Up date : Sat, 19th August 2017
Wakksss, telat errmm.... telat 3 hari, up. Gak apa 'kan?
Anyway, enjoy! ;)*****
"Aku mencintaimu."
Adalah kalimat penghantar tidur yang diucapkannya pada seorang gadis yang malam itu berada dalam pelukannya. Ia ingin memanggil gadis itu dengan nama yang biasa disebutnya, Lydia. Tapi entah kenapa, nama itu membuat lidahnya kelu, tersangkut di tenggorokannya dan terlarut bersama air ludah yang ditelannya. Tindak-tanduk gadis itu selalu berbeda dari Lydia yang terakhir dilihatnya, berkali-kali ia mengatakan pada dirinya bahwa,
'Jika aku menyukainya, kenapa harus mempermasalahkannya?'
Tapi tidak bisa disangkal bahwa dalam benaknya selalu terbesit secuil pikiran bahwa gadis yang berada dalam pelukannya ini bukan Lydia. Hatinya merasa demikian. Tapi pikirannya selalu meminta pertanggungjawaban berupa rasionalitas. Berbagai pertanyaan mengambang dan selalu meminta jawaban, jika memang gadis ini bukan Lydia, bagaimana bisa tahu alamat rumahnya? Namanya?
Alamat rumah?
Nama?
Ia menghembuskan nafas dengan berat, siapapun bisa mengetahui itu ketika sudah melihat kartu identitasnya. Atau bahkan tanpa melihat kartu itu, siapapun sudah tahu tentang dirinya 'kan? Seorang pria yang selalu diliput dalam majalah bisnis.
'Tampan, Muda, dan Sukses.'
Headline berita tentang dirinya. Siapa yang tidak ingat wajahnya yang selalu tampil dalam majalah dan televisi?
Pertanyaan pertama tanpa jawaban.
Jika memang gadis itu bukan Lydia, kenapa mengaku sebagai Lydia? Apa untungnya? Dirinya buta, dan hampir tidak memiliki apapun selain apartemen ini. Dan bahkan skenario terburuk, ketika seandainya ajal menjemputnya, pewaris apartemen ini bukan Lydia. Semua tahu itu dari wawancara terakhirnya, ia akan menyumbangkan semua hartanya ke sebuah badan sosial.
Pertanyaan kedua tanpa jawaban.
Semua pertanyaan itu selalu mengarah pada jawaban yang mengandung rasionalitas dalam pikirannya. Jika gadis ini bukan Lydia, siapa lagi? Ingin ia bertanya pada Lydia tentang dua belas hari perpisahan mereka, tapi jika pertanyaan itu terluncur dari mulutnya, maka Lydia akan tersakiti. Apakah sepadan menyakiti Lydia demi keingintahuannya? Pada akhirnya ia hanyalah seorang pengecut yang bersembunyi dibalik sebuah hal berupa kepercayaan mutlak yang selalu terukir dalam pikirannya, sebuah kepercayaan bahwa gadis ini adalah Lydia.
Meskipun hatinya memberontak, tapi raga dan jiwanya masih mendamba kehangatan dalam pelukannya ini. Dalam setengah tidurnya, ia menghirup wangi rambut Lydia, mengisi setiap rongga hidungnya, membuat sarafnya menghantarkan kepingan-kepingan kenangan yang selalu dilaluinya bersama gadis pemilik rambut ini.
Semuanya terasa berbeda.
Berkali-kali kalimat tersebut diucapkannya, dan berkali-kali dirinya menyangkal. Seandainya ia bisa melihat, maka dirinya tidak akan se-plin-plan ini. Jika ia bisa melihat, maka keraguan hatinya akan terjawab. Tapi apa daya? Tidak jarang apa yang dijadikan pedoman, kepercayaan, idealisme, adalah hal yang membuat seseorang bertahan. Dan itulah yang terjadi padanya. Ia bertahan, karena percaya bahwa Lydia berada disisinya, dipelukannya, saat ini, esok, esoknya lagi, dan esok-esoknya lagi.
Kehangatan yang dirasakannya saat ini bagaikan candu. Sekali dirinya terjerat, maka ia akan terjerat selamanya. Sekali ia percaya maka ia akan percaya selamanya. Beberapa buah pikiran yang terdengar gila bahkan untuk sekedar diucapkan pernah sesekali terpintas dalam benaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love (SUDAH TAMAT)
RomanceMy very first story on wattpad. 'Our Love' Series #1- UNSEEN LOVE - Status : TAMAT - Lydia James Ingatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Tanpa mempedulikan fakta itu, sesuatu yang berharga tersebut, terselip dari genggamannya. Ident...