Extra Chap (Uri Love Scenario)

7.3K 469 80
                                    


Jinnie


Jeano Kim kini sudah berumur enam bulan, dengan keadaan yang sudah bisa merangkak kesana-kemari bersama air liurnya yang membasahi lantai.

"Aduh! Mama! Sakit!" Suara anak sulungku memenuhi ruang tengah.

Aku mendengus kesal masih dengan mengikuti ke mana arah Jeano merangkak. Anak bungsuku merangkak menuju sumber suara, di mana sang noona tengah merengek kesakitan dengan terduduk di lantai.

"Noona kenapa?" Tanyaku panik melihat anakku yang terlihat akan menangis.

"Tata kepleset, licin!" Adunya menunjuk lantai serta mengusap bokongnya yang terasa sakit.

Aku sedikit heran. Padahal baru kemarin lantai ini dibersihkan dan dipel, lalu bagaimana bisa licin?

Penuh selidik aku mengusap lantai tempat kejadian tergulingnya tubuh Taera. Ah, cairan lengket ini sepertinya aku mengenalnya.

"Mbrumbru," gumam Jeano masih dengan merangkak kesana-kemari.

Ah, aku tahu pelakunya yang tidak lain adalah Jeano. Aku hendak membuka mulut, tapi niat itu kuurungkan mengingat Taera pasti akan memarahi Jeano habis-habisan setelah tahu adiknya lah yang bersalah. Adiknyalah yang membasahi lantai dengan air liurnya.

"Mama, sakit! Tata mau gendong!" Keluhnya membuatku mau tidak mau menggendong tubuhnya yang mulai berisi.

Taera mengalungkan lengannya pada leherku dengan manja, sedangkan aku hanya mengawasi Jeano yang tengah berusaha mengambil majalahku di bawah meja ruang tengah.

"Jeano, ini majalah Mama. Aduh!" Keluhku berusaha menyejajarkan tubuh dengan si kecil lalu meraih majalah tersebut dan menyembunyikannya di tempat yang aman.

Jika aku membiarkannya, sudah pasti majalah itu akan habis ditangan Jeano menjadi sobekan-sobekan kecil. Alhasil, Jeano menangis dengan airmata berderai derasnya, serta hidung memerah tentunya.

Aku menghela nafas berat. Cobaan apalagi ini?

Dengan susah payah, aku juga meraih tubuh Jeano dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiriku masih merengkuh tubuh Taera. Sialnya, Jungkook tengah pergi ke kampus, sedangkan Taehyung di kantor, tentu saja.

Tubuhku sedikit limbung sebelum akhirnya berhasil bangkit.

Jika ditotal, kini aku tengah membawa beban sebesar dua puluh kilogram lebih dengan berat badanku yang hanya 45 kilogram. Aku kewalahan dengan tangan yang mulai berdenyut.

"Aduh, Tata turun dulu ya sayang," pintaku meletakkan tubuh anak pertamaku di atas sofa.

Taera menggeleng dengan memeluk leherku lebih erat. Aku akhirnya pasrah dengan kedua anak dalam pangkuanku, dan keduanya masih menangis.



---




Setelah kejadian tangisan heboh kedua buah hatiku, suamiku datang dengan rusuhnya memelukku yang masih mengerucutkan bibir. Hmm, sedikit lelah memang.

Dia, Taehyung membawa kabar baik. Grup asuhannya kini merangkak naik dengan popularitas yang sungguh luar biasa. Dan Taehyung juga bilang jika perusahaan akan dibangun sedemikian rupa, dengan lokasi yang berbeda.

Aku sungguh tidak menyangka jika grup beranggotakan laki-laki di sana akan sesukses ini, mengingat semua orang mencibir Taehyung bahwa grup tersebut tidak akan berhasil layaknya Click. Tapi Taehyung menampar persepsi semua orang dengan prestasi grupnya yang sungguh cemerlang.

"Mbrumbru," suara khas Jeano dengan merangkak menuju kaki sang Papa.

Taehyung menggoyangkan tangannya seperti orang berjoged dan tangannya meraih Jeano untuk ia terbangkan layaknya pesawat.

Niga Hamyeon [Marriage Life] - KTH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang