Sore hari yang berbalut kabut, seolah membawa kesedihan, kegundahan dan ke Khawatiran yang hadir saat ini.
Syanin berjalan dengan langkah gusarnya menuju rumah megah yang nampak sepi seperti biasanya. Mendorong perlahan handle pintunya dengan hati-hati.
Melangkahkan kakinya menuju wanita yang telah terduduk sendirian dengan pandangan kosong di sofa ruang tamu yang teramat luas dan dingin.
"Mami.." Panggilnya penuh ke Khawatiran kepada sang Ibu yang terlihat tak baik-baik saja. Segera mempercepat langkahnya lalu duduk di sampingnya sambil memeluk erat lengannya.
"Sudah sampai Nak" Katanya dengan lembut dan lirih, sungguh menambah kegundahan dibatinnya. "Iya, ada apa? Mami baik-baik aja?" Serbunya dengan pertanyaan yang penuh rasa penasaran.
Wanita paruh baya itu hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum dengan mengerahkan seluruh keterpaksaan yang ada di hatinya. "Nggak, Syanin tau Mami nggak baik-baik aja. Please, cerita Mi. Syanin nggak mau Mami kenapa-napa, Syanin sayang sama Mami" Katanya sambil memeluk ibunya dengan semakin erat.
Air mata sang Ibu yang sudah sedari tadi terbendung pun kini tak tertahan lagi setelah mendengar ucapan putri kecilnya yang seharusnya membuat ia bahagia. Tapi kenyataannya malah terdengar semakin menyakitkan.
"Jangan nangis Mi, sebenernya ada apa? Jangan bikin caca bingung" Ujar Syanin dengan pelan karena merasa frustasi dengan keadaan ibunya yang tak pernah ia ketahui sebabnya.
"Mami bukan orang tua yang baik ya Sayang?" Tanya wanita paruh baya itu sambil menatap Syanin penuh kesedihan. "Mami udah gagal ya jadi orang tua?" Sambungnya lagi dengan isakan yang teramat dalam, seperti seorang manusia yang sedang teramat sakit.
"Mami orang tua yang baik, dan mami nggak pernah jadi ibu yang gagal. You're the best mother in the world Mi" Kata Syanin sambil menatapnya dengan yakin. Namun keyakinan itu tak terlihat sama sekali dalam sorot mata wanita yang sangat Syanin sayangi.
Ia lagi-lagi menggeleng, merasa tak pantas dengan ucapan putrinya. "Nggak.." Lirihnya sambil mengusap kasar air mata yang singgah di pipinya yang sama sekali tak memiliki kerutan meski umurnya yang sudah tak muda lagi.
"Mami, tolong jelasin pelan-pelan ya" Titah Syanin yang hampir mati penasaran. Namun hanya di tanggapi dengan helaan nafas lelah dari Ibunya.
"Mii.. Jangan bikin aku-"
"Syanin bohong sama mami?" Katanya yang memotong ucapan Syanin. "Bohong? Bohong apa?" Ujar Syanin yang balik bertanya. "Syanin ngerasa bohong nggak sama Mami?" Tanya sang ibu dengan lembut tapi begitu membuat Syanin gundah, karena dengan yakin ia mengakui bahwa akhir-akhir ini terlalu banyak kebohongan yang ia berikan kepada Ibunya.
"Mi jangan gini Syanin nggak faham, Mami jelasin aja sama Syanin" Ujar Syanin yang berusaha memaksa ibunya yang mengambil kendali untuk menjelaskan.
"Baik kalau gitu, jika kamu masih tidak mau jujur. Mami tadi ketemu ibunya Vivi, dan dia nggak merasa kalau kamu tidur di rumahnya semalam. Jadi Mami tanya kamu semalam tidur dimana Syanin"
deg
Syanin hanya merasa jantungnya berpacu lebih kencang saat ini, tenggorokannya tercekat. Rasanya tak sedikitpun oksigen yang mampu masuk kedalam paru-parunya.
"M-maksud Mami" Ucap Syanin yang masih bertahan dengan dustanya.
"Kamu masih mau tanya maksud Mami itu apa? Tolong, berhenti bersikap seolah-olah kamu nggak ngerti Syanin" Kini emosi dan rasa kecewa sudah mulai menyelimuti wanita paruh baya yang sudah terlalu jengah dengan putrinya yang tak mau berkata jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous Teacher
Teen FictionMenceritakan tentang gadis SMA bernama Syanindita Farra yang menyukai gurunya sendiri yaitu Claudya Aileen. Claudya bukan seorang guru biasa karena dia bisa di sebut guru terkiller seantero sekolah.