Up date : Thu, 1st March 2018
********
Cerita Sebelumnya.......
Leon yang kembali ke Red Brick Apartment tanpa sengaja menemukan foto-foto Natal dua tahun lalu bersama keluarganya dan.......sosok yang dia cintai. Untuk menemukan sosok itu, Leon menelepon Don yang baru saja sampai di bandara.
Dua tahun berlalu, akankah Leon masih dapat menemukan Dahlia?
********
Pemandangan silih berganti di sisi kiri dan kanannya seiring dengan kecepatan laju kendaraannya. Ia berpegangan erat pada kemudi, bertekad untuk tidak membuang sedetikpun waktu yang bisa digunakannya untuk terus melaju menuju bandara. Ia harus mendengar semuanya dari Don. Harus. Dirinya bersyukur kali ini Dewi Keberuntungan sedang berada di pihaknya, mengusir kendaraan-kendaraan lain yang bergerak lamban dari jalurnya, membuatnya menjadi penguasa tunggal jalanan.
Lampu lalu lintas tadinya masih menyala hijau, ketika tinggal beberapa meter lagi dilewatinya, lampu itu berubah menjadi warna oranye. Ia menginjak dan menahan pedal gas sekuat tenaga, seakan hidupnya bergantung pada hal itu. Percaya atau tidak, hidup dan matinya ada pada nyala lampu. Jika lampu itu hidup di warna yang ditakutinya, lalu Dewi Keberuntungan mangkir dari sisinya menghasilkan sebuah kendaraan yang melaju kencang, bisa dipastikan tabrakan tidak akan mampu ia hindari. Nyawanya bisa terancam. Tapi melambat barang sedikitpun, tidak ada dalam kamusnya hari ini.
Jaraknya begitu tipis, ketika jantungnya mencelos jatuh dari tempatnya. Lampu menyala merah, dan tidak mungkin baginya untuk menghentikan mobil. Ia menerobos begitu saja, selang beberapa detik mobil melaju berhamburan dari arah kanannya. Ia menghembuskan nafas lega. Aku tidak akan mencoba hal seperti itu, lagi. Batinnya.
Beberapa petugas keamanan menghentikannya di pintu masuk bandara. Memeriksa kendaraannya agar bebas dari segala macam benda mencurigakan dan berbahaya. Setelah dibiarkan masuk, ia memarkir mobilnya di salah satu tempat. Tangannya masih gemetar ketika dengan panik diraihnya foto-foto itu dari kursi penumpang. Alarm mobil berbunyi singkat bagaikan aba-aba dari sebuah peluit baginya untuk berlari secepat kilat meninggalkan tempat parkir.
Kaca yang dilapisi film tampak memantulkan betapa berantakan dirinya, ternyata setelah lari sekuat tenaga melewati beberapa meter bagian bandara yang sangat luas, mulai menampakkan hasil dalam penampilannya. Tapi ia tidak peduli, melalui bagian atas kaca yang tidak dilapisi film, ia mengedarkan pandangannya kedalam sebuah kafe. Kafe tempat Don menunggunya. Di ujung terjauh, tampak seorang pria setinggi hampir dua meter menyesap secangkir kopi. Matanya berbinar seraya melonjakan jantungnya kembali ke tempat.
Itu dia!
"Don!" Serunya sambil menghampiri Don. Ia menarik kursi dihadapan sahabatnya dan duduk disana.
Don tampak terkejut melihat kehadirannya. Pria itu menatap jam di pergelangan tangan. "Cepat sekali!!! Ckckk...kau bisa menjadi seorang pembalap!"
Ia tertawa kecil. "Aku ingin langsung ke intinya saja...."
"Tunggu, tunggu!" Don menyelanya. "Apa kau masih marah padaku? Bagaimanapun aku sudah merebut Lydia darimu, dan sejak saat Lydia menceritakan semuanya padamu well, secara blak-blakan, aku tidak berani menemuimu." Wajah Don tampak sedih.
Ia mendesah. Kalau sahabatnya ini sudah membicarakan satu topik, tidak akan ada kata puas sampai sudah tidak ada hal apapun lagi yang bisa dibicarakan dari topik tersebut. "Aku tidak marah. Sudahlah, bagaimana liburanmu?" Tanyanya.
Wajah Don berbinar. "Menyenangkan! Kau tahu, aku dan Lydia menyewa kamar di salah satu resor....lalu malam itu kami..."
"Stop, stop. Aku tidak ingin mendengarnya." Selanya dengan putus asa. Ia biasa mendengar cerita tentang 'Petualangan Liar Don', tapi tetap saja terasa aneh jika itu menyangkut Lydia. Ia sudah menanyakan pertanyaan yang salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...