Bagian 20

20.4K 1.3K 96
                                    

Claudya Pov

Sesak dan kesal berkumpul menjadi satu. Rasanya ingin sekali aku mengigit telinganya sampai putus karna kelakuannya yang membuatku gondok setengah mati, dasar menyebalkan.

"HAHAHA ko muka kamu pucet sih?" Ujarnya dengan gelak tawa yang menggema di dalam ruangan rumah sakit ini.

"BODO AMAT!" Ucapku yang amat sangat kesal kepadanya sambil bangkit dari dudukku dan berjalan menjauh darinya. Namun ketika aku hendak menjauh si anak menyebalkan ini kembali menarik lenganku sehingga aku harus kembali terduduk di ranjang yang sama dengannya.

"Bercanda ya ampun, jangan serius-serius elahh" katanya sambil tersenyum. "Kamu tuh ya, waktunya serius jangan bercanda! Nyebelin tau nggak"

"Loh emang aku salah bilang udahan marahannya??" Katanya yang membela diri. "Ya tapi ambigu tau nggak sih?!!! Ih ngeselin" ucapku sambil melipatkan kedua tangan di dada. "Ambigu? Emang kamu mikir apa hm?"

"Fikir aja sendiri!" Ketusku kepadanya sambil memalingkan wajahku darinya. Namun tiba-tiba aku merasakan sepasang tangan yang melingkar di perutku dengan perlahan.

"Maaf.." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di pundakku. Hembusan nafasnya terasa di leherku, membuatku bergidik kegelian. "Hmm" jawabku dengan singkat, karna aku terlalu gugup walaupun hanya untuk berbicara. Aku hanya terdiam menikmati pelukannya yang lama tak ku dapatkan.

"Rinduuuuu.." gumamnya yang membuat jantungku berdebar-debar tak karuan. "Hmm"

"Ko hm doang? Kamu nggak kangen aku ya?" Katanya sambil melepas pelukan nyaman ini, rasanya hatiku tak rela jika dia melepas pelukannya.

Aku pun berbalik ke arahnya dan kini aku lah yang memeluk dengan erat tubuh mungilnya. Tak ada jarak lagi yang menghalangi kami, kini kami telah kembali menyatu. Tak hanya raga, hati pun seolah kembali menemukan puing-puing puzzle yang melengkapi lubang-lubang yang selama ini terabaikan. Jantung kami berdetak saling bergantian dan saling mengisi keheningan pagi ini.

Detik ini juga aku jatuh kembali ke pelukannya, dan dia kembali jatuh di pelukanku. Kami sama-sama terjatuh di tempat yang paling nyaman. Jatuh berkali-kali pun tak apa, asal dengannya itu sudah cukup.

"Masih kira aku nggak kangen kamu?" Tanya ku yang semakin mengeratkan pelukanku di tubuhnya. "Untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta lagi sama kamu" ujarnya tepat di telingaku. Aku pun hanya tersenyum bahagia ketika tau bahwa aku masih pandai membuatnya terjatuh.

Seolah tak mau saling melepas, kami berpelukan cukup lama. Hingga aku merasakan hembusan nafas teratur di sekitar leherku, dan aku merasa sedikit keberatan menahan tubuh syanin.

"Syanin?" Panggilku dengan pelan. "Heii" ujarku sekali lagi sambil mengusap lembut punggungnya, namun tak ada jawaban darinya.

Aku pun hanya menggelengkan kepala saat menyadari jika syanin tertidur di pelukanku. Dengan perlahan menidurkannya dan melepas pelukan kami. Sepertinya dia butuh istirahat, akupun beralih duduk di kursi yang ada di sebelah ranjangnya sambil menggenggam tangannya yang lebih kecil dariku. Dan hari ini sepertinya aku akan bolos ke sekolah untuk menemaninya disini.

Aku tak pernah menyangka bahwa aku akan jatuh sedalam ini kedalam pelukan seorang murid ku sediri. Cinta ini ku biarkan mengalir dan terombang-ambing mengikuti arusnya, sampai akhirnya hatiku menemukan syanin sebagai tepian tempatku berlabuh.

****

Syanin Pov

"Emmh.." dengan perlahan gue mulai membuka mata, kayaknya tadi gue ketiduran deh.

Karna merasa ada sesuatu di tangan kiri gue akhirnya gue pun menoleh. Surga dunia memang, ketika lu bangun dari mimpi indah dan langsung di sambut pula dengan pemandangan yang menurut gue paling indah di dunia.

Gorgeous TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang