Bagian 37

10.1K 708 150
                                    

Claudya Pov.

Masih terasa sangat aneh ketika mendapati kenyataan bahwa kini aku sudah seperti menjadi bagian dari mereka, ya keluarga Syanin.

Perasaan senang dan tak menyangka selalu datang padaku sampai detik ini, tertawa bersama orang yang aku cintai di tambah lagi kehadiran sosok orang tuanya yang baik hati membuat semuanya terasa sangat lengkap.

Benar-benar kebahagiaan yang tak pernah terbayangkan olehku, karena aku sudah benar-benar lupa bagaimana rasanya berkumpul bersama sebuah keluarga.

Tentu aku sangat bersyukur setelah pengakuan hari itu yang membawaku dalam dimensi yang berisikan kebahagia, canda dan tawa ini.


Flashback


Benar kamu ingin mengikuti apa mau Saya Claudya?" Tanya wanita paruh baya itu dengan sedikit pandangan cerahnya. Aku mengepalkan tanganku, berperang dengan fikiranku sebelum memutuskan semua ini. Tapi mungkin ini sudah terlambat untukku menarik ucapan tadi.

"Benar" Jawabku padanya dengan pelan sambil menundukkan pandanganku, tak mampu rasanya melihat Syanin yang terlihat sangat tersakiti dengan pilihanku.

Aku hanya mampu mendengar suara jerit tangis yang tertahan di tempatnya, mugkin hatinya sudah terasa di cengkram dengan hebat saat ini. Maafkan aku sayang.

Aku tak ingin menyakiti lebih banyak Manusia lagi, mungkin bila hal buruk terjadi setidaknya aku pernah menjadi kebahagiaan untuk hidupmu. Maaf aku terlalu pengecut untuk menyakiti ibumu.

"TERSERAH KALIAN LAH!" Teriaknya lalu pergi berlari meninggalkan kami dengan tangisnya.

"Syanin.." Panggil ibunya dengan lirih ketika melihat anaknya pergi dengan kacau. Begitupun aku yang hanya mampu menatapnya dengan tangis, aku telah menyakitinya.

"Bu, tenang ya.."  Ujarku ketika melihatnya sangat kacau.

"Apa sebuah kesalahan ketika seorang orang tua menginginkan anaknya dapat hidup normal seperti biasanya?" katanya dengan suara yang terdengar penuh kebingungan.

"Tidak bu, saya faham dan mengerti posisi ibu seperti apa. Tapi apakah ibu sampai hati jika melihat Syanin sekacau itu?" Aku mencoba bertanya sekaligus mengingatkan bahwa kami itu saling tersakiti.

"Nggak, saya benar-benar gak rela" Jawabnya sambil menangis tersedu-sedu. Dan aku pun hanya berusaha menenangkanya sabil mengusap bahunya penuh perasaan.

"Saya gak rela Claudya, Syanin pasti sangat tersiksa dengan semua keegoisan saya."

"Dunianya pasti sudah sangat hancur, s-saya sangat mengerti dan saya sangat tau tentang perasaannya saat ini. Karna saya pernah di posisi itu Claudya.." Sambungnya dengan terpotong-potong karna tangisnya.

"M-maksudnya ibu?" Ujarku yang terkejut mendengar ucapannya yang terdengar sangat ambigu.

"Saya dulu juga seorang Lesbian Claudya" Katanya yang begitu menohok hatiku. Betapa terkejutnya aku ketika mendengar ucapanya.

"Namun karna hidup bersama orang tua yang begitu keras mendidik saya dan lagi saya tak ingin mengecewakan mereka, akhirnya perjodohan lah akhir dari kisah cinta ini. Meski rasanya hampir mati ketika hidup bertahun-tahun dalam kepalsuan. Sampai pada akhirnya saya bisa mencintai suami saya"

"Jika ibu faham dan mengerti tentang posisi Syanin, kenapa ibu masih memaksakan kehendak ibu sampai saat ini? Bukankah ibu sangat mengerti betapa tersakitinya kami?" Ucapku dengan keberanian yang ntah berasal darimana.

Gorgeous TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang