prolog

4.6K 99 9
                                    

"Na...na....na...." suara seorang gadis bersenandung dengan merdu mendengarkan alunan musik dari earphone yang tersambung pada handphone nya, jari telunjuknya menepuk-nepuk pelan pahanya, ia menikmati sambil sesekali megejapkan mata dan menggoyangkan kepalanya menghayati setiap lantunan lagu yang didengarnya.
 
Udara di taman sangat menyejukan setiap insan yang bersantai di area taman kampus yang hijau dan rimbun dengan pepohonan yang menambah keindahan taman itu, dengan tiupan angin yang lalu-lalang di udara mampu menambah ketenangan hati gadis cantik yang bersandar di kursi taman kampus dengan nyaman.
 
Gadis cantik itu terus memainkan bibirnya bernyanyi mengiringi lagu yang mulai berganti ke lagu yang berikutnya, senandungan lagu yang di alunannya pun mulai berubah nada.
     
"Lagunya asik?." seorang pemuda menghampiri gadis cantik berambut hitam panjang yang sedang menikmati musik di kursi panjang taman Kampus.
      
Segera gadis itu menengok ke arah suara yang menghentikan senandung lembut dari bibirnya. "Hai." Gadis itu tersenyum dengan sangat manis pada pemuda yang menghampirinya, segera ia melepas earphone yang terpasang di telinganya.
     
Pemuda itu sangat tampan dan gagah terlihat dari posturnya yang sangat ideal dengan beberapa urat terlihat jelas terlukis dilengannya. Ia pun memiliki wajah oriental yang sangat enak dipandang.
     
"Masih mau santai di sini?." tanya pemuda itu dengan senyum ramah. Senyuman itu sungguh sangat indah dan mendamaikan setiap insan yang memandangnya, goresan bibir yang mampu membuat jantung wanita berhenti berdetak seketika.
     
"Di sini asik, seru, aku suka disini." tutur lembut gadis cantik yang hobi mendengarkan lagu itu.
     
Pemuda itu terus memandang gadis cantik dihadapannya dengan penuh kekaguman, gadis cantik yang mampu membuatnya lupa bahwa ia berada didunia. Setiap kali memandangnya ia selalu merasa berada di surga dan gadis cantik yang dihadapannya adalah bidadari yang tercipta untuk menemaninya. Andai saja ia bisa meminta, ia hanya ingin gadis ini menjadi pendamping hidupnya.
     
"Sampai kapan?."
     
"Sampai bosan." Senyuman itu kembali tergores dari bibirnya, lagi gadis itu membuat pemuda dihadapannya tidak sanggup berhenti memujinya. Gadis itu mencoba mengajak pemuda dihadapannya untuk duduk di sampingnya dengan menepuk-nepuk samping bangku yang didudukinya.
     
Pemuda itu tetap tersenyum memandang wajah cantik gadis dihadapannya. "Aku ada sesuatu untuk kamu."Ucapnya seketika mampu membuat gadis itu membulatkan matanya kaget sekaligus penasaran.
     
"Apa?."
     
"Aku akan hadirkan seorang yang akan membuatmu sangat bahagia." Ucapnya kembali membuat gadis cantik itu semakin bingung dan penasaran.
     
'Siapa?."kedua kalinya gadis itu bertanya, berharap ia segera tahu apa yang dimaksud pemuda tampan dihadapannya.
     
"Raniaaaa............." teriak seorang gadis cantik dengan gaya rambut  bergelombang sembari berlari menghampiri gadis dan pemuda tampan itu.
     
Gadis bernama Rania itu segera bangkit dari duduknya, ia benar-benar kaget dan tidak percaya dengan apa yang saat ini ia lihat dihadapannya. "Andien!." ujarnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca karena terharu.
     
Sekejap pelukan hangat menghiasi pertemuan dua gadis cantik itu suara tangis pun mulai pecah di area taman kampus. "Rania, aku kangen banget sama kamu, apa kabar?." gadis bernama Andien itu semakin mengetatkan pelukannya.
     
"Aku baik, aku juga kangen sama kamu." suara rintih Rania menunjukan betapa ia sangat haru akan pertemuan ini. segera Rania melepas pelukannya dan tersenyum lebar dengan penuh bahagia karena kembali berjumpa dengan sahabat tercintanya.
     
Rania memandang pemuda tampan yang sedari tadi berdiri dihadapannya. Senyum lebar itu kembali tergores di bibirnya. "Kak Dafa, terimakasih ya."
     
Dafa melempar senyum senang pada wanita cantik yang selalu ia kagumi, ia bangga pada dirinya sendiri karena mampu menghadirkan kembali sahabat Rania yang selama ini selalu Rania rindukan, sahabat yang selalu Rania banggakan dan selalu Rania nantikan kehadirannya.
     
"Thank ya, kak." ujar Andien dengan senyum ramahnya.
     
"Ok! kalau gitu kalian ngobrol berdua aja, aku gak mau ganggu hari spesial kalian." Dafa segera melangkah meninggalkan kedua sahabat sejati itu dan membiarkan keduanya menikmati hari bahagianya atas pertemuannya.
     
Rania dan Andien memandang kepergian Dafa hingga mulai menjauh dari pandangan.
     
Rania segera memandang jam tangan putih berlapis batu permata yang melingkar di pergelangan tangannya, terlihat sangat bagus untuk dipakai pada wanita cantik sepertinya. Ia sangat cantik memiliki kulit kuning langsat khas wanita indonesia dengan rambut hitam panjang terurai ke depan dadanya membuatnya terlihat sangat menawan. "Gak apa-apakan ngobrol dulu disini?." tanya gadis itu setelah mengetahui jam sudah menunjukan pukul tiga sore.
     
"Gak apa-apa kok, kamu mau kita ngobrol dimana aja aku siap kok, yang terpenting kita bareng lagi, hari ini aku bener-bener bahagia." Andien kembali memeluk erat tubuh Rania.
     
"Aku juga." Ujar Rania melepaskan pelukan Andien yang mulai membuat nafasnya sedikit sesak. "ayo duduk." ajak Rania sembari menunjuk kursi panjang di belakangnya.
     
Keduanya duduk bersamaan sembari merapihkan rambut dan pakaiannya masing-masing.
     
"Bagaimana dengan kak Dafa? Udah jadian?." tanya Andien yang mulai kepo dengan hubungan sahabatnya yang sudah lama tidak berjumpa itu. Pertanyaan itu sangat tepat untuk dibahas mengingat selama ini Rania selalu bersama dengan Dafa meskipun Rania memang kerap kali menghubungi Andien lewat media sosial tetapi Rania sama sekali tidak pernah menjelaskan hubungan kedekatannya dengan Dafa. Hal itulah yang mampu membuat Andien penasaran.
     
"Apa? Enggak enggak, aku gak jadian kok sama dia." ujar Rania dengan tenang. Rania tidak mungkin membohongi sahabatnya jika ia dan Dafa tidak memiliki hubungan yang lebih.
     
"Apa? Gak ada rasa apa-apa, kamu serius? Secara kalian berdua itu bareng udah hampir 7 tahun, dan kamu sampai detik ini masih belum juga punya rasa suka sama dia?." ujar Andien tidak percaya.
     
Bagi Andie  gak masuk akal dua orang pemuda yang selalu bersama bertahun-tahun tapi tidak memiliki rasa apa-apa, apalagi rasa cinta. Secara Dafa selalu berusaha mendapatkan hati Rania, berbagai cara ia lakukan untuk membuat Rania suka kepadanya, tapi hasilnya Rania masih sama seperti Rania saat mereka berdua pertama bertemu. Rania yang hanya menganggap Dafa sebagai temannya saja.
     
"Aku gak tau apa yang ada di pikiran kamu, Ran. Kak Dafa itu selama ini sangat baik sama kamu, dan kamu....." Andien menggelengkan kepalanya menunjukan wajah agak kecewa pada sahabat tercintanya. "Gak bisakah sedikit aja kamu buka hati kamu buat dia?." Andien kali ini sepertinya tengah menginterogasi sahabatnya. Untuk pertemuan kali ini pembicaraan ini justru merusak mood Rania.
     
"Aku tau kak Dafa sangat baik dan dia selalu berusaha membuat hariku bahagia, tapi......" Rania menghentikan ucapannya menatap arah langit yang mulai berwarna orange karena hari mulai sore. "Ada yang mengganjal hatiku sampai detik ini, aku berusaha buat bisa mencintai Dafa, tapi aku gak bisa, dan itu justru membuatku sakit, Dien."
     
Andien terdiam tatapannya mulai berubah ada sedikit ketegangan yang tergores di wajahnya. " Kak Revien?." ucap Andien mampu membelalakkan bola mata Rania. Bayangan Rania kembali melayang pada sosok pemuda bernama Revien. Pemuda yang pernah ada dalam hatinya dan membuat hari-hari Rania semangat, pemuda yang pernah ia kagumi, yang pernah ia banggakan, dan pemuda yang pernah membuatnya harus menelan kepedihan.
     
Rania kemudian tersenyum lalu menggeleng. "Aku sudah melupakannya."
     
"Terus?."

♡^_^♡
Terima kasih udah mau baca, ceritanya aku revisi.

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang