Bagian 42

1.5K 86 7
                                    


Author Pov



"Hubungin Satrio dan Lina sekarang Pi" Ujar wanita paruh baya itu dengan rasa takut dan khawatir yang mulai menggerayangi hatinya. "Yauda Papi telepon dulu mereka" Jawabnya sambil mengotak-atik ponsel pintarnya lalu berjalan menjauh.

"Siapa mereka Mi?" Tanya Claudya yang sedikit asing dengan kedua nama itu. "Mereka kedua orang tua Adikara nak" Jelasnya sambil memegang tangan Claudya untuk saling memberikan ketenangan, tentu sambil berharap menemukan kabar baik dari Syanin karena waktu semakin larut namun perempuan kecil itu tak kunjung datang.

Tak selang berapa lama, munculah pria paruh baya itu sambil menggenggam ponsel pintarnya.

"Gimana Pi?" Tanya ibu Syanin yang terlihat sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban dari suaminya. "Satrio bilang dia dan istrinya sedang perjalanan bisnis, jadi sedang tidak dirumah" jawabnya.

"Sebentar Pi, tidak ada dirumah?" Tanya Claudya dengan tampang heran yang bercampur dengan panik. "Iya, Kenapa nak?" Ucapnya yang terlihat bingung dengan respon Claudya. "Apa Papi dan Mami tau rumah adikara? Sebaiknya kita susul kesana. Saya rasa ada kejanggalan disini" Ujar Claudya yang membuat kedua orang tua Syanin semakin bingung dengan semua ini.

"Kejanggalan bagaimana nak? Maksud kamu gimana, Mami tidak faham" kini bagian Ibu Syanin yang bertanya tentang maksud ucapan Claudya. "Tadi teman Syanin yang juga saudara dari Adikara bilang kepada saya jika Syanin sedang mengantarkannya pulang sambil berkunjung menemui Ibunya. Sekarang Papi bilang orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis. Apa itu bukan sebuah kejanggalan?" Jelas Claudya dengan panjang lebar membuat kedua orang tua Syanin terlihat sedikit kaget dengan ucapan Claudya.

"Ayok kita berangkat" Ucap pria paruh baya yang segera bangkit dan menyambar kunci mobilnya yang terletak diatas meja dengan tergesa-gesa.


***


Ditengah perjalanan Claudya hanya berdoa dan berdoa, memohon kepada Tuhan agar selalu mejaga Syanin. Ia mengepalkan tangannya yang sangat basah karena kecemasan yang begitu hebat.

"Tenang Claudya, everything will be okay" Ucapnya dalam hati, berusaha memberikan ketenangan untuk dirinya sendiri. "Nak.." Panggil seorang wanita yang duduk di sampingnya, Claudya hanya menoleh dan menatap wanita itu dengan sorot mata kecemasan. Lalu kehangatan menyeruak diantara kedua bauhnya yang di rangkul seolah memberikan ketenangan dan kekuatan untuknya yang terlihat sangat kacau saat ini.

"Tenang ya, kita berdoa agar Tuhan selalu menjaga Syanin" katanya dengan lembut, membuat batin Claudya terasa sedikit tenang menghadapi semua ini. Claudya hanya mengangguk mengiyakan, dan berjanji untuk lebih tenang dari sebelumnya.

Perjalanan sudah ditempuh selama 30 menit, Claudya merasa sangat yakin jika jalan ini adalah jalan yang tadi ia lalui bersama Kezia. Namun mereka kehilangan jejak di persimpangan yang kini telah mereka lalui.

"Ohh kesini rupanya" gumamnya yang terdengar oleh ibu Syanin. "Kenapa nak?" Tanya nya kepada Claudya. "Tadi saya sempat mengikuti mobil Syanin, namun hanya sampai ke persimpangan ini lalu menghilang Mi" Jelasnya pada wanita paruh baya itu.

Tak terasa jaraknya semakin dekat, mobil sedan hitam itu melaju memasuki sebuah perumahan yang terlihat sangat sepi karena waktu menunjukan hampir tengah malam dimana waktunya orang orang tidur.

Lampu-lampu jalan mulai redup seolah tak terurus.

"AWAS PI!"





BRAKKKK




****




Riuh suara ambulance memenuhi malam ini. Rasa khawatir sangat jelas di hati karna sebuah kejadian pahit yang harus diterima di dada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gorgeous TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang