35 "Percayalah"

458 17 0
                                    

Tok..tok...

"Ran, mama boleh masuk?" Ujar Hana dari luar kamar putrinya.

"Iya mah, masuk aja" izin Rania mempersilahkan. "Vir, udah dulu ya, ada mama" ujar Rania mengakhiri pembicaraan via video call dengan Virna.

"Iya, bye". Ucap Virna dan sambungan telepon langsung terputus.

"Video call-an sama siapa?" Tanya Hana kepo setelah masuk kedalam kamar Rania dan mendapatkan Rania tengah menelpon dengan seseorang.

"Dari Virna mah".

Hana tersenyum senang setidaknya saat ini putrinya sudah mau berkomunikasi baik dengan sahabatnya dari sebelumnya yang bersikap dingin pada siapa pun.

"Kamu kenapa?" Hana memandang lekat wajah cantik putri kesayangannya mencoba menerka kemungkinan hal yang terjadi pada putrinya yang terlihat gelisah.

Rania tidak langsung menjawab, pertanyaan Hana membuat Rania terbayang pada kejadian dimana Revien dengan terang-terangan mengatakan tidak suka pada Andien dan hanya menjadikan Andien sebagai pelampiasan sakit hatinya pada monica.

Rania sejenak memejamkan matanya dan air matanya mulai jatuh kepipinya. Rania masih merasakan sakit hati saat mengetahui hubungan Revien dan Andien, kemudian bayangan itu berubah Rania mulai merasakan bagaimana perasaan Andien jika tahu bahwa Revien tak pernah mencintainya.

Tangis Rania semakin menjadi, dadanya terasa sesak dan detak jantungnya mulai tidak karuan. Hana yang menyadari perubahan sikap Rania segera menghampiri Rania dan memeluknya erat dengan kasih sayang.

"Ada apa, sayang? cerita sama mama" pinta Hana tak tahan melihat putrinya menangis.

"Andien mah, Andien" isak Rania menahan sakit didadanya.

"Ada apa dengan Andien sayang?" Hana mengelus pelan rambut Rania mencoba memberikan kehangatan pada putri tercintanya.

"Kak Revien ternyata gak pernah mencintai Andien mah, dia hanya jadiin Andien sebagai pelampiasan rasa sakit hatinya pada mantan kekasihnya, kasihan Andien mah, kasihan Andien.....".

Mendengar penuturan Rania tentang Andien membuat Hana tak sanggup menahan tangisnya dan ikut menangis bersama putrinya. "Kamu terlalu baik sayang, bahkan Andien sudah buat kamu terluka, tapi kamu masih peduli dengannya, kamu masih mengkhawatirkannya, mama bangga sama kamu Rania" batin Hana bangga sekaligus terharu dengan ketegaran putrinya.

"Rania harus bagaimana mah, Andien harus tau, tapi Andien pasti gak akan percaya pada Rania mah". Rania terus menangis dipelukan ibundanya, rasa sayangnya pada Andien membuat Rania lupa jika Andien pernah menghancurkan hatinya.

"Kamu sayang Andien?" Tanya Hana pelan.

Rania mengangguk membenarkan ucapan ibunya membuat dada Hana semakin sesak menahan tangis menyadari betapa baik putri yang telah ia lahirkan itu.

Hana merenggangkan pelukannya lalu memegang kedua pipi putrinya dengan kedua tangannya.

"Mama bangga sama kamu sayang, mama gak pernah menyangka akan melahirkan anak sebaik kamu, kamu bahkan masih peduli sama orang orang yang telah menyakiti kamu, mama bahkan gak sanggup melihat kamu bersedih, tapi kamu membuktikan pada mama jika kamu adalah gadis terbaik didunia ini" dengan tangisnya Hana mengecup lembut dahi putrinya. Terlihat jelas dari matanya Hana sangat kagum dan bangga pada putri tercintanya.

"Andien memang harus tau, kamu harus kasih tau dia, dia mau percaya sama kamu atau enggak itu urusan nanti, yang terpenting kamu sudah mau menolong sahabat kamu" tutur Hana memberi Rania dukungan untuk menceritakan sesuatu tentang Revien pada Andien. "Mama percaya kamu bisa".

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang