Up date : Saturday, 11th November 2017
********
Cerita Sebelumnya........
Leon khawatir tidak akan sempat menemui ayahnya karena dirinya buta, tapi ditengah kekhawatiran tersebut, sesuatu yang aneh terbesit dalam benaknya. Kata-kata Lydia bahwa ia akan mendapatkan donor kornea besok. Sementara itu Evelyn berhasil menemukan sesuatu yang salah pada teleponnya sehingga ia tidak dapat mendengar informasi dari Tuan Maragni, pria yang bersedia mengatur donor kornea untuknya. Evelyn menyatakan pada Leon bahwa Lydia yang bertanggung jawab atas keanehan pada telepon serta usaha gadis itu untuk tetap membuatnya buta.
Ketika Lydia kembali, semuanya tetap seperti biasa, kecuali sebuah telepon dari rumah sakit yang menyatakan bahwa seseorang pasien disana sudah meninggal dan bersedia menyumbangkan kornea mata untuknya!
Ucapan Lydia kembali terngiang dalam benaknya.
Apa yang sebenarnya Lydia lakukan? Darimana donor itu? Find out by scrolling down ;)
********
Sepasang mata berwarna abu-abu itu mematapnya tajam. Gerakannya terhenti bagaikan yang menatapnya adalah Medusa. Tangannya mencengkeram erat, meremas selimut yang digunakan untuk menutupi tubuhnya. Jantungnya sudah berdebar keras sejak tadi mendengar kemampuan telepon itu untuk berdering. Leon tidak mengatakan apa-apa, dengan ekspresi yang tidak bisa dibacanya, tapi ia tahu bahwa Leon menyadari sesuatu. Jendela hati pria itu seakan bertanya padanya,
"Lydia apa yang sudah kau lakukan?"
Sebelumnya ia sudah menduga sesuatu yang cepat akan selalu menimbulkan kecurigaan, tapi ia tidak pernah tahu bahwa semua akan terjadi secepat ini. Pria itu, ternyata meninggalkan dunia dengan cepat setelah bertemu dengannya. Siapa yang tahu? Ia belum pernah sekalipun mengintip buku takdir yang ditulis oleh Tuhan. Semakin lama sebuah pertanyaan dibiarkan mengendap, maka semakin banyak pula berbagai persepsi negatif menjawab pertanyaan tersebut. Ia akan menjelaskan semuanya.
"Umm...Leon sebenarnya, tadi pagi ada seorang pria yang datang ke toko. Pria itu membeli kue dan tanpa sengaja dia menjatuhkan sebuah kartu. Kartu yang hanya dimiliki oleh seseorang yang sudah menandatangi kontrak dengan rumah sakit untuk mendonorkan beberapa organ pentingnya setelah pria itu meninggal. Aku mengejar pria itu dan mengembalikannya. Nngg..dan pria itu mungkin melihat ke dalam diriku ketika aku memikirkanmu..." Ia menarik nafas dalam-dalam memanggil ingatannya tadi pagi. Entah kenapa dadanya terasa sesak. "Ah! Sebelumnya, dia adalah langganan Marie James. Aku menceritakan segala hal tentangmu, dan aku tidak pernah menduganya kalau dia akan menyumbangkan korneanya padamu. Semua terjadi begitu cepat Leon..." Ya, sangat cepat hingga tidak ada ruang baginya untuk bernafas dan mengusir rasa sesak di dadanya.
"Pria itu memberikanku sebuah surat perjanjian, aku menandatanganinya, dan aku tidak menduga bahwa dia akan pergi secepat ini." Lanjutnya.
Leon yang daritadi menahan nafas ketika mendengarkannya dengan seksama kini menghembuskan nafas lega. Pria itu kembali merengkuhnya ke dalam pelukan.
"Syukurlah. Kau tahu, banyak sekali berbagai hal aneh yang tadi sempat kupikirkan. Misalnya kau membunuh orang itu untuk mendapat donor, atau kau mengancam keluarganya, hal-hal seperti itu. Terdengar gila 'kan?" Ucap Leon sambil tertawa.
"Itu sangat gila...apa kau berpikir aku orang seperti itu?" Tanyanya sembari melepaskan pelukan Leon dan berkacak pinggang.
"Tidak, tentu saja tidak. Hanya saja pikiran itu muncul begitu saja. Dan...oh, aku juga sempat berpikir kalau kau akan mendonorkan matamu sendiri. Aku sendiri tahu kalau ide seperti itu tidak akan terlintas dalam benakmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...