31 "Benci"

568 17 0
                                        

"Jika kenyataannya Rania bahagia sama lo, gimana?".

"Cukup Daf, kalo lo sayang sama Rania, lo buktiin dong sama Rania, bahwa lo berhak dapetin hati dia, gue capek ngeyakinin lo" ujar Revien kesal melihat sikap pesimis dari sahabatnya itu.

"Daf, gue memang sayang sama Rania, gue juga gak mau kalau sampai ada orang yang berani nyakitin Rania, tapi lo liat sekarang malah gue yang telah tega nyakitin Rania, Rania gak pantes sama gue, meskipun Rania cinta sama gue tapi cintanya Rania hanya akan jadi luka buat dia, dan gue tau lo sayang sama Rania gue yakin hanya lo yang bisa bahagiain dia, bukan gue" tutur Revien rintih kembali meyakinkan Dafa jika Rania lebih baik bersamanya.

Dafa kembali memeluk sahabatnya itu sembari menutup matanya yang mulai berlinang. "Gue gak tahu harus gimana?, tapi lo adalah sahabat terbaik gue dari dulu sampai kapan pun" ungkap Dafa dengan nada pelan, bersyukur karena memiliki sahabat yang baik seperti Revien yang mau berkorban untuk dirinya.

"Lo juga sahabat terbaik gue, Daf".

"Uhhkk... hebat ya" ucap Ari seketika sembari bertepuk tangan melihat kedua sahabat itu saling berpelukan.

Mendengar suara Ari Dafa dan Revien segera melepaskan pelukan itu dan menatap heran pada Ari.

"Puas lo, puas lo berdua udah nyakitin perasaan Rania, kalian berdua sengaja kan bekerja sama untuk nyakitin Rania, jangan sok paling keren deh di sekolah ini, kalian berdua tuh gak lebih dari seorang bajingan" ujar Ari dengan nada penuh amarah dan tatapan tajam penuh kebencian. Entah apa yang membuat Ari begitu benci melihat Revien dan Dafa yang pasti rasa cintanya pada Rania membuat Ari tak bisa mengontrol emosinya saat tahu wanita yang dicintainya terluka.

"Eh, tutup mulut busuk lo itu ya, lo gak tau apa-apa" bentak Revien murka. Sebenarnya Revien tidak begitu mengenal Ari meski pernah bertemu dengannya, tapi tingkah Ari saat ini membuat Revien kesal.

"Gue memang gak tau apa-apa, yang gue tau adalah kalian berdua itu dan geng kalian itu hanyalah kumpulan cowok gak punya hati yang hanya bermodal tampan untuk ngegaet cewek lalu dijatohin gitu aja" maki Ari masih dengan tatapan penuh kebenciannya.

"B*ngs*t lo, lo pikir lo siapa berani ngomong gitu tentang gue dan sahabat-sahabat gue, lo bahkan gak pantes berdiri dihadapan gue" ujar Revien semakin murka sembari menunjuk wajah Ari dengan penuh amarah.

"Jangan mentang-mentang kalian berdua populer disekolah ini ya, kalian jadi bertingkah sesuka hati, gue gak takut sama kalian, gue benci liat muka munafik kalian" tutur Ari dengan tatapan sinisnya semakin membuat Revien tersulut emosinya.

Dafa yang sedari tadi terdiam pun tak bisa menahan emosinya, matanya mulai memerah, tatapannya mulai tajam, dan kepalan tangannya semakin kuat.

"Gue rasa lo yang munafik, denger ya cowok gila kayak lo itu gak pantes dapetin Rania" ucap Dafa dengan senyum sinis mencoba menahan emosinya. "Pantes Rania gak pernah suka sama lo, bajingan" lanjut Dafa memaki.

Tak suka dirinya disebut bajingan Ari tak bisa menahan emosinya dan..

Bukk.....

Sebuah tonjokan keras dari Ari mendarat tepat dipipi kiri Dafa.

Seketika Dafa pun tersungkur karena tak menyangka Ari akan bertindak sebrutal itu.

"Gila lo" maki Revien tak terima sahabatnya dipukul oleh Ari. Segera Revien mencoba membantu Dafa bangkit dari posisinya.

"ARIIII..." teriak Rania seketika berada tepat di belakang Ari dan menyaksikan bagaimana Ari memukul Dafa.

"Rania" Ari terngaga melihat Rania telah berada di belakangnya menatapnya dengan tatapan marah.

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang