Bagian 39

10.4K 641 106
                                    

Author Pov.



"Huft.. Tenang"

Ucap Syanin dengan pelan ketika memasuki mobilnya, berusaha memberikan sedikit ketenangan pada dirinya sendiri untuk tetap biasa saja. Walaupun sudah hampir separuh perjalanan perasaan tak mengenakan ini belum berniat untuk pergi. "Kamu kenapa Nin?"

"Eh, gapapa bang" Jawab Syanin dengan singkat, seolah semuanya baik baik saja. "Bener? Abis ngelamun terus"

"Hah? emang iya? Nggak kok Bang hehe" Katanya dengan tawa ringan yang membuat laki-laki di sampingnya hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Syanin berusaha setenang mungkin, meskipun fikirannya sedang mengawang dan resah. Tetap berfikir, dan mengira tentang teka-teki kehidupannya. Ntah mengapa dia merasa yakin jika manusia bajingan itu masih mau bermain-main dengannya.

Namun sialnya firasat buruk tak mau sedikitpun terusir dari otaknya, solah singgah dan mengakar kuat disana.

"Syanin"

"Iya Bang?"

"Abang boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Kamu perhatiin mobil sedan item di belakang. Kenapa Abang curiga dia ngikutin kita ya" katanya yang dalam sekali hentakan menohok batin remaja itu.

"S-serius bang?" Tanya Syanin yang tak mampu lagi menahan kegundahannya. "Iya, tapi semoga aja nggak"

Selama perjalann Syanin tak melepaskan pandangannya dari kaca spion, ternyata memang benar apa yang diucapkan oleh laki-laki yang ada disampingnya. Mobil sedan berwarna hitam itu mengikuti kemana arah mereka pergi seolah tak mau lepas.

"Bang.." Panggil Syanin dengan pelan, dan terlihat penuh kecemasan. "Tenang ya, nggak usah takut ada abang" Ucapnya yang seolah tau jika gadis disebelahnya sedang dilanda ketakutan.  "Abang agak ngebut gapapa ya?" Izinnya yang hanya diangguki oleh Syanin.

"Ya tuhan tolong Syanin, pleasee" Jeritnya di dalam hati karna sudah tak mampu lagi menahan kegusarannya, ia hanya tak ingin hal-hal diluar dugaannya terjadi malam ini.

Dan beruntunglah, langit seolah mendengar doanya. Tanpa harus bersusah payah, karna kemacetan malam ini sangat membantu mereka terlepas dari mobil itu.

"Kamu tenang ya, kayaknya kita udah gak diikutin" Ucapnya sambil mengusap lembut bahu Syanin, berusaha memberi ketenangan padanya yang sedari tadi terlihat resah.

"Hahh.. Iya bang, syukur lah" Ujar syanin yang sedangberusaha kembali menenangkan degup jantungnya yang sedari tadi berpacu kencang.


****

Butuh waktu separuh jam untuk sampai pada sebuah rumah yang berada di pinggiran kota itu.  "Jauh ya nin? Harusnya abang tadi pulang sendiri aja ya" Ujarnya sambil memasukkan mobil kedalam pekarangan rumah.

"Santai aja kali bang kayak sama siapa aja"

"Yaudah yuk masuk katanya mau ketemu ibu"

"Eh, kayaknya nanti aja deh bang. Udah malem gini gue takut ganggu"

"Nggak ganggu, ibu jam segini masih bangun. Pasti seneng ketemu kamu"

"Serius?"

"Iya, udah ayok"

Mereka berjalan beriringan memasuki rumah bergaya minimalis itu sambil sedikit berbincang ringan.

Sepi dan sunyi ketika mereka bedua memasuki rumah yang cukup besar, hawa dingin mulai menyeruak sampai ke batinnya. Mengedarkan pandangannya kesetiap penjuru rumah yang baru kali ini ia datangi lagi setelah hampir bertahun-tahun lamanya.

Gorgeous TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang