Chapter 17 ~ Donatello Michael Watson

100 9 0
                                    

Up date : Thu, 24th August 2017

Hwaakkss....Selasa gak bisa up, too much on my hand :') But, here ya go! Double chapter for today ;) 

Cerita sebelumnya......

Setelah mendengar cerita Leon dari Don, dia yang kehilangan ingatan dan tidak memiliki tempat tinggal selain apartemen Leon, memutuskan untuk tetap menjadi 'Lydia Starling' demi Leon, agar pria itu tidak semakin sedih. Dia akan tetap menjadi Lydia Starling sampai Lydia yang asli berhasil ditemukan. Dari Don, dirinya tahu bahwa Lydia yang asli bukan wanita yang baik untuk Leon. Dibawah pengawasan Don dan Evelyn, ia kembali ke apartemen merah. Tapi setelah itu, dua masalah menantinya, kurangnya pengetahuannya akan Lydia yang asli membuatnya gagal menjadi Lydia, serta larangan yang dibuatnya sendiri untuk tidak jatuh cinta pada Leon, justru membuat hatinya merasa sakit. 

Sekali dua kali, pikiran bahwa Lydia mungkin orang yang berbeda terpintas dalam benak Leon, tapi dia memutuskan untuk tetap percaya pada cintanya yang tidak terlihat tersebut. Setelah kehadiran Lydia mengusir kesendiriannya, dia mulai merasakan kebosanan dalam dunia gelap yang dilihatnya. Kedatangan Don membuatnya melupakan kebosanan tersebut untuk sesaat, dan untuk pertamakalinya percakapan tentang orang tuanya terungkit. Setelah berbagai percakapan tentang masa lalu, untuk sekali lagi keraguannya terhadap Lydia muncul...

*****


Kekuatan dari beberapa rangkaian kata adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap remeh. Untaian setiap kata yang membentuk kalimat itu, terkadang bisa menjadi sebuah senjata atau tameng, menjadi sesuatu yang menyayat hati atau menjadi sesuatu yang menghangatkan hati. Setiap kata yang keluar harus dipikirkan baik-baik, akankah berpotensi menyakiti seseorang atau tidak. Lidah yang tidak bertulang itu begitu lunaknya, terkadang begitu mudahnya meluncurkan kata-kata yang tajamnya bagaikan pedang. Tapi untaian kata yang didengarnya, melewati telinganya, dan dibiarkannya mengambang tanpa jawaban, terasa bagaikan batu yang begitu besar, menekan hatinya. Leon tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyayat hatinya, tapi pertanyaan yang terlontar kali ini, begitu menekan hatinya, memeras setiap cairan keluar dari sana, membuat dadanya nyeri.

Semua pertanyaan itu jawabannya adalah sesuatu yang berusaha disembunyikannya.

Apa yang harus dijawab?

Ia membelakangi Leon, takut untuk melihat ekspresi apa yang ada di wajah Leon.

Apa Leon sudah mengetahui segalanya?

Apa Leon saat ini mengujinya?

Atau....

Mungkin saja, Leon belum mengetahui apapun?

Berbagai pikiran memenuhi benaknya, dirinya tahu jika tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka alasan untuk itu adalah sesuatu yang ingin didengar oleh Leon.

Apa alasannya?

Bahkan alasannya juga merupakan hal yang berusaha disembunyikannya.

Kepalanya terasa pening. Ia harus cepat menemukan alasan.

"A..aku saat itu, aku sedang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Dan tiba-tiba ingin beristirahat sejenak di taman itu." Jawabnya gugup.

Ia menoleh kebelakang, ke arah pria yang beberapa menit lalu masih menghujaninya dengan berbagai bentuk kasih sayang, entah itu dari gestur tubuh ataupun dari rangkaian kata. Tanpa ekspresi. Tidak ada ekspresi apapun di wajah pria itu, pertanda bahwa Leon sedang menutupi berbagai perasaan yang ada dalam hati agar tidak merebak ke permukaan. Rasa takut mulai merayapinya, ia sangat takut memikirkan kemana percakapan ini akan berarah. Perasaan itu mulai terakumulasi dalam dirinya, membuatnya memikirkan berbagai hal nekat yang pernah dipikirkan seorang manusia. Jika Leon memang mengetahui segalanya, ia tidak akan sanggup lagi. Ia akan sanggup untuk membuat dirinya menghadap kematian. Bukankah itu lebih baik? Ia tidak akan punya tempat dimana pun.

Unseen Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang