"Tadi pas gue ke kafe gue liat......" Virna menghentikan ucapannya saat melihat sebuah frame foto yang bergambarkan dua sosok wanita cantik yang tak lain adalah Rania dan Andien.
"Apa?" tanya Rania penasaran.
"Lo deket banget ya sama Andien?" tanya Virna mengalihkan pembicaraan.
"Ya iya lah, aku deket banget sama dia, aku udah menganggap dia kayak saudara aku sendiri, dia selalu bisa buat aku bahagia" ujar Rania memuji Andien dengan penuh kebanggaan, "pernah nih ya suatu hari, saat aku gak sengaja ngejatohin boneka aku ke got, aku nagis kencang banget, cengeng banget aku pas kecil, tapi Andien selalu bisa buat aku bahagia, dia sampai turun ke got untuk mengambil boneka aku, lalu kita cuci bareng boneka itu sambil main air dan badan kita jadi basah kuyup, seru banget kan?" tutur Rania bercerita masa kecilnya bersama Andien dengan menggebu-gebu.
Virna mencoba menggoreskan senyum kecilnya walau rasanya sulit, Rania terlalu bahagia dengan persahabatannya bersama Andien, bagaimana bisa Virna menghancurkan segalanya. Tapi kejadian di kafe itu, entah bagaimana jadinya jika Rania tau hal itu.
"Aku tuh sama Andien udah kaya sepatu yang gak bisa dipisahkan, karena jika salah satunya pergi, sepatu sebelahnya gak akan berguna lagi" sambung Rania.
"Pasti kamu, sayang banget ya sama Andien?"
"Itu udah pasti, aku sayang banget sama Andien, eh sama kamu juga Vir, aku sayang kalian" Rania menepuk pelan punggung Virna lalu membenahi poninya yang mulai menutupi pandangannya. "Kok jadi cerita masa kecil aku, Kamu mau ngomong apa tadi, kamu lihat apa di kafe?" tanya Rania mengingat kembali tujuan Virna datang ke rumahnya.
"Em....tadi, tadi aku lihat ada orang bawa buku tulis, aku jadi keingetan belum ngerjain PR kimia, boleh aku pinjam buku kamu" ujar Virna berbohong, sejujurnya Virna telah menyelesaikan tugas kimianya, tapi hanya itu alasan yang bisa Virna ucapkan agar Rania tidak curiga.
"Oh, ya boleh lah, untuk sahabat tercintaku apa aja boleh dipinjam kok" ujar Rania tetap dengan senyum manisnya.
"Maaf in aku ya Ran, aku gak bisa mengatakan itu sekarang" batin Virna sedih.*****
Bell tanda jam istirahat pertama berbunyi sangat nyaring, seluruh siswa-siswi mulai berhamburan keluar kelas.
"Ran, kantin yuk" ajak Virna setelah bangkit dari duduknya mengajak Rania ke kantin.
"Yuk" Rania ikut bangkit dari duduknya menyetujui ajakan Virna. "Ayo Dien" ajak Rania pada Andien karena menyadari Andien tak kunjung bangkit dari duduknya.
Andien tak langsung menyetujui ajakan Rania, ia menatap Virna sejenak untuk memastikan semuanya baik-baik saja, tapi kenyataannya terlihat jelas ekspresi Virna yang tidak suka, melihat itu Andien mengurungkan niatnya untuk menerima tawaran Rania.
"Gak deh Ran, aku gak lapar, kamu aja" tolak Andien pelan karena takut Rania tidak suka.
"Kenapa? Biasanya mau diajak ke kantin" ujar Rania heran.
"Iya, tapi kali ini aku gak laper" Andien menundukkan kepalanya untuk menghindari kontak langsung dengan mata Virna yang sangat menakutkan itu.
"Tapi...."
"Udah lah Ran, kalau dia gak mau, ya udah jangan dipaksa" ujar Virna dengan nada sedikit cetus. Meski begitu Rania tidak curiga sama sekali dengan sikap Virna dan Andien.
"Ya udah deh, aku duluan ya" ujar Rania pamit.
Rania, Virna dan yang lainnya pergi dikantin meninggalkan Andien sendiri, kelas hari ini terlihat sangat sepi, biasanya jam istirahat memang sepi semua siswa-siswi selalu ke kantin walau tidak semuanya, karena pasti ada yang tidak ke kantin, tapi kali ini tidak seperti biasanya kelas benar-benar sepi, semua siswa-siswi kelas 10 IPA 3 pergi keluar hanya Andien sendiri yang berada di dalam kelas.
Untuk mengusir rasa sepi Andien memilih mendengarkan lagu dari earphonenya, lantunan lagu itu mengalun sangat lembut hingga membuat Andien terlena dan mulai memejamkan matanya pelan sampai lagu mulai berganti ke lagu berikutnya, kali ini lagu yang berputar bertemakan sahabat, Andien terus menikmati lagunya hingga tak menyadari air matanya menetes membasahi pipinya, lagu itu membuat pikiran Andien melayang pada masa kecilnya bersama Rania, saat keduanya tertawa bersama, berlarian, main air hingga basah, dimana senyuman kedua gadis kecil itu terpancar sangat bahagia.
Bayangan masa kecil itupun berganti kebayangan saat Rania dengan bahagia bercerita bahwa ia menyukai Revien pada teman-temannya, bayangan saat semua teman-temannya berharap Rania bisa jadian dengan Revien, bayangan saat Revien meminta Andien jadi pacarnya, bayangan saat Virna mengetahui segalanya dan menamparnya sangat keras di muka umum. Semua itu membuat dada Andien semakin sesak, ia merasa sangat bersalah pada sahabatnya sendiri karena telah tega mengkhianatinya.
"Maafin aku Ran, maafin aku....." batin Andien menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Teen Fiction#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...