40 "Penyesalan"

558 16 0
                                    

"Rania" sapa Revien pada Rania yang tengah melintas di parkiran sekolah hendak menunggu pak Maman supir keluarganya.

"Ya". Sahut Rania tanpa ekspresi.

"Ada yang mau aku omongin" ucap Revien perlahan dan sedikit ragu-ragu.

"Apa?".

"Em, tapi gak disini".

"Emang kenapa, ngomong aja" timpal Rania yang tak suka basa-basi.

"Ini penting".

Rania menghela napas sejenak. "Okey dimana?".

"Taman belakang" singkat Revien memberi tahu.

"Baik" jawab Rania setuju sembari langsung melangkah menuju Taman belakang sekolah diikuti Revien yang mengekor dibelakngnya.

Setelah kejadian itu, Rania merasa sangat canggung berada dihadapan Revien, meski sudah mengenalnya tapi Rania merasa kurang nyaman berada didekat Revien. Lain halnya dengan Ridho maupun Dana, Rania tidak merasa canggung sedikitpun, mungkin karena Ridho dan Dana selalu bersikap baik dan sangat care padanya.

"Apa?, katakan" pinta Rania setelah ia dan Revien sudah sampai di taman belakang sekolah.

Revien menghela napas sejenak sebelum mengatakan segalanya. "Ran, setelah apa yang terjadi selama ini, aku merasa amat tidak berarti" tutur Revien perlahan. "Aku merasa begitu bodoh, dan tak punya perasaan" sambungnya lagi. Rania mendengarkan dengan seksama meskipun memalingkan wajahnya dari hadapan Revien.

"Tapi kamu tahu, kalau semua itu terjadi karena aku merasa tak berdaya dan tak tahu harus bangaimana, aku jatuh cinta pada kamu dan sahabatku pun juga. Aku pikir sahabatku akan bahagia dengan kamu, tapi aku malah terluka, dan Dafa tak dapat apa-apa dari kamu selain rasa hormat sebagai kakak" tutur Revien membuat Rania terdiam dan kembali membayangkan dimana saat Revien mengatakan segalanya kenapa dia menjalin hubungan dengan Andien sahabatnya.

"Jika Dafa tak bisa memilikin kamu sebagai pendampingnya, aku mungkin punya kesempatan untuk dapatin hati kamu, tapi tentu itu akan melukai perasaan Dafa".

Rania masih terdiam mendengarkan ucapan Revien, Rania masih belum mengerti apa yang sebenarnya ingin Revien katakan padanya. Kenapa Revien malah mengatakan hal yang rumit padanya.

"Aku memilih untuk melupakan kamu, dan hidup dengan lembaran baru" Revien menghentikan ucapnnya sejenak menatap Rania yang masih memalingkan padangannya dari Revien. "Tapi ternyata aku gak bisa, aku gak bisa melupakan kamu Ran. Kenapa aku harus terjebak dengan cinta yang rumit ini, bagaimana bisa aku mencintai wanita sebaik kamu. Ran" tutur Revien seakan menyalahkan takdir atas semua kejadian ini.

Rania menghembuskan napas beratnya. "Lalu apa yang kakak inginkan?" Tanya Rania dengan setenang mungkin.

"Aku ingin kamu jadi bagian dari hidupku dan hari-hariku" ujar Revien seketika membuat Rania kaget tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Revien.

"Kakak ngomong apa sih, aku gak ngerti" ujar Rania seakan menolak pernyataan Revien padanya. Ucapan Revien semakin membuatnya tak nyaman.

"Aku ingin milikin hati kamu seutuhnya Ran, aku ingin kamu jadi kekasihku" ujar Revien memberi penegasan.

Butuh keberanian yang besar untuk Revien bisa mengatakan ini semua pada Rania, setelah apa yang terjadi selama ini, dimana dia harus melukai 3 wanita sekaligus yaitu Monica, Rania dan Andien.

Rania menghela nafas panjang. "Tapi aku tidak bisa" tegas Rania menolak.

"Tapi kenapa, Ran? Waktu itu....".

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang