"Merasakanmu hanya bisa kulakukan saat kau bersatu dalam hembusan angin yang lembut. Kau terlalu menyatu dengan angin, menjadikanmu dingin. Bahkan kilatan mataku bisa merasakannya."
---
Jalanan kosong kelabu, saat rintik hujan mulai turun membasahinya. Ku buka jendela membuat hembusan angin semakin lembut menerpa wajahku.
Aku menarik bayangmu dari rintik air hujan yang terus turun membasahi bumi. Mengisahkan semua kenangan yang seakan hanyut dalam suara gemercik serta menenangkan di luar sana.
Ketenangan yang diciptakan bumi seakan menambah kekosongan diriku dalam dekapan senja yang mulai turun. Aku mulai bertanya pada langit, lagi-lagi ia menolak dengan gemuruh yang tercipta.
Aku mulai diam dengan menatap daun yang mulai menghijau. Rindu, kata rindu yang tercipta tak dapat aku hapus bahkan dengan banyaknya tetesan yang tercipta dari air hujan.
Ku pejamkan mata dan mulai menyatu dengan angin yang menusuk tubuhku. Mata itu masih saja di sana, membuat hatiku sakit. Semakin angin itu membelai tubuhku, semakin kurasakan rindu akan pelukanmu.
Jika ini mimpi, seseorang tolong bangunkan aku dari mimpi menakutkan ini.
Kim Taehyung.
Ku tulis nama itu pada kaca jendela di sisi kiri. Seakan angin itu akan membawa rinduku yang begitu menggebu padanya di sana, di sisi kelemahan pada diriku.
Sendiri aku mulai meresapi setiap alunan musik yang tercipta dari gemercik air. Musik itu lagi-lagi seakan membawaku pada sebuah kebebasan. Entah kebebasan apa yang aku rasakan.
Rasanya ingin sekali aku melihat pipi merah meronamu. Merasakan suhu kasih yang tercipta di sana.
Aku lelah dan kekhawatiran itu mulai memuncak dalam darahku.
Kakiku seakan berpijak pada ujung tebing curam, serta kelopak mata menutupi retinanya dari cahaya. Angin di sisi kiri dan kanan seakan menarikku begitu dalam pada bayanganmu. Semua memori mulai hinggap hingga menghitam.
Aku membutuhkan tanganmu.
Tapi tanganmu seakan mendorongku lebih dalam, membuat tubuhku melayang dan terjatuh.
Aku membenci diriku saat aku mencintaimu, hingga aku tak mengerti lagi berapa besar kadar cinta yang aku punya dan terbuang untukmu.
Neon falling you.
***
Lamunan wanita itu terhenti saat sesuatu mengusik indera penglihatannya. Jinnie melihat ke sekeliling, bayangan itu mulai menghilang dibalik payung transparan yang dipakainya.
Dengan langkah cepat, wanita itu mulai mengejarnya. Ia takut bayangan itu semakin jauh untuk ia kejar. Alas kaki pun lantas sirna dari dalam otaknya. Yang terpikir oleh Jinnie hanya seseorang dalam balutan mantel hitamnya tengah berdiri di ujung jalan.
Air mata wanita itu mulai beradu dengan derasnya air hujan yang turun. "Hiks hiks kau membuatku takut!" Luapnya di ujung jalan, tepat di hadapan seseorang dengan balutan mantel.
Jinnie merasakan air hujan tak lagi menyiraminya, serta hangatnya rengkuhan seseorang di sana. "Mianhae, aku datang tiba-tiba."
Jinnie masih saja terisak di sana, dalam balutan hangat tubuh sang pria. "Bukankah aku datang disaat yang tepat?" Lanjut sang pria membuat Jinnie mencengkeram punggungnya kuat.
"Hiks hiks, jangan pergi lagi. Jebal! A-aku takut sendiri. A-aku-"
"Arra. Aku ada di sini. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan menjagamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Niga Hamyeon [Marriage Life] - KTH ✔
FanficCinta sejati layaknya kematian. Sejauh apapun kau berlari, sekuat apapun kau menolaknya, ia akan tetap menghampirimu. Dan kesalahan hanya sebagian kecil dari kehidupan. Layaknya daun kering yang jatuh dari dahannya. Kau harus tahu bahwa setiap detik...