Up date : Fri, 9th February 2018
********
Cerita Sebelumnya........
Operasi Leon yang sukses membuatnya bisa melihat kembali. Tapi seiring waktu berjalan, saat yang dilaluinya bersama Lydia entah kenapa terasa aneh. Leon bahkan tidak merasa sedih ketika Lydia mengatakan akan pergi ke luar negeri, bahkan ketika Lydia mengatakan hubungannya dengan Don. Otaknya yang bingung, tapi hatinya tahu satu hal, yang dirindukannya adalah sosok Lydia di apartemen merah ketika hari-harinya dipenuhi kegelapan.
Hingga dorongan Conrad, membuatnya melangkah ke Proyek Rumah Impiannya,
Red Brick Apartement...
*********
Red Brick Apartement
Satu tahun berlalu dan bangunan itu masih berdiri megah di kota yang sama. Beberapa kendaraan tampak diparkir di halaman depan, pintu berputar setiap kali ada orang yang keluar-masuk apartemen. Secara fisik, tidak ada yang berubah. Sama seperti terakhir kali ia meninggalkan tempat ini, bedanya kala itu dirinya tidak bisa melihat. Ia berjalan melewati pintu putar, perasaan nostalgia memenuhi pikirannya. Kehangatan tangan Lydia yang melingkar di lengannya, suara gadis itu yang renyah, semuanya terasa merindukan. Untuk kedua kalinya, ia kembali ke apartemen ini tanpa bagian terpenting dalam impiannya.
Seorang gadis yang dicintainya.
Ia mengacak rambutnya. Tidak, seharusnya aku tidak mengingat gadis itu sebagai Lydia. Benar 'kan? Itu 'kan yang disembunyikan dan coba dikatakan oleh ayah? Batinnya.
Berbeda dengan setahun lalu, kali ini lobi apartemen tampak sangat ramai. Beberapa orang tampak berkerumun di sudut ruangan, di depan resepsionis, diakuinya jika apartemen ini tampak lebih 'hidup'. Evelyn terlihat santai dibalik meja resepsionis, tidak menyadari kehadirannya. Biarlah. Lift berdenting dan kedua pintu tersebut bergeser, membuka. Tanpa ragu, ia melangkah memasuki benda kotak tersebut. Tidak lupa jarinya menekan tombol teratas. Beberapa orang yang ikut bersamanya tampak saling melempar pandangan satu sama lain, mereka menekan tombol dengan nilai lebih kecil dibanding yang tadi ditekannya.
Dinding aluminium dengan jelas memantulkan bayangan dirinya. Setelan jas dengan dasi yang hilang entah kemana, membuatnya tampak berantakan. Jarak satu langkah yang memisahkannya dengan orang-orang itu tidak mampu menghapuskan suara bisikan mereka yang rata-rata penasaran dengan sosoknya. Tapi ia tidak ambil pusing. Pikirannya sibuk dengan sesuatu yang lain, hingga lift itu hanya berisi dirinya, terus melesat naik hingga lantai teratas. Angin menyeruak menyapu wajahnya dari celah pintu lift yang bergeser, dan ia melangkah menyongsong keluar dari lift.
Sebuah pintu yang tertutup masih berdiri tegar menunggu kehadirannya. Ia memang menghabiskan beberapa hari hidupnya di balik pintu tersebut, tapi percaya atau tidak, ini adalah kali kedua ia melihat pintu itu. Kunci bergantungan inisial namanya bergemerincing ketika keluar dari saku celananya, memutar rangkaian mekanis yang mampu membuat sebuah pintu tertutup rapat, terbuka.
Ruangan itu begitu gelap. Hanya secercah cahaya perak bulan yang bersinar menyusup melalui celah-celah kaca jendela besar. Ketika saklar lampu ditekan, cahaya remang-remang yang lebut mulai mengusir kegelapan yang sudah lama bersarang di apartemen ini, menutupi seluruh kenangannya. Setiap furnitur yang berdiri diam ditempatnya mulai menguak kenangannya satu-persatu. Tangannya meluncur menyapu permukaan kulit sandaran sofanya, tempatnya menghabiskan waktu duduk bersandar bersama gadis itu. Meja tempatnya biasa sarapan berhadapan, semuanya tetap berada di posisi yang sama dengan yang terakhir diingatnya. Hanya saja, ketika ia duduk, tidak ada senyuman di hadapannya. Tidak ada sosok yang selalu ingin dilihatnya bergerak sekaligus bercerita dengan semangat dibalik meja konter dapur dengan wangi masakan yang selalu dinantinya. Ia mendesah dan bangkit dari duduknya. Memindai ruangan itu, mencari sosok yang selalu menemaninya tapi ia tahu, di rumah impiannya ini, hanya ada dirinya. Sebuah kenyataan yang seakan menegaskan bahwa mungkin hanya dirinya yang bermimpi untuk tinggal disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...