Bagian 34

7.8K 703 180
                                    

Claudya Pov.

"Kamu pucet banget, sakit?" Tanya Syanin kepadaku. "Nggak, nervous aja" Jawabku berusaha tersenyum, walau mungkin akan terlihat sangat garing.

"Dingin banget tangan kamu" Katanya lagi setelah memegang tanganku. "Iya, kalo deg-degan suka dingin. Kaki aku ikut juga dingin kalo kamu mau tau" Jelasku yang berkata jujur, memang tubuhku akan seperti ini ketika aku merasa dalam suasana yang membuatku tak nyaman.

"Ini padahal kedua kalinya aku ketemu Mami kamu ya, tapi rasanya masih tetep bikin nervous"

"Tenang ya sayang. Aku ada di sini buat kamu" Ucap Syanin dengan tatapan teduhnya, mebuat kegundahan dan keraguan yang ada dalam hatiku sedikit memudar. "Yaudah yuk" Ajakku padanya untuk keluar sekarang juga.

Aku berjalan perlahan menuju rumahnya yang sangat sepi sekali, apa ibu Syanin tak pernah merasa kesepian dengan keadaan rumah yang seperti ini?

Syanin mengetuk pintunya yang terkuci, sambil sesekali memanggil ibunya yang tak kunjung keluar. Sedangkan aku hanya berusaha menormalkan ritme jantungku yang sedari tadi tak beraturan.

Tak berapa lama terdengar suara kunci pintu yang terbuka dari dalam. Membuat sekujur tubuhku merinding ketakutan. Claudya tolong, kau hanya akan bertemu ibu kekasihmu bukan bertemu hantu!

Wanita paruh baya itu perlahan membuka pintu dan menampakkan wajah cantiknya yang sudah tak lagi muda. Tautan alis dan raut ekspresi bingung tergambar jelas di wajah itu.

"Selamat Sore bu" Sapaku dengan ramah dan berusaha tersenyum setulus mungkin. "Ee-- Gurunya Syanin kan?" Tanya wanita di depanku ini dengan heran.

Aku sedikit terkejut dengan pertanyaanya, aku tak menyangka ternyata dia belum menyadari bahwa akulah wanita di foto itu. Mungkin karena styleku yang sangat jauh berbeda dengan menggunakan pakaian formal seperti ini sampai-sampai dia tak mengenaku.

"I-ya bu" Jawabku sekenanya, lalu dia pun menyuruhku masuk dengan ramah. Masih dengan ramah, ntah sampai kapan keramahan itu akan ia berikan. Mungkin tak lagi setelah aku memberi tau tentang siapa aku.

Syanin berjalan dalam diam hanya mengekor dan memperhatikan kami.

"Mau minum apa nak?" Katanya padaku. "Nggak usah repot-repot bu" Aku menolak tawarannya. "Biar Syanin aja yang bikin Mi" Tawar Syanin yang hanya diangguki oleh ibunya.

Terlihat sangat berbeda perlakuannya padaku yang terlihat ramah dan pada Syanin yang terkesan dingin. Aku hanya mampu menahan kesedihan hatiku mengingat betapa terpuruknya Syanin oleh perlakuan dingin ibunya.

"Jadi ada keperluan apa Nak guru?" Katanya padaku. Ternyata dia masih memanggilku dengan sebutan Nak guru, seperti terakhir kali kita bertemu.

"Panggil Claudya saja Bu" Ujarku berbasa basi padanya, ia hanya tersenyum mengiyakan ucapanku. Rasanya tak tega untuk melanjutkan niatku setelah melihat senyum Ibu paruh baya ini.

Aku tak siap membuatnya kecewa, melihatnya menatapku seperti ini seolah menemukan kembali sosok Ibuku dalam dirinya. Dan mata mereka sungguh bola yang sama, membuatku merindukan sosok Ibu.

"Baik kalau begitu, jadi ada apa Nak Claudya?" Katanya yang mengulang kembali pertanyaanya dengan teramat sopan. Aku menghela nafas, mempersiapkan mentalku yang akan melukainya dengan setiap pernyataanku. "Mohon maaf sebelumnya bu, saya lancang. Tapi saya kesini untuk bertemu dengan ibu bukan sebagai guru Syanin"

"Maksud Nak Claudya?" Tanyanya padaku yang terlihat belum memahami ucapanku. "Saya bertemu dengan ibu, sebagai.. Kekasih Syanin" Ucapku dengan tanpa ragu.

Bola mata yang membesar dan mulut yang sedikit terngaga sangat menggambarkan keterkejutannya. Sedangkan aku berusaha tersenyum dengan yakin dan menatapnya tanpa rasa angkuh.

Gorgeous TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang