23 "Pengkhianat"

495 13 0
                                    

“Apa yang tadi gue liat?” suara seorang wanita yang tak asing ditelinga Andien mengagetkan Andien.
      
“Virna!” Andien bangkit dari terperanjat mendapati Virna telah berada disampingnya, entah sejak kapan Virna ada disitu. Segera Andien menghapus air matanya yang sudah membasahi pipinya, mencoba menyembunyikan tangisnya dari sahabatnya.
       
“Apa yang gue liat tadi?” Tanya Virna lagi mengulang ucapannya, “lo jalan sama kak Revien?”. Lanjut Virna masih dengan sikap tenang.
       
“Vir, ak.....”
       
“Lo pacaran sama kak Revien?” bentak Virna menuduh dengan nada yang mulai meninggi, meskipun tuduhannya itu memang benar karena saat ini Revien adalah pacar Andien sahabatnya. “gue pikir lo tuh cewek baik dan polos yang sangat menyayangi Rania, gue pikir lo tuh cewek paling sempurna hingga membuat Rania sayang banget sama lo” sambung Virna dengan nada penuh amarah. “Entah apa yang membuat Rania begitu sangat bangga punya sahabat kaya lo”.
      
“Bahkan kini meskipun gue adalah sahabat Rania, tapi Rania terlalu sayang dan lebih peduli sama lo dari pada gue, gue sadar kok jika gue orang baru di hidup Rania.Tapi, gue sayang sama Rania, gue peduli sama Rania, dan saat ini apa yang gue liat tadi, orang yang Rania banggakan tega mencuri pangerannya, menghancurkan impiannya, lo tau Rania suka sama kak Revien, lo tau itu, lalu apa yang lo lakuin, Dien?. Lo tega ngekhianatin sahabat lo sendiri, gue gak tau kenapa Rania begitu percaya sama lo, dan menggap lo sebagai saudaranya sendiri”. Lanjut Virna dengan penuh isak.
      
Setelah hampir setengah tahun ia bersahabat dengan Rania, Virna sangat menyayangi Rania dan telah menganggap Rania sebagai saudaranya sendiri. Virna tidak pernah bisa membayangkan jika Rania akan sedih, Virna terlalu sakit membayangkan jika itu terjadi.
     
“Vir, aku...aku tau aku salah, tapi......”
     
Plakkk......
     
Sebuah tamparan keras telah melayang ke pipi Andien, tamparan itu sangat cepat hingga membuat Andien tidak menyadari Virna akan berbuat itu. Beberapa pasang mata yang berada di kafe itu menatap keduanya heran dan saling bertanya-tanya, tapi Virna tidak peduli dengan itu semua.
      
Andien menyentuh pipinya yang merah, tamparan itu memang sangat keras dan menyakitkan, tapi saat ini rasa sakit di hatinya lebih parah ketimbang tamparan itu. Air mata Andien mengalir sangat deras, ia tidak menyangka sahabatnya akan melakukan itu padanya.
      
“Sakit, sakit kan? Itu yang akan Rania rasakan, sakit” lanjut Virna dengan suara yang serak, tak hanya Andien Virna pun membiarkan air matanya mengalir dipipinya. “Lo tuh gak lebih dari seorang PENGKHIANAT, Dien”.
      
Deg, kata-kata itu menusuk sangat dalam dirongga dada Andien, sahabat tercintanya telah menganggapnya sebagai seorang pengkhianat saat ini. “Vir, dengerin aku, please” pinta Andien memohon.
      
“Gue gak mau dengen dan gue akan cerita semua ke Rania, gue pastiin lo gak bakal lagi jadi sahabat Rania” ancam Virna sembari berlalu meninggalkan Andien dengan langkah yang sangat cepat.
      
“Jangan Vir, jangan” teriak Andien mencoba mencegah namun Virna telah berlalu sangat cepat membawa amarah.

*****
     
“Revien....” teriak monica melihat Revien sudah berada di hadapannya, seketika Monica langsung memeluk erat tubuh Revien dan menangis di pundaknya dengan sangat kencang.
      
Melihat sikap Monica Revien menjadi bingung sekaligus khawatir, sebelumnya Monica menelpon Revien sembari menagis tapi Monica tidak menceritakan apa yang terjadi padanya, dia hanya meminta Revien untuk menemuinya.
      
“Ada apa?” tanya Revien pelan.
      
“Aku minta maaf, udah ngecewain kamu, Vien. Aku malah jalan sama cowok lain, aku pikir dia lebih baik dari pada kamu, aku pikir dia memang peduli sama aku” tutur Monica dengan nada tersendat-sendat.
       
“Maksud kamu apa?”
       
“Ternyata dia udah punya pacar, dia jadiin aku sebagai selingkuhannya, dia udah bohongin aku dan mama aku, Vien. Aku menyesal” jawab Monica terus terang sembari terus menahan tangisnya.
       
Revien melonggarkan pelukan Monica dan menatap wajah mantan kekasihnya itu. “Lalu, kamu ingin aku ngapain, ngehukum dia? Bikin dia masuk rumah sakit? Kamu ingin aku lakuin itu?” tanya Revien sembari mengangkat sebelah alisnya.
       
“Enggak vien, kamu gak perlu lakukan itu” jawab Monica menolak.
       
“Lalu?”
       
Monica menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. “Aku ingin kita bali kan lagi”.
       
“Apa?” ujar Revien seakan terkejut karena Revien sebenarnya Revien sudah yakin jika monica akan mengatakan itu.
       
“Aku tau aku jahat sama kamu, aku udah nyakitin kamu, dan memilih cowok brengsek itu, aku ingin memperbaiki segalanya, please beri aku kesempatan, Vien” bujuk Monica memohon.
      
Revien menatap lekat wajah wanita cantik dihadapan nya, Revien tidak bisa membohongi hatinya sendiri jika ia masih menyayangi Monica dan belum bisa melupakannya, meskipun saat ini ia tengah berpacaran dengan Andien tetap saja Monica masih ada di dalam hatinya.
      
“Maaf, aku gak bisa” singkat Revien mencoba menolak, bukan karena statusnya saat ini yang berpacaran dengan Andien yang membuatnya menolak Monica, tapi lebih tepatnya Revien masih sakit hati pada Monica yang telah tega mengkhianati cintanya.
      
“Tapi kenapa Vien? Kamu benci sama aku?” tanya Monica tak percaya Revien akan menolak permintaannya.
      
“Aku memang marah sama kamu, tapi aku gak pernah membenci kamu, Mon. Dan masalahnya sekarang udah ada wanita lain yang gantiin posisi kamu” tutur Revien menjelaskan alasannya menolak.
       
“Apa?” Monica membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang baru saja Revien katakan padanya, Monica menatap lekat wajah pria yang sangat ia cintai mencoba mencari tahu kebenaran yang diucapkannya. “Kamu bohong kan, Vien?”. ujar Monica lirih.
       
“Aku gak bohong, aku udah punya pacar sekarang”. Jujur Revien menegaskan.
      
Kebenaran ucapan Revien semakin membuat dada Monica sesak, Monica masih berharap jika ucapan Revien adalah bohong, ia berharap jika Revien hanya sedang membalaskan sakit hatinya saja. “Wanita mana yang bisa mengantikan posisi ku, Vien?”
       
“Dia sangat baik, dan sangat mengerti perasaan aku” jelas Revien mendeskripsikan sosok kekasihnya.
       
“Rania?” tanya Monica menebak. Bukan tanpa alasan Monica mengatakan itu, tapi sejauh yang ia tahu Revien sangat peduli pada Rania, dan Revien juga pernah membela Rania dihadapan Monica.
       
“Bukan” singkat Revien menegaskan.
       
“Lalu siapa?”.
       
“Sahabatnya Rania”. Jelas Revien memberi tahu.
       
“Siapa dia, apa dia lebih baik dari pada aku?” tanya monica berharap dugaannya salah.
       
“Dia lebih baik dari pada kamu” pelan, tapi ucapan Revien sangat menusuk di hati Monica, sejujurnya bukan itu jawaban yang ingin Monica dengar, tapi Revien telah membuat air mata Monica mulai tak terbendung lagi, mendapati orang yang dicintainya kini telah berpaling pada wanita lain. “Semudah itu kah, Vien. Kamu lupain aku, lupain kenangan kita, semudah itu kah kamu menggantikan posisi aku, saat aku masih mencintaimu, saat aku masih berharap kehadiranku, saat aku masih butuh kamu disampingku, Vien. Ku pikir aku bodoh karena ninggalin kamu untuk dia, tapi kamu sama aja vien, kamu malah berpaling untuk wanita lain, dan melupakan aku begitu saja” tutur Monica lirih.
       
“kamu sendiri bagaimana? Kamu bahkan tinggalin aku gitu aja untuk lelaki itu, kamu lupakan semua kenangan kita demi dia, kamu abaikan aku dan banding-bandingkan aku dengannya” tutur Revien dengan tatapan sangar. “Kamu yang buat aku begini, Mon. kamu campakkan aku hanya untuk pria bodoh itu, Seandainya itu tidak terjadi, seandainya pria itu tidak ada dan kamu tidak meninggalkan aku karena dia, semua ini gak akan terjadi, mungkin kamu masih pacarku saat ini” ujar Revien sembari memalingkan wajahnya dari hadapan Monica agar monica tidak menyadari jika ia juga sedang menangis.
       
“Tapi, kenyataannya saat ini adalah kamu sudah bukan pacarku lagi dan aku sudah punya wanita lain”. Revien segera menghapus air matanya yang mulai menetes di pipinya, bukan karena Revien seorang pria ia menyembunyikan tangisnya tapi karena Revien tidak ingin monica menganggap air matanya adalah tanda Revien masih menyayanginya. “Untuk pengkhianatan cowok itu, anggap aja itu pelajaran buat kamu”.
      
Monica tak tahan lagi berada dihadapan Revien, semakin ia menatap Revien, semakin membuat hati nya terluka, akhirnya monica memilih pergi meninggalkan Revien dan berlari sangat kencang menjauh dari pria yang pernah hadir dalam hidupnya itu.

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang