Tap
Tap
Tap"Annyeong, Kim sajangnim."
Taehyung memutar tubuhnya heran. Ia sempat terkejut karena seseorang tiba-tiba datang saat ia tengah mengambil berkas pada rak di belakang meja kerjanya. Taehyung mengamati lekat-lekat seseorang yang tengah duduk di kursi seberangnya. "Bisakah mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ruangan seseorang?" tanya Taehyung terdengar ketus.
Wanita itu hanya menyunggingkan smirk. Taehyung masih semenarik dahulu, pikirnya. Bahkan Taehyung terlihat lebih tampan pada umurnya 27 tahun seperti saat ini. "Apa perlu aku mengetuk pintu milik SAHABATKU sendiri?" ucapnya penuh penekanan.
Taehyung menutup berkasnya kasar kemudian duduk pada kursinya, melipat kedua tangan di depan dada. Ia tak berkata apapun, ia tahu apa yang wanita itu inginkan. "Bagaimana dengan tawaran Bogum oppa? Kau bisa membantuku kan?" ucap wanita itu dengan menumpukan kaki kanan pada kaki kiri.
Roknya hanya sepanjang satu jengkal, belum lagi belahan dadanya yang begitu terbuka membuat Taehyung risih. "Aku sudah berjanji pada istriku untuk tidak menerima sekretaris seorang PEREMPUAN," ucap Taehyung tegas.
Prok
Prok
ProkWanita itu bertepuk tangan setelah mendengarkan penolakan namja di depannya. "Sepertinya kau sangat takut pada istrimu."
Taehyung menyunggingkan smirk mendengar penuturan wanita tersebut. Takut? Dia hanya menjaga perasaan sang istri. "Bagaimana jika kata 'takut' itu ternyata sebuah kata yang dinamakan 'cinta'?"
Wanita itu menggertakkan giginya. Dia sangat tidak menyukai saat Taehyung membela istrinya. "Ah, kau 'mencintainya' karena sebagian besar sahamnya ini milik kakak iparmu, kan?"
Taehyung diam. Dia bukan tidak dapat menjawab, tapi Taehyung malas meladeni wanita itu. Wanita ini memang paling pandai dalam hal menyiramkan minyak tanah dalam bara api.
Saham ini sudah sepenuhnya milik Taehyung, namun memang kebanyakan orang tidak memahami keadaan itu. Mereka berfikir semua ini masih dalam kendali Jiyoung, padahal tidak sama sekali. Taehyung hanya mengiyakan saja perkataan wanita itu. Biarlah para wanita mengira ia tak mempunyai apapun, asal dia tidak menyakiti keluarga kecilnya.
"Kau berhutang banyak jasa pada Bogum oppa. Kau seharusnya bisa membantuku, adiknya."
Taehyung kembali terdiam. Tatapannya kosong. Ia dalam posisi di mana balas jasa dan menjaga perasaan sang istri adalah sesuatu yang sama-sama penting. "Ayolah. Kau pasti bisa merayu istrimu."
Taehyung membayangkan bagaimana ia akan mengatakan pada Jinnie? Belum apa-apa pasti istrinya sudah akan memberinya punggung. Ini benar-benar racun!
---
"Sayang, kau tak memakan sarapanmu?" tanya Jinnie penasaran karena suaminya tak kunjung memakan sarapannya.
Segera Taehyung memasukkan roti itu ke dalam mulut. Walaupun tak berselera, tapi Taehyung harus tetap memakan makananya. Ia tidak ingin membangunkan singa betina yang tengah jinak di depannya saat ini. Singa betina yang tengah sibuk memasukkan beberapa kotak makanan ke dalam tas Taera itu begitu manis. Tapi si singa betina bisa saja menerkamnya secara tiba-tiba. Galak! pikir Taehyung. "Taera nanti jangan nakal ya di rumah uncle Jimin. Ingat, jangan membuat gaduh!" begitulah nasehat sang Mama untuk anaknya.
Taera berdiri pada kursi makannya dan menegakkan tubuh memberi hormat pada sang Mama. "Siap Mama!" teriaknya.
Kemudian gadis kecil itu kembali menurunkan tubuhnya dan duduk dengan tenang, mengambil satu lembar roti lagi. Astaga, anak itu benar-benar makan dengan baik. Ia telah menghabiskan beberapa lembar rotinya. "Papa, kemalin Taela belajal tebak-tebak tentang animal," ucapnya dengan roti yang penuh di dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niga Hamyeon [Marriage Life] - KTH ✔
FanfictionCinta sejati layaknya kematian. Sejauh apapun kau berlari, sekuat apapun kau menolaknya, ia akan tetap menghampirimu. Dan kesalahan hanya sebagian kecil dari kehidupan. Layaknya daun kering yang jatuh dari dahannya. Kau harus tahu bahwa setiap detik...