3 "Revien dan Dafa"

827 29 9
                                    

"ku duluan ya, ada jadwal piket." Andien segera keluar dari mobil setelah sampai di depan gerbang sekolah.

"Oh ok!." Rania memandangi kepergian sahabatnya yang melesat dengan cepat menuju kelasnya. Rania paham betul kebiasaan sahabatnya yang merupakan sosok orang yang bertanggung jawab, piket adalah kewajiban penting yang tidak bisa Andien abaikan. Sudah hampir satu bulan mereka belajar di SMA dan Andien tak pernah melupakan jadwal piketnya. Lain dengan Rania yang cenderung tidak perduli dengan tugas piketnya, sejak SD Rania memang jarang sekali mengerjakan tugas piketnya bahkan terkadang dia tidak tahu jadwal piketnya sendiri.

"Pak Maman, pulangnya gak usah jemput ya." pinta Rania pada supir pribadinya seraya bergegas keluar dari mobilnya.

"Tapi non, ibu bilang......"

"Nanti aku yang izin langsung pada mama, pak Maman tenang aja mama gak akan marah kok." Bujuk Rania memaksa.

"Baik non." ujar pak Maman pasrah.

Rania langsung melangkah melintasi gerbang masuk sekolah, langkah demi langkah ia lewati menyusuri halaman sekolah hingga ia sampai pada tempat parkir siswa, ditatapnya beberapa siswa yang tengah memarkirkan motornya, hingga matanya mulai tertuju pada seorang remaja laki-laki yang berjaket kulit warna coklat yang baru sampai di sekolah memarkirkan motor jenis sport berwarna hitam. "Sepertinya dia orang kaya." pikir rania seraya terus berjalan menuju ruang kelas.

"Tunggu sebentar." suara seorang laki-laki menghentikan langkah Rania.

Sontak Rania membalikkan tubuhnya menghadap suara yang sepertinya menghentikannya. "Kak Revien." ujar Rania kaget menyadari sosok Revien lah yang telah memanggilnya. Rania pun mulai salah tingkah.

"Oh kamu tau namaku?." tanya Revien yang sepertinya bukan bertanya tapi memberikan pernyataan seraya tersenyum ramah pada sosok cantik dihadapannya.

"Ada apa kak?." Rania menyeryitkan keningnya menunjukan sikap bingung pada pemuda keren didepannya meski begitu Rania tetap senang bisa berjumpa dengan Revien. Entah kebetulan atau tidak, tapi Rania merasa senang bila bertemu lagi dengan pemuda baik hati yang pernah menolongnya.

"Boleh aku minta tolong?."

"Apa." teriak Rania dalam hati tidak menyangka makhluk keren dihadapannya meninta tolong kepadanya. Wow bagai ketimpang emas di pagi hari. Senyum senang tercurah dari bibir Rania. "Minta tolong apa ya kak?" Ujar Rania semangat.

"Kamu kelas berapa?." lagi lagi Rania dibuat melayang oleh pertanyaan personel dashing boys itu, dia menanyakan kelas Rania. "Untuk apa?." pikirnya lagi.

"Kelas 10 IPA 3, kak."

"Wah kebetulan banget, aku mau minta tolong sampaikan surat ini untuk guru pengajar, Lidya hari ini tidak bisa masuk dia sedang sakit." tuturnya menjelaskan maksud hati meminta bantuan pada Rania seraya menyerahkan sebuah amplop berisi surat izin milik Lidya pada Rania.

"Oh baik kak nanti saya sampaikan." Rania segera mengambil surat izin itu dari tangan Revien.

"Ok! Aku duluan ya." Revien melangkah meninggalkan Rania.

"Kakak siapanya Lidya." ucap Rania menghentikan langkah Revien. Segera dipandangnya Rania yang mulai kepo alias mau tahu.

"Aku tetanggan sama Lidya, rumah kita beriringan, jadi tadi pagi ibunya datang kerumahku minta tolong sampaikan surat ini, tapi aku gak mungkin datang ke kelasnya, bukan apa-apa sih ya males aja lewat kelas 10." ucapnya dengan senyum getir. Rania mengerti maksud Revien, Revien sepertinya tidak suka mendapat sambutan dari berbagai siswi-siswi kecentilan yang mencoba mendekatinya. Rania tahu betul bagimana sikap-sikap para cewek agresif yang suka merayu cowok-cowok keren. Tak heran jika Revien malas mendatangi kelas Lidya.

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang