“Ran, kenapa Andien gak ikut?” tanya Virna saat keduanya berjalan-jalan di mall yang tidak jauh dari daerah rumah Rania.
“Tadi sih bilangnya mau nganter ibunya, enggak tau sih mau kemana” jelas Rania. Rania memang sudah janji untuk mengajak Andien untuk serta bersamanya ke mall, tapi Rania mengerti kasih sayang Andien pada ibunya lebih dari apapun, wajar jika Andien menolak ikut karena mendapat perintah dari ibunya.
“Oh” singkat Virna menganggukan kepalanya. “Ran, lo mau cari buku kan?” tanya Virna yang sebenarnya tidak penting karena tujuan awal Rania mengajak Virna ke mall adalah untuk membeli buku.
Rania hanya menjawab dengan anggukan pelan.
“Lo, sendiri aja gak apa-apa ya, gue mau milih aksesoris di sana, kali aja ada yang bagus” ucap Virna seraya menunjuk pada salah satu tempat dijualnya aksesoris wanita yang sejak tadi diincarnya.
“Pilih aksesorisnya bisa nanti gak?” pinta Rania kecewa.
“Gak bisa, lo tuh kalau pilih buku lama, dan gue juga.......lama kalau milih-milih” Virna meraih tangan Rania dengan manja berharap temannya mengerti keinginannya. Sebagai seorang wanita, Virna menyadari dirinya memang lama dalam hal berbelanja dari pada saling nunggu untuk mencari barang masing-masih lebih baik mereka pilih sendiri-sendiri agar mempersingkat waktu.
“Ok deh, nanti kita ketemu lagi dalam satu jam ya” ucap Rania pasrah tidak bisa menolak permintaan sahabatnya. Dengan senyum ceria Virna segera berlari menuju tempat incarannya.
Bergegas Rania melangkah menuju tempat dimana ribuan buku berjajar di rak. Bola matanya mulai mencari-cari judul novel yang menarik untuk dibaca. Beberapa buku tereleminasi dari pandangan Rania yang tidak tertarik membacanya, beberapa buku juga lolos dari pandangannya, hanya satu buku yang menarik perhatian Rania, bertema cinta remaja bersampul seorang wanita berbentuk animasi menangis memandangi sebuah boneka kecil berbentuk kelinci. Diraihnya novel itu dari tempatnya besandar.
“Suka novel?” suara seseorang mengagetkan Rania.
Pemuda tampan itu memandangi Rania dengan senyum indah tergores dari bibirnya. “Suka novel?” ucapnya mengulangi kata yang sama.
“Kak Dafa” Ucap Rania gugup. “Iya kak, aku suka sekali novel” Rania mulai ngontrol nafasnya masih tidak menyangka sosok terkenal di sekolah berada dihadapannya. Lagi, Rania berjumpa sosok pemuda keren sekolahnya.
Setelah pertemuan mereka di perpustakaan kala itu, Rania dan Dafa kerap kali bertegur sapa jika bertemu atau berpapasan di sekolah, meskipun hanya sekilas, namun mampu membuat mereka sedikit lebih mengenal satu sama lain.
“Punya berapa koleksi?”
“Enggak tau pastinya sih kak, udah banyak banget numpuk dirumah gak terhitung”. Rania sangat menyukai novel sejak ia kelas 7 SMP, hampir ratusan buku novel tertata di lemari kamarnya dari berbagai macam jenis novel, mulai dari kisah remaja, romantis, comedy, misteri hingga horor Rania miliki.
“Udah dapat novelnya?” Dafa mengangkat kedua alisnya.
“Udah, ini” Rania menunjukan sebuah novel ditangannya pada Dafa.
Dafa mengangguk pelan “Kalau gitu, bisa kan temenin aku cari buku bacaan” ujar Dafa spontan membuat Rania terperangah tidak percaya. Tak henti Rania memandangi Dafa dengan ekspresi bingung.
Rania menghela nafasnya panjang mengendalikan dirinya yang mulai kacau, Rania tak habis pikir mengapa Dafa memintanya menemani mencari buku. Namun, Rania mencoba berpikir tenang mungkin Dafa butuh teman untuk rekomendasi buku untuk dipilih.
Dafa mengangkat kedua alisnya menunggu jawaban Rania.
“Bisa kok, kak” Ujar Rania terbata-bata.
“Ya udah yuk” Dafa meraih lengan Rania dan menariknya pergi dari tempat rak novel itu ke rak buku nonfiksi. Rania kembali tak bisa mengontrol nafasnya, pria ini memang telah membuat Rania sesak nafas dengan perlakuannya pada Rania.
Beberapa buku dipilih oleh Dafa dan semua buku itu berisi tentang pengetahuan dan faktual. Rania mulai memahami sosok pemuda yang berada disampingnya, pikirannya kembali melayang pada ucapan Virna yang mengatakan Dafa adalah seorang kutu buku. Rania tersenyum kagum.
“Kakak suka baca buku nonfiksi?” tanya Rania memecah keheningan setelah hampir 15 menit tidak ada pembicaraan antara keduanya.
“Iya” singkat Dafa sembari masih memilih buku-buku.
“Jujur aja sih aku....gak suka baca buku nonfiksi, harus berfikir keras” Ungkap Rania. Buku nonfiksi merupakan buku yang membosankan bagi Rania, tidak menyenangkan, dan membuatnya pusing. Ya, mungkin bukan hanya Rania yang tidak menyukai buku nonfiksi karena tentu banyak remaja yang lebih menyukai novel ketimbang buku nonfiksi.
