11 "Siswi Pembuat Onar 2"

499 17 4
                                    

Jam 08.30 lapangan olah raga sangat terik oleh sengatan matahari yang sepertinya sedang membenci bumi, walau masih pagi sepertinya matahari begitu semangatnya membakar alam semesta.
     
Para siswi kelas 10 IPA 3 berlarian tanding basket dilapangan basket, sedangkan para laki-laki sedang beristirahat karena telah lebih dahulu bermain basket.
     
“Duh, panas banget sih” Keluh Rania sembari melempar bola basket dengan malas ke arah lapangan aspal tidak menentu. Rania melap keringatnya yang mulai membasahi wajahnya.
     
“Iya, ini bumi atau neraka sih, ampun panas banget, haus lagi” Virna ikutan mengeluh seraya mengelap keringat terus mengalir di dahinya.
     
“Aku ambil minum dulu deh dikelas” ujar Rania berniat mengambil air minum didalam kelasnya
     
“Iya Ran, ambil minum sana” ujar Virna semangat.
     
Dengan sedikit berlari Rania segera menghampiri pak Hartono guru olah raga kelas 10 untuk meminta izin ke kelas. “Pa, boleh mengambil minum di kelas gak? Haus banget nih, panas”. Keluh Rania pada guru olahraganya berharap gurunya mau memberi izin padanya.
     
“Ya udah boleh sana, nanti balik lagi ya” ucap pak hartono memberi izin.
     
“Terima kasih pak” ujar Rania semangat.
     
Rania segera berlari menuju ruang kelasnya untuk mengambil minuman miliknya di tas.

*****
     
“Aku pikir kamu berlebihan” ujar Dafa pada Revien saat keduanya melintasi koridor kelas 10 setelah dari kantin.
     
“Apanya yang berlebihan, lo pikir gue gak perlu curiga setelah tau Monica bohongi gue, kalau bukan selingkuh, apa lagi coba?” Revien tak lagi dapat menahan emosinya, setelah kemarin ia menelpon Monica, Revien selalu marah-marah dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain termasuk sahabat-sahabatnya.
     
“Aaahhhhhhh............” teriakan seorang wanita dari salah satu ruangan kelas 10 menghentikan langkah Revien dan Dafa.
     
“Suara siapa itu?” tanya Revien penasaran.
     
Dafa hanya menjawab lewat anggukan kepalanya mengisyaratkan bahwa dirinya juga tidak tahu.
     
Seketika Rania melintas dengan nafas tersenggal-senggal dan menabrak Revien dan Dafa.
     
“Rania?” Dafa mulai panik melihat ekspresi Rania yang seperti ketakutan. Sedang Revien terlihat sangat bingung. “Ada apa?” tanya Dafa memastikan.
     
Rania tidak sempat menjawab pertanyaan Dafa, tempo detak jantungnya sangat tidak karuan, seketika Rania tidak lagi mampu menyeimbangi tubuhnya dan pingsan tepat dihadapan Dafa.
     
Dafa yang menyadari Rania pingsan segera meraih tubuhnya agar tidak sampai jatuh ke lantai. Revien yang sedari tadi bingung pun reflek meraih tubuh Rania.
     
“Daf, ayo bawa ke UKS” Ujar Revien panik.
     
Tidak berpikir lama Dafa segera membopong tubuh kecil Rania, dan melangkahkan kaki dengan kecepatan lebih agar segera sampai di UKS.
     
Beberapa pasang mata yang melihat adegan Dafa menggendong Rania saling bertanya-tanya. Kini pemandangan itu menjadi objek paling menarik di sekolah, Dafa dan Rania saat ini pusat perhatian.
     
Setelah sampai di UKS Dafa segera meletakan tubuh Rania ke atas ranjang. “ambilkan minyak kayu putih cepat” perintah Dafa pada salah satu pengurus UKS yang tak lain adalah anggota dari organisasi PMR.
     
Anggota PMR itu segera mengambilkan minyak kayu putih dan memberikannya langsung pada Dafa.
     
Dengan cepat Dafa segera mengoleskan minyak kayu putih itu pada dahi Rania lalu mengarahkan olesan minyak itu pada hidung Rania agar Rania segara terbangun dari pingsannya.
     
“Menurut lo, dia pingsan kenapa?” tanya Revien meminta pendapat.
     
“Gak tau” singkat Dafa masih dengan ekspresi khawatir melihat kondisi Rania.
     
Tidak berselang lama Rania segera membuka matanya dan tersadar dari pingsannya. “Kak Dafa” ujarnya karena pertama kali yang Rania lihat saat terbangun adalah Dafa. Ia tidak menyadari bahwa Revien pun ada didalam UKS. Rania segera terbangun dari posisi tidurnya.
     
“Kamu baik-baik aja?” tanya Dafa memastikan.
     
“Aku baik-baik aja kok, kak” suara Rania terdengar rintih karena keadaannya memang masih lemah.
     
Seketika Rania tersenyum senang mendapati Revien berada disamping Dafa menemaninya. Rania sama sekali tidak menyangka kedua cowok keren itu menemaninya di UKS.
     
“Lo kenapa pingsan?” tanya Revien penasaran yang memang sejak tadi pertanyaan itu sangat mengganjal hatinya.
     
Sejujurnya Rania tidak ingin mengingat kejadian yang membuat tubuhnya lemah dan jatuh pingsan. “Tadi tuh.....ada kodok di tas aku, lalu aku kaget dan panik, dan.......” Rania menghentikan ucapannya karena ia tidak ringan apa yang terjadi kemudian setelah ia berlari ketakutan.
     
Revien tertawa geli mendengar cerita Rania yang menurutnya lucu. “Jadi kamu pingsan cuma karena kodok” Revien menggelengkan kepalanya heran pada sosok wanita yang serba takut termasuk kodok yang hanya berukuran kecil.
     
Dafa segera menyikut lengan Revien agar tawa Revien tak sampai membuat Rania tersinggung.
     
Drezzz.....drezzzz.....
     
Suara getar hp Revien membuat Revien menghentikan gelak tawanya dan mengecek nama yang terpajang di ponselnya, lalu segera menganggakatnya.
     
“Hallo Dho, ada apa?” tanya Revien mengawali.
     
“Lo dimana sih? Gue di kantin gak nentuin lo” suara Ridho dari seberang sana.
     
“Gue di UKS” singkat Revien.
     
“Apa? Siapa yang sakit?” tanya Ridho penasaran.
     
“Rania tadi pingsan, gue dan Dafa ada disini” tutur Revien menjelaskan.
     
“Pingsan kenapa?” ridho mulai kepo.
     
“Nanti gue ceritain, sekarang lo kesini, sekalian beliin teh manis hangat ya buat Rania, cepetan” perintah Revien pada ridho membuat Rania ge-er dan tersenyum senang sekaligus kagum.
     
“Ok, gue segera kesana? Bye”
     
“Bye” Revien segera menutup ponselnya lalu memasukkan kembali ponselklnya ke saku celananya.
     
“Rania....., lo udah baikan?” teriak Virna heboh di dalam ruangan setelah melihat sahabatnya terlihat lemah diatas kasur.
     
“Lo dari mana?” tanya Rania pelan.
     
“Gue baru aja tau kalau lo tuh di UKS, itupun karena banyak banget yang ngomongin lo” ujar Virna terus terang.
      
“Ngomongin aku? Maksudnya?” Rania sama sekali tidak mengerti dengan ucapan Virna.
     
“Em....” Virna melirik kearah Dafa dan Revien lalu menganggukan kepalanya dengan ramah dan dibalas senyum manis dari Dafa. “Berita lo pingsan dan digotong kak Dafa dan kak Revien jadi trending topik hari ini” ujar Virna pelan karena tak enak bicara itu langsung dihadapan Dafa dan Revien yang membuat Rania membulatkan bola matanya kaget. Namun, Dafa dan Revien sama sekali tidak terlihat kaget. Ya, tentu merena sadar hal ini akan terjadi dan bukan sesuatu yang aneh jika mereka dekat bahkan membopong wanita akan menjadi bahan pembicaraan terhangat di sekolahnya.
     
“Lo pingsan kenapa sih?” lanjut Virna penasaran. Setahu Virna, Rania tidak memiliki riwayat penyakin yang memungkinkan Rania jadi pingsan.
     
“Em......”
     
“Dicium kodok tadi” ujar Revien spontan. Sekedar bercanda tapi mampu membuat Virna membulatkan matanya.
     
“Revien” tegur Dafa tidak suka. Humor Revien sama sekali tidak tepat disaat suasana seperti ini.
     
Sorry deh harusnya gue nemenin lo tadi” Virna menyesal karena tadi ngebiarain Rania pergi sendiri ke kelasnya.
     
“Lain kali tas tuh dicuci biar gak jadi sarang kodok” ujar Revien memberi saran gak penting, ucapan Revien memang bertujuan memeledek tapi rania menganggap ini adalah sebuah perhatian yang luar biasa dan mampu membuat hati Rania berbunga-bunga.
     
Tidak berselang lama Ridho sampai di ruang UKS dan membawa teh manis hangat sesuai permintaan Revien. Ridho segera menyerahkan gelas teh manis pada Rania. “Ni, lo minum biar mendingan, lagian lo kenapa sih pingsan, manja banget sih” ledek Ridho. Ridho memang baru bertemu dengan rania sekali yaitu saat Rania diganggu kartika. Namun, sosok Ridho yang aktif membuatnya tidak harus lama mengenal Rania atau tepatnya SKSD alias “sok kenal sok dekat”
     
Rania meraih es teh hangat dari tangan Ridho dan segera meminumnya.
     
“Dia tuh pingsan karena menemukan kodok di dalam tasnya” ujar Dafa menjelaskan penyebab Rania pingsan pada Ridho membuat Virna dan ridho membelalakkan matanya kaget.
     
"Apa? Kodok, hahaha.....sama kodok aja takut" ujar Ridho dengan gelak tawa membuat Rania merasa sangat malu.
     
“Kodok? Bagaimana bisa kodok masuk tas?” Virna mencoba berpikir bagaimana mungkin kodok masuk kedalam tas Rania.
     
Seketika Ridho menghentikan tawanya dan Ridho terdiam sesaat, ia memikirkan sesuatu yang sepertinya mengganjal hatinya. “Kartika” ucap singkat Ridho membuat seisi ruangan UKS menatapnya heran.
     
“Kartika?” ujar Dafa mengerutkan keningnya heran.
     
“Tadi pagi, gue lihat Kartika berada di area kelas 10, gue gak tau dia mau ngapain, tapi di selalu bolak-balik didepan ruang kelas 10 IPA 3, karena kebetulan kelasnya sepi” ujar Ridho mengingat kembali kejadian tadi pagi saat melihat Kartika berada di area kelas 10. Dafa, Revien, Rania dan Virna mendengarkan cerita Ridho dengan seksama. “Gue yakin, Kartika merencanakan sesuatu, dan gue yakin yang masukin kodok kedalam tas Rania adalah Kartika” lanjut Ridho meyakinkan.
     
Dafa dan Revien saling menatap satu sama lain mencoba mencari jawaban kebenaran ucapan dari Ridho.
     
“Bukankah Kartika dendam sama Rania karena waktu itu gue belain Rania dan udah jatohin harga dirinya dihadapan Rania” Dafa dan Revien mengangguk membenarkan ucapan Ridho yang memang masuk akal.
     
“Kalau gitu lo ikut gue” ajak Revien pada Ridho sembari beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruang UKS.
     
“Kemana?” Tanya Ridho bingung.
     
“Ikut aja”. Ridho menuruti perintah Revien dan segera melangkah menyusul nya keluar UKS.

*****
     
Revien dan Ridho sampai di area koridor kelas sebelas, mereka mempercepat langkah kakinya menuju ruangan kelas 11 IPA 4 yang tak lain adalah kelas Kartika dan Monica.
     
Setelah sampai di depan ruang kelas 11 IPA 4 Revien dan Ridho memasuki ruang kelas. Kehadiran Revien membuat beberapa siswi itu kaget dan bingung. Monica terlihat senang mendapati kekasihnya datang sekelasnya.
     
“Revien” sapa Monica dengan senyum manisnya. Namun, rupanya sapaan Monica sama sekali tidak diindahkan oleh Revien. Mendapat perlakuan seperti itu membuat dada Monica menjadi sesak. Revien masih marah padanya.
     
Revien terus melangkahkan kakinya ke meja tempat duduk Kartika. Revien yang tidak bisa menahan emosi segera memukul meja Kartika dan membuat beberapa siswa-siswi terperanjat kaget. “Lo pikir lo siapa?” ujar Revien membuka suara.
     
Seketika suasana kelas 11 IPA 4 menjadi hening hanya beberapa suara bisikan kecil yang menghiasi ruangan kelas.
     
“Maksud lo apa sih, vien?” tanya Kartika tidak mengerti.
     
“Lo jangan sok pura-pura gak tau deh” suara Revien semakin meninggi. Sedang Ridho yang sedari tadi berada dibelakangnya hanya diam tanpa suara.
     
Siswa-siswi jelas 11 IPA 4 menatap aneh tingkah Revien. Selama ini Revien dan sahabat-sahabatnya selalu dipandang baik di sekolah. Mereka memang tidak pernah berbuat onar di sekolah termasuk marah-marah apalagi yang dimarahi adalah wanita, sosok yang paling anti Revien bentak-bentak. Tetapi, rupanya itu tidak berlaku untuk Kartika saat ini.
     
“Gue gak ngerti maksud lo, ada apa sih?” Kartika semakin tidak mengerti maksud Revien yang secara tiba-tiba memarahinya.
     
“Sekarang lo jujur, kalau lo yang masukin kodok ke dalam tas Rania” ujar Revien menjelaskan. Sontak para siswa-siswi kelas 11 IPA 4 kaget dan semakin bingung.
     
Kartika tersenyum sinis mendengar ucapan Revien. “Oh itu, iya itu memang gue, kenapa emang?” tanya Kartika tanpa dosa.
     
“Lo tau gak, akibat perbuatan lo Rania jadi pingsan” bentak Revien. Siswa-siswi kelas 11 IPA 4 memang sudah tahu berita Rania pingsan dan dibawa ke UKS oleh Revien dan Dafa, tapi mereka sama sekali tidak tau jika kejadian itu membuat Revien marah besar terhadap Kartika.
     
“Apa? Dia pingsan? Dasar cewek manja gitu aja pingsan” Kartika tetap memasang ekspresi santai tanpa merasa bersalah sedikitpun membuat Revien semakin muak melihat wajah Kartika.
     
“Selama ini gue selalu diam ya lihat tingkah gila lo ini, tapi gak kali ini. Gue gak suka cara lo ngerjain cewek, apalagi itu kelas 10”. Ya, ini bukanlah Revien yang biasa siswa-siswi kenal. Revien yang mereka kenal adalah sosok yang tidak pernah memarahi wanita.
      
Revien memang sosok pria yang sangat menghargai seorang wanita, ia selalu meyelesaikan masalah dengan halus jika berkaitan dengan wanita. Namun, kali ini Revien lupa akan hal itu. Rasa kesalnya terhadap Kartika telah mengalahkan kesabarannya.
     
“Kalau lo berani kayak gini lagi, gue bakal bikin lo lupa caranya tersenyum. Ingat itu!!!” ancam Revien sembari melangkahkan kakinya keluar kelas meninggalkan kericuhan didalam kelas.
     
Ridho mengikuti langkah kaki Revien namun terhenti oleh tarikan tangan Kartika. Kartika menatap Ridho dengan penuh amarah. “Kenapa sih kalian harus ngebela cewek manja itu?” tanya Kartika meminta penjelasan.
     
Ridho menarik kembali tangannya dari cengkeraman Kartika. “Siapa cewek yang lo bilang manja?” Ridho kembali bertanya pada Kartika.
     
“Ya Rania lah, siapa lagi?” ujar Kartika menjelaskan.
     
Ridho menunjukan telunjuknya ke wajah Kartika. “Setidaknya dia tidak gila kaya lo” Ridho segera pergi meninggalkan Kartika dan mengacuhkan beberapa pasang mata yang sedari tadi menatapnya.
     
“Ih......Rania, Rania, Raniaaaaaa.......” teriak Kartika kesal sembari memukul meja dihadapannya.
     
Monica yang sedari tadi diam menahan tangisnya mencoba mendekati Kartika. Monica sangat terluka karena kekasihnya Revien, tega ngebela wanita lain dihadapannya dan teman-teman satu kelasnya.
     
“Siapa Rania?” tanyanya pelan.
     
“Lo, cemburu? Berarti nasib kita sama, gue gak suka Ridho ngebela dia, dan sekarang kekasih lo juga ngebela cewek manja itu” Tutur Kartika mengeluarkan unek-uneknya.
     
“Lo masih sayang sama Ridho?” tanya Monica lagi.
     
“Sampai kapanpun gue akan tetap sayang sama Ridho, dan gue gak suka Ridho deket-deket sama cewek manja itu” Ridho adalah alasan utama yang membuat Kartika berbuat gila pada cewek-cewek yang mencoba mendekati Ridho, Revien, Dafa dan Dana.
     
“Siapa Rania?” Monica kembali menanyakan sosok Rania yang telah membuat kekasihnya marah-marah di dalam kelasnya.
     
“Dia anak kelas 10 IPA 3, hanya itu yang gue tau tentang dia, gue gak tau apa hebatnya dia hingga para cowok keren sekolah kita begitu perhatian padanya” Kartika kembali duduk keposisinya semula dan mencoba menenangkan hatinya yang sedari tadi sangat panas.

*****
♡^_^♡
Tunggu update nya jum'at ya......

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang