Chapter 27 ~ Sepasang Mata di Tengah Badai Salju

124 5 0
                                    

Up date : Sunday, 12th November 2017

*********

Cerita Sebelumnya........

Pertemuan Lydia (identitasnya 'kan belum ditauin, so let's just call her that ;) ) dengan seorang laki-laki asing dan aneh, Christian Lockheart, yang entah karena alasan apa bersedia mendonorkan kornea pada Leon hanya setelah mendengarkan ceritanya. Perasaannya campur aduk, bingung menentukan antara harus sedih atau gembira. 

Ditambah dengan permintaan Chris sebagai syarat pertukaran...

***Early notice, kencan mereka aku cut yaa, dan bakal ada di special chapter setelah tamat. A lil' bit spoiler, nothing happens between them ;) Enjoy! 

********

Pagi itu ia menguap dan meregangkan tubuhnya di atas pembaringan, dengan mata yang masih terpejam. Perlahan ia mengerjap dan membuka kedua matanya. Pemandangan yang sama menyambutnya. Jika hari-hari sebelumnya ia akan merasa sedih, sekarang tidak lagi. Dengan semangat ditariknya tubuhnya dari tempat tidur yang nyaman, ia meregangkan tangan dan meraba tempat biasa. Sama seperti hari-hari sebelumnya, selembar baju dan celana santai sudah terlipat rapi disana, menunggunya untuk dipakai.

Senyuman tersungging di wajahnya. Entah kenapa hari ini ia ingin merasakan udara pagi. Langkahnya membawanya menuju salah satu pencapaian arsitekturnya dari sebuah proyek bernama 'Rumah Impian'. Jendela besar itu pasti masih berdiri tegar dihadapannya, diterjang berbagai cuaca, tapi masih tetap kokoh dan memberikan keindahan di apartemen kecilnya. Tangannya meluncur mengikuti panjang jendela tersebut, hingga ke sebuah sudut, akhir dari jendela, tapi merupakan sebuah pintu menuju balkon di luar jendela. Pintu itu tidak pernah terkunci, ketika dibukanya angin musim dingin langsung menerjang wajah dan tubuhnya. Pilihan bodoh untuk berdiri di balkon?

Ia mengabaikan fakta itu. Sambil menuruni sebuah tangga kecil. Ia kenal betul dengan struktur dan desain bangunan ini, sebuah tangga kecil yang sedikit menurun untuk mencapai balkon didepan jendela. Tujuannya, untuk menimbulkan ilusi bagi setiap orang yang melihat pemandangan kota dari dalam jendela, seakan begitu dekat dengan pemandangan tersebut. Seakan begitu jendela itu dibuka, mereka akan langsung dihadapkan pada pemandangan senja kota yang luar biasa, kaki yang mengambang di udara, dan rasa berdebar yang timbul ketika berada di ketinggian. Lydia menyukai itu semua. Karena itu ia mendesain sebuah balkon yang terletak sedikit ke bawah hingga tidak terlihat dari dalam apartemen.

Tangga menuju balkon yang tersembunyi di samping bangunan, menambah keindahan apartemen ini. Membuat orang-orang di bawah sana mendongak dan bertanya-tanya bagaimana cara untuk sampai ke balkon itu? Apakah itu mungkin? Hal-hal misterius seperti itulah yang kadang mampu menarik perhatian orang.

Kali ini udara terasa jauh lebih dingin ketika ia berjalan menyusuri balkon. Kakinya yang hanya dibungkus alas kaki tipis yang biasa dikenakannya di dalam apartemen tidak mampu melindunginya dari dinginnya salju yang mulai menumpuk di sana.

"Leon!" Hingga panggilan Lydia membuatnya berbalik.

Selembar kain terasa berkelebat di depan mukanya. Kain yang terasa hangat itu kini menyelimuti tubuhnya dari udara dingin.

"Apa yang kau lakukan diluar sini Leon? Dan sepagi ini?" Tanya Lydia sambil mendorong pelan tubuhnya agar segera masuk ke dalam apartemen.

Kepedulian Lydia terhadap hal kecil yang dilakukannya, menumbuhkan senyum di wajahnya. Senyum yang baru sekarang mampu menghiasi wajahnya. "Tidak ada. Aku hanya ingin menikmati udara luar." Sahutnya.

Unseen Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang