Up date : Thu, 20th July 2017
Hehehe lupa aja kalo hari Selasa harus update cerita. Mungkin karena baru pertama kali nge post cerita jadi gini deh. Hopefully next week I'll be more consistent. Anyway, 2 chapters in a row for today~~y ;) *semoga ada yang menanti cerita ini*
Cerita Sebelumnya...
(Oh well, just in case ada pembaca yang kayak aku - suka lupa part sebelumnya nyeritain tentang apa - hohoho)
Setelah kehilangan penglihatannya, Leon memutuskan untuk kembali menghubungi teman yang dulu diabaikannya demi Lydia, kekasihnya yang meninggalkannya. Tapi takdir berkata lain, ketika ia terjebak dalam kegelapan entah-sampai-kapan, Lydia kembali hadir dalam hidupnyam Hanya tinggal menunggu hari hingga kondisinya membaik, dan pulang ke rumahnya bersama Lydia yang baru ditemuinya di rumah sakit.
***
Senyuman hangat yang hanya ditujukan kepadanya itu membuatnya seakan-akan tenggelam didalam kebahagiaan, meskipun tidak ada seorang keluarga pun yang menemuinya di rumah sakit, dirinya sudah sangat senang karena Leon, kekasihnya ada di rumah sakit ini dan mengajaknya pulang.
"Yaa, kita akan pulang bersama."
Itu adalah kalimat yang meluncur dari mulutnya. Untuk sesaat, ketika diucapkannya kalimat tersebut, ia lupa dengan keadaannya sendiri. Ia seperti berada di dalam sebuah dunia yang hanya berisi dengan kebahagiaan, namun kenyataan memukulnya dengan keras kembali ke dunia dimana tidak ada satu pun yang bisa diingatnya. Bagaimana mungkin dirinya bisa pulang bersama Leon sedangkan ia sendiri tidak mengingat dimana rumah mereka. Bahkan ia tidak ingat apa memang dulu dirinya tinggal bersama dengan Leon? Kondisinya yang amnesia ini tidak bisa ia ceritakan kepada Leon. Kini ia benar-benar dilanda kebingungan, apa yang harus dilakukannya?
Saat ini ia merawat Leon dengan telaten, sebagaimana seperti seorang kekasih. Ia berusaha untuk tetap tersenyum meskipun saat ini kepalanya seperti kapal pecah. Ia berusaha agar gerak-gerik dan bahasa tubuhnya tidak menampilkan apa yang ada dipikirannya saat ini. Diliriknya sebuah cermin yang tertempel pada pintu lemari di sudut ruangan kamar serba putih itu, cermin tersebut memantulkan bayangan dirinya yang masih mengenakan pakaian untuk pasien rumah sakit. Bahkan perban pun masih melilit melingkari kepalanya. Sangat jelas terlihat raut wajahnya yang menampilkan guratan-guratan hal serta masalah yang berkecamuk didalam pikirannya. Tidak ingin diakuinya, kalau ia bersyukur Leon kehilangan penglihatannya, tapi diakuinya bahwa hal tersebut cukup membantunya. Kalau saja Leon tidak kehilangan penglihatannya, entah apa yang akan terjadi pada dirinya. Berdasarkan cerita Leon, ia dan Leon sudah memutuskan untuk berpisah di hari berhujan tersebut, dan itu disebabkan oleh dirinya. Entah apa yang sudah dilakukannya hingga membuat mereka berpisah, ia tidak mengingatnya tentu saja. Seandainya Leon tidak kehilangan penglihatannya, cerita apa yang akan terjadi?
Disadarinya bahwa ia terdengar seperti seseorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Tapi diakuinya hal itu memang benar,
Beginilah manusia, apapun yang terjadi kita tidak bisa melepaskan diri dari ego. Aku mungkin akan terus terjebak didalam rumah sakit ini bila Leon tidak sakit dan kehilangan penglihatannya.
Batinnya dalam hati.
Tiba-tiba dengan cepat digelengkannya kepalanya. Ia melakukan semua ini demi kebaikan Leon juga. Saat ini yang bisa merawat Leon hanyalah dirinya, jadi ia akan tetap menyembunyikan kenyataan ini entah sampai kapan.
Bunyi suara pintu yang diketuk mengejutkannya, dipersilakannya orang tersebut untuk masuk, wajah orang tersebut cukup familiar, ia menyadari ternyata itu adalah dokter yang bertugas akan dirinya. Tunggu dulu, dokter yang bertugas akan dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...