“Novel juga membuat kita berfikir, kan?” Dafa mulai memandangi Rania dengan senyum ramah.
“Tapi, gak harus berfikir keras” Elak Rania.
Dafa kembali mencari buku-buku untuk dibeli olehnya, tanpa terasa tumpukan buku sudah mengisi pelukannya.
“Kak Dafa, mau baca semua buku itu?” tanya Rania heran memandangi tangan Dafa yang dipenuhi oleh buku-buku nonfiksi. Tapi, untuk apa Dafa membaca semua buku ini, bahkan buku yang dipilihnya sama sekali tidak sesuai dengan mata pelajaran kelas 11 SMA.
“Enggak”
“Lalu, untuk apa?” Rania mengerutkan dahinya menunjukan ekspresi bingung pada sosok cowok disampingnya.
Dafa menatap tajam mata Rania yang terang, Dafa mulai menyadari sosok cantik dihadapannya memang unik. ia dibuat kagum oleh Rania, sosok wanita cantik dan memiliki sikap yang sangat menyenangkan. Dafa melemparkan senyuman manisnya sebelum menjawab pertanyaan Rania
“Kamu mau tau?” ucap Dafa semakin membuat Rania bingung. Rania mengangguk perlahan.
“Kalau gitu, kamu temenin aku ya” pinta Dafa. Lagi-lagi sikap Dafa membuat Rania bingung dan tak percaya, bagaimana bisa Dafa mengajak Rania yang bahkan tidak begitu saling mengenal.
“Kemana?” Rania penasaran.
“Ikut aja” singkat Dafa tidak memberitahukan tujuannya.
Bertemu sosok Dafa, banyak sekali teka-teki mengenai sosoknya, Dafa yang kalem, Dafa yang pendiem, Dafa yang dingin, Dafa yang kutu buku, segalanya tentang Dafa membuat Rania semakin dibuat bingung.
Rania terdiam sejenak mencoba menebak sikap Dafa terhadap dirinya. tapi, sialnya Rania tidak menemukan apapun. “Tapi kak, aku kesini bareng Virna, sahabat aku” Ujar Rania menjelaskan jika ia datang bersama sahabatnya yang tak lain adalah Virna.
“Kalau gitu telpon Virna sekarang” pinta Dafa lagi, semakin membuat Rania tidak mengerti.
“Untuk apa?”
“Telpon aja” pintanya lagi sedikit memaksa.
Tidak berpikir lama Rania segera mengambil handphone nya dari tas kecil yang terselempang ditubuhnya. Rania langsung menyentuh layar ponsel dan menghubungi nomer handphone yang bertuliskan nama Virna. Dengan lincah Dafa segera meraih handphone Rania dari genggamannya dan mendekatkannya pada telinga. Rania pasrah memandangi handphone nya telah berpindah tangan.
“Hallo, ada apa sih Ri, aku belum nemu yang cocok nih. Pulangnya bentar lagi ya” suara Virna dari seberang sana.
“Hallo, ini aku Dafa”
“Apa?..em.... Dafa. Dafa yang mana ya?” ucap heran Virna mencoba mencari tahu siapa laki-laki yang menelponnya lewat Handphone Rania.
“Kamu bisa kesini sekarang?” pinta Dafa.
“Kemana?”
“Ditempat buku, cepetan ya” Dafa segera menutup telponnya dan mengembalikan kembali handphone pada pemiliknya.
Sembari menunggu kedatangan Virna, Dafa pergi menuju kasir pembayaran untuk membayar semua buku-buku yang ia pilih dan novel yang tadi Rania pilih. Rania memandang kepergian Dafa bingung. “Aku sangat tidak mengerti sosok cowok itu” ucap Rania pelan.
Tak lama Virna datang dan segera menemui Rania. “Ran, ada apa sih?” tanya Virna bingung Sembari mengatur tempo nafasnya yang tersenggal-senggal karena ia sedikit lari untuk segera sampai menemui Rania.
“Aku akan bawa Rania pergi” ucap Dafa seketika melangkah menemui Rania dan Virna sembari membawa tas plastik berisi buku-buku yang dibelinya tadi.
Virna menatap Dafa dan Rania bergantian dengan ekspresi tidak mengerti sekaligus heran mengapa keduanya bisa bersama-sama.
Dafa Mengeluarkan beberapa lembar uang 50 ribuan dari dompet kulit miliknya dan menyerahkannya pada Virna.
“Ini apa?” Virna menatap Dafa bingung. Diliriknya Rania yang hanya terdiam tak bersuara.
“Ini ongkos taksi buat kamu pulang, sorry Rania aku bawa, gak apa-apa kan?” Tanya Dafa menatap Virna yang masih terlihat bingung. “Aku gak akan macem-macem kok, Rania pasti akan pulang dengan utuh, santai aja” Dafa mencoba meyakinkan Virna bahwa sahabatnya akan baik-baik saja bersamanya.
“Gak apa-apa kok, kak. Bawa aja” Virna tersenyum kaku pada Dafa sembari meraih uang dari tangan Dafa. “Dasar mata duitan” omel Rania tak bersuara.
“Sorry ya Vir, kamu jadi pulang sendiri” ucap Rania tak enak pada sahabatnya. Seharusnya Rania dan Virna pulang bareng tapi Dafa menggagalkannya, terpaksa Virna akan pulang sendirian.
“Santai aja, gue duluan ya, hati-hati” Virna segera pergi meninggalkan Rania dan Dafa yang masih berdiri kaku ditempatinya masing-masing memandang kepergiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Novela Juvenil#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...