Chapter 22 ~ Siapa Mencintai Siapa?

93 7 0
                                    

Up date : Thu, 21st September 2017

********

Setiap kakinya melangkah rasa bersalah itu mulai menumpuk dan terakumulasi dalam dirinya. Rencananya bersama Lydia terkesan seperti mempermainkan Leon. Tapi jika ia tidak menuruti permintaan gadis itu, maka tidak akan ada kemajuan. Setidaknya dengan melakukan semua ini, ia ingin agar Lydia mau memutuskan untuk kembali bersama Leon. Pertemuannya dengan Lydia kemarin terbayang dalam ingatannya.

***

Tangis Lydia terhenti seketika mendengar apa yang dikatakannya. Gadis itu menatap matanya dengan tajam, masih dengan mata yang berlinang air mata. Bibir Lydia bergetar ketika bertanya padanya.

"Kau...kau memintaku kembali pada Leon?"

Ia mengangguk mengiyakan. "Iya. Bagaimana pun aku bukan Lydia. Dan..Leon masih mencintaimu, dia masih membutuhkanmu hingga saat ini, Lydia."

"Lalu, setelah aku bersama Leon, apa yang akan kau lakukan?!"

"A, aku akan pergi. Menghilang jika perlu. Leon tidak akan tahu kalau aku pernah hadir dalam hidupnya. Yang akan dilihat Leon setelah operasi matanya adalah kau. Bukan diriku." Rasa sakit yang menyengat terasa di hatinya ketika kalimat itu terluncur. Leon tidak akan pernah mengetahui keberadaannya. Orang yang dicintainya, tidak akan pernah tahu dirinya ada.

Lydia menatapnya lekat-lekat. "Apa kau serius?"

"Iya, aku serius." Ujarnya mantap.

Gadis itu tampak berpikir dan menimang sesuatu, ia memutuskan untuk menunggu dengan sabar. Semua ini demi Leon, maka ia akan melewati semua rintangan yang ada agar dua orang ini bisa kembali bersatu.

"Aku tidak mengerti." Kata Lydia seraya menghembuskan nafas dengan berat. "Kau tipe yang mana? Apa kau begitu mencintainya hingga mampu melepaskannya? Atau rasa cintamu tidak begitu besar hingga kau mampu melepaskannya?"

Pertanyaan itu membuatnya sedikit tersentak. "Itu adalah hal yang ingin kuketahui." Benar, dirinya samasekali tidak tahu ia yang mana. Rasa sakit di hatinya itu ada, tapi ia tahu bahwa yang dilakukannya adalah benar. Justru keluar dari rasa sakit adalah hal yang salah. Jalan satu-satunya agar hatinya tidak sakit adalah dengan bersama Leon, hasratnya untuk menghilangkan rasa nyeri di hati, harus mati. Semua itu bukan miliknya, itu adalah milik Lydia.

Lydia menghela nafas. "Haahh...apalagi yang bisa kulakukan? Kau tahu setiap hari aku selalu merasa bersalah atas apa yang sudah kulakukan pada Leon." Lydia setengah berbisik padanya ketika berbicara seakan berusaha agar percakapan mereka tidak terdengar oleh siapapun selain dirinya. "Leon tidak bisa melihat kakaknya untuk terakhir kali adalah salahku. Jika memang saat ini Leon sangat membutuhkanku...mungkin ini jalan yang terbuka agar aku bisa menebus kesalahanku."

Jantungnya berdetak dengan keras. Sendinya terasa kaku, dan ia merasakan ada aliran dingin di sekujur tubuhnya. "Apa kau akan menerimanya? Kembali bersama Leon?" Entah kenapa ia tidak bisa mengatakan kalimat tersebut dengan antusias. Kemana semangat dan rasa senang yang seharusnya ia rasakan? Semua itu digantikan oleh rasa nyeri di hatinya.

"Tidak secepat itu!" Lydia berdehem. "Aku harus memikirkannya. Jika diriku yang dulu, aku akan langsung saja menerima tawaranmu. Tapi sekarang... Aku tidak bisa melakukannya. Leon mungkin sudah 'memaafkanku' tapi itu karena kau yang bertindak sebagai diriku. Disini, aku merasa tidak enak." Lydia menunjuk satu titik di dada gadis itu. "Pertama aku ingin melihat keadaannya dulu."

Ia mengerti apa yang dirasakan Lydia. Itu kurang lebih juga dengan apa yang dirasakannya. "Ka, kau bisa mengunjungi Leon kapan pun.." Sarannya.

Lydia tidak menggubris sarannya. Gadis itu tampak sedang berpikir keras hingga akhirnya berseru dengan semangat. "Aaha! Aku tahu! Kau tahu tradisi keluarga kami?" Ia menggeleng. Tidak ada seorang pun yang bercerita padanya tentang hal itu. "Setiap kali aku ulang tahun, kami akan makan bersama di rumah ini. Termasuk Leon. Dan besok adalah ulang tahunku, datanglah kesini dan ajak Leon sebagai diriku. Agar aku dapat melihat bagaimana keadaan Leon diam-diam." Ujar Lydia sembari menjentikan jari.

Unseen Love (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang