Up date : 1st February 2018
********
Cerita Sebelumnya........
Setelah makan malam di rumah keluarga Leon, Lydia memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu, meskipun dengan tawaran kedua orang tua Leon agar dirinya menetap di sisi Leon bahkan setelah dia mampu melihat kembali. Lydia yang diliputi kebingungan bermalam di apartemen Don.
Sementara besok, adalah hari operasi Leon!
********
Masih membekas jelas dalam ingatannya, kehangatan singkat penuh kasih sayang yang mendarat di dahinya. Yang dibutuhkan hanyalah sebuah kecupan singkat untuk membuat kebahagiaan membuncah dalam dirinya. Bersama dengan sebuah doa agar operasinya sukses, suara roda ranjang rumah sakit terdengar berputar, membawanya jauh dari Lydia ke sebuah ruangan yang asing. Saat itu hatinya masih merasa tenang, harapan bahwa Lydia masih menunggunya bersama keluarganya, tampak begitu jelas ditengah pengaruh anestesi lokal yang mulai menguasainya. Ia dapat merasakan beberapa orang melakukan sesuatu di kedua matanya, mereka berbicara tentang hal yang tidak dimengertinya, hingga suara pintu yang terbuka kemudian tertutup. Ruangan itu begitu hening.
Hingga terdengar beberapa orang masuk dengan terburu-buru. Ia dapat mengira mereka pasti sedang mengambil kornea yang didonorkan padanya. Nafasnya tersendat.
Hanya nama yang kutahu, aku tidak sempat mengenalmu, tapi terima kasih karena memperbolehkanku untuk melihat dunia dari matamu.
Ia tidak tahu pasti berapa menit berlalu, atau mungkin berapa jam, tapi ketika semuanya selesai, warna-warna yang hampir dilupakannya itu mulai mengambil bentuk sebagai sesuatu yang buram dan menyilaukan di kedua matanya. Warna itu bergerak, seketika menghantarkan rasa pening yang berdenyut di kepalanya, hingga kegelapan, untuk sekali lagi menutupi harinya.
Perkiraan waktunya sungguh kacau. Tapi dirinya mengerti kalau ia sudah terbebas dari pengaruh anestesi. Bau ruangan ini jauh berbeda dengan tempatnya di operasi tadi, masih tersedia bau rumah sakit yang khas, meskipun tidak seintens tadi. Suara-suara ayah dan ibunya terdengar, membicarakan sesuatu yang tidak ia mengerti. Tapi, hanya dengan mendengar suara mereka, sudah cukup untuk menyunggingkan senyum di wajahnya. Ia menggerakkan tangan hendak menyentuh apapun ini yang menempel di kedua matanya.
Oh, sepasang penutup mata.
Memerlukan waktu beberapa hari agar penutup itu bisa dilepas. Ditengah kepanikan orang-orang yang dikasihinya, ia bernafas lega bisa mendengar mereka semua ketika ia tersadar.
Saat itu, suara Lydia terdengar begitu jarang, menumbuhkan perasaan gelisah di hatinya. Perasaan kehilangan membayangi setiap harinya yang tertutup oleh penutup mata. Hingga tiba saat dimana penutup itu akan dilepas darinya. Semua orang ada di ruangan itu, ayah ibunya, Don, dan Lydia. Ya, hanya mereka yang dibutuhkannya.
"Saya akan membuka penutup mata ini. Karena anda mengalami masalah pada kedua mata anda, ada baiknya agar anda tidak banyak berjalan atau bergerak dulu. Hindari mengucek mata anda, ataupun menyentuhnya. Penglihatan anda akan sedikit kacau, mulai buram, sedikit jelas, buram lagi, jelas, semuanya bervariasi setiap pasien. Tapi saya pastikan, penglihatan anda akan membaik seiring waktu berjalan." Terang dokter Timothy sebelum membuka penutup matanya.
Ia tersenyum. "Saya yakin yang terakhir merupakan doa anda." Ujarnya setengah bercanda
"Hahaha, itu doa semua orang di ruangan ini 'kan?" Sahut dokter. "Saya buka sekarang, ya."
Jantungnya berdebar disetiap gerakan yang terjadi dari arah depannya. Semuanya terasa seperti bergerak dengan lambat, hingga ia bisa merasakan cahaya mulai merambat masuk melalui celah penutup yang terangkat. Sial. Cahaya itu begitu silau menusuk matanya, sarafnya menghantarkan rasa sakit di otaknya. Ia meringis kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...