17 "Segalalanya Berubah"

485 15 0
                                    

Pagi begitu terasa sangat indah, angin pagi disertai embun memberikan kesejukan dan ketenangan, langit biru tanpa awan membentang begitu kokoh diatas bumi. Rania berjalan dengan tenang melewati koridor, senyumnya sesekali tergores dari bibirnya, Rania percaya diri akan adanya perubahan di hari ini, perubahan yang mampu membuatnya bangga pada dirinya sendiri.

“Hai, Ran” sapa Kartika pada Rania dengan ramah, disambut bahagia oleh Rania. Kartika yang saat ini berada di depannya telah berubah menjadi sosok yang sangat menyenangkan dan tidak menakutkan, Kartika berpakaian rapi dan rambutnya terurai indah punggungnya terlihat cantik dengan jepit kecil berbentuk Bunga mawar terselip dirambutnya.
      
Seketika Kartika memeluk erat tubuh Rania yang mampu membuat Rania kaget namun bahagia, Rania sangat bangga karenanya Kartika kembali kembali menjadi sosok yang baik, Kartika yang pantas disukai banyak orang.
      
“Terima kasih” ujar Kartika masih dengan pelukannya.
      
“Aku juga mau bilang terima kasih buat kakak, karena kakak udah mau kembali menjadi Kartika yang dulu” tutur Rania senang.
      
“Aku minta maaf ya” ucap kartika lagi sembari melepaskan pelukannya dari tubuh Rania. “Aku udah buat kamu menderita selama ini” lanjut Kartika dengan ekspresi penuh penyesalan membayangkan saat dirinya dengan santai melukai perasaan dan menganggu orang lain, termasuk Rania sosok yang justru telah mengembalikannya menjadi lebih baik.
      
“Lupakan itu, yang terpenting kakak sadar jika perbuatan itu hanya membuat kakak lelah tanpa menghasilkan apapun” tutur Rania tenang. “Sekarang yang harus kakak lakukan adalah menunjukan pada semua orang bahwa kartika saat ini bukanlah Kartika yang mereka kenal arogan, tunjukan bahwa Kartika saat ini bukan Kartika yang rapuh yang mencoba menguatkan hatinya” lanjut Rania memberi semangat.
       
Kartika menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Rania.
      
Kartika dan Rania berjalan beriringan seraya bergandengan tangan dengan penuh kebahagiaan, keduanya melebarkan senyumnya sesekali menyapa setiap siswa-siswi yang ditemuinya. Semua mata yang menyaksikan kedekatan keduanya memandang Rania dan Kartika heran, kata “ada apa ini?” mungkin yang sedang ada dibenak mereka. Selama ini Kartika tidak pernah menyukai Rania dan ia kerap kali membuat ulah untuk mengganggu Rania, tapi kali ini justru Kartika berjalan bahagia bersama sang musuhnya.
      
“Gue gak salah liat nih” ujar seorang siswi tidak percaya.
      
“Gue gak percaya, apa dunia mau kiamat ya?” ucap siswa lainnya menimpali.
      
“Kayaknya ia deh” ujar yang lainnya menyetujui.

*****
      
Revien datang kesekolah sangat pagi dari pada biasanya, bukan tanpa alasan ia ingin menghindari orang-orang yang mungkin saja akan membuatnya emosi. Revien datang dengan pakaian yang berantakan dan mata yang lembam, mungkin Revien tidak tidur semalaman.
      
Revien mendudukkan pantatnya di kursi panjang depan gudang, seperti biasa tempat itu selalu menjadi andalan saat dirinya ingin sendiri. Kejadian saat dimana ia dengan terpaksa mengucapkan “putus” pada orang yang dicintainya masih saja terngiang dibenaknya, Kejadian saat ia tanpa sengaja melihat Kekasihnya jalan dengan pria lain sembari tertawa ria dan bergandengan tangan. Revien ingin sekali memaki laki-laki itu yang telah dengan berani mencuri bidadarinya. Revien menyesali kejadian yang membuatnya justru kehilangan cintanya, Revien menyesal telah memutuskan hubungannya dengan Monica, saat itu dia benar-benar emosi dan tidak bisa mengendalikannya.
      
Kenyataan bahwa laki-laki itu bukan saudara Monica melainkan anak sahabat mamanya membuatnya yakin dengan betul bahwa keduanya memiliki hubungan spesial.
      
“Lo jahat, Mon. Gue gak nyangka lo setega ini, gue pikir lo tuh cewek satu-satunya yang paling baik di dunia ini” ujar Revien lirih pada dirinya sendiri. “Gue bodoh, bisa percayai lo begitu saja dan menganggap lo cewek paling sempurna” lanjutnya menyesali kenyataan bahwa dirinya harus mencintai Monica.
       
Revien mengacak-acak rambutnya sendiri dengan penuh penyesalan. Ingin sekali dia melupakan kejadian itu tapi tidak bisa, bahkan ia harus mengakui bahwa saat ini dia masih mencintai Monica dan tidak ingin kehilangannya.
      
“Sampai kapan kakak akan menyakiti diri kakak sendiri?” ujar Andien menghampiri Revien. Sebenarnya Andien tidak ingin ikut campur masalah yang saat ini dihadapi Revien, tapi melihat Revien yang mulai putus asa membuatnya berfikir untuk melakukan sesuatu.
      
Andien pernah terpuruk, dia juga pernah menyesal telah mencintai seseorang, Andien pernah membenci kenyataan yang menyatakan cintanya harus bertepuk sebelah tangan. Rasa sakitnya masih saja terasa sampai detik ini, Andien pernah putus asa sama seperti Revien.
      
Revien memandangi Andien dengan malas, ia sebenarnya tidak ingin diganggu oleh siapapun, rapi entah mengapa ia membiarkan Andien mendekatinya.
      
“Aku juga pernah terpuruk seperti kakak, jatuh kejurang yang sangat dalam hingga aku lupa dengan diriku sendiri, menolak kenyataan yang ada” ujar Andien dengan sedikit emosi mengingat pengalaman pahitnya dulu saat ia harus mencintai Raka. “Membenci semua yang telah terjadi, kalau saja aku bisa membenci sahabatku itu, aku ingin sekali memukulnya, memarahinya, menjatuhkan nya kejurang yang sama, aku ingin sekali dia merasakan itu” lanjut Andien rintih, kenyataannya itu membuatnya tanpa sadar meneteskan air matanya. “Tapi gak bisa, dia sahabatku dan dia gak tahu apa-apa tentang semua ini, bahkan aku gak pernah cerita jika aku mencintai cowok itu padanya, lalu bagaimana bisa aku menyalahkan sahabatku”.
      
Revien terdiam tanpa suara mendengarkan cerita pahit yang pernah dihadapi gadis dihadapannya saat ini, penderitaan gadis itu tidak jauh beda darinya, rasanya malu dia harus bersikap seperti ini. Jika gadis itu bisa sekuat ini kenapa dirinya tidak bisa.
      
“Gue malu sama lo, lo aja bisa sekuat ini” ujar Revien tanpa ekspresi.
      
Andien menggoreskan senyumnya mendengar ujaran Revien yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan, karena Andien yang dulu juga sangat rapuh.
      
“Mungkin saat ini aku terlihat kuat, tapi dulu, kejadian itu membuat aku seperti orang gila yang menjalani hidup tanpa tujuan, semuanya aku salahkan” tutur Andien menjelaskan dirinya saat dulu terpuruk.
      
“Tapi gak separah gue kan?” tanya Revien menduga.
      
“Justru lebih parah dari pada kakak” ungkap Andien memberi tahu sembari mendudukan pantatnya di samping Revien.
      
Andien membuka retsleting tasnya dan mengeluarkan satu buku pelajarannya lalu merobek bagian tengah buku itu dan mulai menggoreskan tinta hitam diatas kertas putih bergaris-garis itu. “I hate RAKA” tulisan itu telah cercetak diatas kertas itu.
      
“Raka? Cowok itu namanya Raka?” tanya Revien menduga.
      
Andien menganggukan kepalanya membenarkan ucapan Revien. lalu Andien melipat kertas itu membentuk pesawat terbang.
      
“Aku hanya ingin melupakan semuanya, semua yang membuat hatiku hancur, melupakan cowok yang sudah menggoreskan luka dihatiku” ujar Andien tanpa menatap Revien. “I hate RAKA” lanjutnya sembari menerbangkan pesawat kertas itu dan membiarkannya mengudara jauh dibawa hembusan angin.
      
Revien tersenyum memandangi pesawat kertas itu yang mulai menjauh dari pandangan mata. “Aku boleh lakukan itu?” tanyanya tertarik dengan cara Andien meluapkan emosinya.
      
“Tentu saja” ujar Andien sembari merobek kembali bagian tengah bukunya dan menyerahkannya pada Revien beserta balpoinnya.
       
Revien mulai menggoreskan tulisan pada kertas itu dan kata “I hate say Love” yang dipilih Revien untuk tulisannya.
       
“Kenapa cinta? Kak, cinta tak pernah salah. Kakak jangan pernah lupa jika cinta pernah membuat kakak menjadi sempurna” ujar Andien tidak menyukai tulisan yang di coretkan Revien pada kertas itu.
       
“Dan aku gak lupa, jika cinta pernah membuatku gila” jawab Revien tegas lalu mulai melipat kertas itu dengan bentuk pesawat terbang serupa dengan yang Andien buat.
       
I hate you” teriak Revien sembari menerbangkan pesawat kertas miliknya. Andien memandangi wajah Revien yang penuh kebencian dan membiarkannya meluapkan emosinya.
      
“Setidaknya hanya untuk saat ini saja, karena aku percaya cinta” ujar Revien sembari tetap memandangi pesawat kertasnya yang mulai menjauh terbawa angin.
      
Andien tersenyum mendengar ucapan Revien setidaknya Revien percaya cinta dan itu cukup membuatnya tenang.

*****
      
“Gue gak nyangka lo bisa merubah si Kartika hanya dalam hitungan sehari saja” ujar Virna pada Rania dengan penuh bangga.
      
“Gue heran, lo memang bisa ngerubah Kartika atau Kartika saat ini tengah kerasukan jin” sahut Kiki ikut tidak percaya.
      
“Aku gak ngelakuin apa-apa kok, Kartika itu memang tercipta sebagai orang baik hanya kenyataan aja yang membuatnya harus seperti ini” tutur Rania menjelaskan. “Dia hanya wanita rapuh yang mencoba menunjukan pada orang jika dirinya kuat, padahal enggak. Dia sendiri selalu merasa bersalah saat berbuat hal bodoh itu” lanjut Rania menerangkan sosok Kartika.
      
“Apapun itu kalau lo gak berbuat sesuatu, itu gak mungkin terjadi, Kartika akan tetap begini terus” sambung Luna ikut bangga pada Rania yang mampu merubah sosok Kartika gadis yang telah dicap sebagai siswi pembuat onar itu.
      
“Gue bangga sama lo” ujar Ari dari luar kelas menghampiri Rania dan teman-temannya.
      
Semua siswa-siswi yang tergabung dalam kelas 10 IPA 3 tersenyum memandang Ari yang benar-benar berubah pada Rania.
      
“Gue tau kok, Rania itu bagaikan malaikat tak bersayap yang menjelma menjadi sosok gadis baik hati yang bisa mengubah hati orang lain” tutur Ari lebay.
      
“Termasuk merubah hati lo?” ujar Virna disambut tawaan semua teman-temannya yang mendengarkan ucapannya.
      
Rania hanya tersenyum melihat tingkah laku teman-temannya yang lucu itu.
       
“Mungkin” singkat Ari sembari mengangkat kedua alisnya genit.
      
“Ran, kantin yuk” ajak Virna menghindari kelanjutan omongan Ari yang mungkin saja akan semakin ngaco.
      
“Kok gitu sih” ujar Ari sedikit kesal.
     
Virna mengabaikan ucapan Ari dan menarik tangan Rania membawanya keluar kelas untuk menuju ke kantin. Langkah keduanya dipercepat karena sebentar lagi bell masuk akan berbunyi.
     
“Emang kamu mau beli apa?” tanya Rania heran.
     
“Mau beli air mineral, gue haus banget nih” ujar Virna terus terang.
     
“Oh”
     
Rania dan Virna terus berjalan menyusuri koridor menuju kantin yang jaraknya lumayan jauh dari kelasnya.
     
“Rania ya?” ujar seorang siswa menghentikan langkah Rania dan Virna.
     
Rania memperhatikan secara seksama sosok pemuda dihadapannya yang rupanya dari kelas 11.
     
“Gue Dana, kalau sahabat-sahabat gue lo kenal semua, tapi sama gue enggak” ujar pemuda itu mengangkat ke dua alisnya. Dana ingat betul ketiga sahabatnya pernah menceritakan sosok Rania sedangkan dirinya ngobrolpun belum pernah.
     
“Oh, kak Dana, sorry gak ngeh” ujar Rania tidak enak hati. “Kok kakak tau aku sih?” tanya Rania bingung karena perasaanya menyatakan bahwa dia belum pernah kenal dengan pemuda dihadapannya ini.
     
“Setelah kejadian lo pingsan dan bikin seisi sekolah heboh itu, masa ia gue gak tau lo, lagian gue sering liat lo kok, sayang lo gak kenal gue” tutur Dana santai.
      
Rania tersenyum malu mendengar Dana membahas kejadian saat dirinya pingsan kala itu.
      
“Kakak jangan ganggu Rania dong, kita kan lagi buru-buru” ujar Virna tidak suka Dana membuang waktunya.
      
“lo gak mau kenal gue?”tanya Dana dengan lirikan genit.
      
“Aku Virna” singkat Virna memperkenalkan diri. “Ran, gue duluan ya takut keburu masuk” ujar Virna terpaksa mengakhiri dan membiarkan Rania bercengkrama dengan Dana.
      
“Ok” singkat Rania sembari memandang kepergian sahabatnya.
      
“Lo tuh cewek paling hebat yang pernah gue tau” ujar Dana lagi membuat Rania heran tidak mengerti.
      
“Maksud kakak?” tanya Rania sembari mengerutkan dahinya.
      
“Ya lo hebat aja, lo bisa deket dengan cowok-cowok yang kata orang dashing boys itu”. Ucap Dana sembari memandang lekat wajah Rania yang cantik itu.
      
“Bukannya kakak dashing boys juga” sahut Rania tersenyum.
      
Dana tersenyum sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. “Lo berani ngelawan Kartika, dan sekarang lo udah ngerubah kartika, gue jadi ngefans lo deh” lanjut Dana tetap dengan senyumnya.
      
“Kakak ngomong apa sih, emang aku artis apa?” ujar Rania malu.
      
“Ngefans kan gak cuma artis aja, ya intinya gue kagum sama lo, ini baru wonder women” ucap Dana semakin membuat Rania malu.
      
“Udah ah, bikin aku terbang aja” ujar Rania memalingkan wajahnya yang semakin merasa malu. “Cowok ini apaan sih” ujar Rania dalam hati, dia bahkan baru kenal dengan dirinya tapi entah mengapa sikapnya begitu tenang dan seakan keduanya telah begitu dekat.
      
Cowok itu tertawa melihat ekspresi Rania yang salah tingkah. “Pantesan Dafa betah kalau sama lo, lo itu lucu” ujar Dana memuji Rania. “Ya udah gue duluan, permisi” lanjutnya mengakhiri sembari melangkah meninggalkan Rania yang masih berdiri kaku ditempatinya.

*****

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang