Malam itu, ditengah gemuruh badai salju, Victoria datang padanya. Mengatakan sebuah kesimpulan dari diskusi antara suami dan istri. Kesimpulan pertama berupa ucapan terima kasih, yang dirinya sendiri pun tidak bisa menerima ucapan tersebut yang kemudian terhubung dengan kesimpulan kedua. Orang tua Leon menerima dirinya yang penipu ini, detik itu juga ia terperanjat ketika mendengar pendapat mereka bahwa Leon mencintainya, bukan Lydia. Tapi satu hal yang tidak dimengertinya, bagaimana Leon bisa mencintainya jika Leon menganggapnya sebagai Lydia? Kesimpulan yang terakhir, berupa pertanyaan.

".....Apa yang akan kau lakukan setelah Leon bisa melihat?"

Masih terngiang dalam telinganya suara Victoria yang bergetar kala itu. Jika pertanyaan itu muncul, ia akan selalu mengucapkan rencana yang sama. Saat itu hatinya hampir goyah, ia bisa saja menguatkan diri dengan berpegangan pada harapan bahwa Leon pasti mau menerima dirinya setelah bisa melihat nanti. Leon adalah pria yang baik dan pengertian, itu yang dikatakan oleh Victoria. Tapi pegangannya pada harapan itu penuh dengan kontradiksi. Wajah-wajah bahagia sepasang kekasih yang terperangkap dalam foto di dalam sebuah pigura, bagaikan batu yang menyandung kakinya, melepaskan pegangannya pada harapan tersebut. Tujuannya kembali mengingatkannya akan perpisahan yang 'tak terelakkan.

Untuk apa ia melakukan semua ini? Agar Leon bahagia. Leon tidak akan bahagia jika melihat dirinya, justru kesedihan di hati pria itu yang akan bertambah. Disaat seperti ini, ia tidak mampu bersikap egois. Ketika semua itu membentuk menjadi sebuah kata yang diucapkannya dengan suara bergetar, butiran air matanya mulai membentuk, dan mengalir tanpa malu. Tanpa ragu Victoria menariknya kedalam pelukan, membelai bagian belakang kepalanya, menenangkannya seperti anak kecil.

Mungkin ini adalah karmanya karena menjadi seorang penipu. Sama seperti penipu pada umumnya, dirinya harus terus merasa tersiksa, kabur, dan akhirnya menghilang berusaha untuk tidak tertangkap seperti angin yang berhembus. Victoria tidak bisa mengatakan apapun selain mendoakan dan mendukung apapun keputusannya. Malam itu, tangis mereka memenuhi setiap sudut kamar Leon.

Unseen Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang