“Andien, mama mohon kamu mau ya, ikut pulang kampung” bujuk Intan pada putri semata wayangnya yang sedang berdandan didepan meja rias, sejak ia menjelaskan maksudnya untuk pulang ke Solo Andien menjadi pendiam dirumah dan tidak pernah mau diajak bicara oleh ibunya.
Semua tindakan Andien bukan tanpa alasan, Andien berharap mamanya akan mengurungkan niatnya untuk kembali ke Solo.
“Andien......”
“Hallo tante” ucap Andien menelpon seseorang tanpa memperdulikan ibunya yang sedang berada disampingnya. “Iya tante ini Andien, aku cuma mau bilang tolong sampaikan pada Rania, jika Andien akan berangkat lebih dulu ke pesta kiki” sambung Andien di telpon. “Iya terima kasih tante”.
“Dien, mama sedang bicara sama kamu, please kamu dengerin mama” bentak Intan mulai emosi saat Andien telah menutup telponnya. “Kamu sayang gak sih sama mama, sama nenek kamu?, kamu jangan egois kayak gini donk, ibu mama saat ini adalah prioritas mama, jadi kamu jangan minta mama untuk mengurungkan niat mama, mama hanya ingin berbakti pada ibu mama, hanya itu, kamu ngerti dong” tutur Intan dengan nafas tersenggal-senggal.
“Baik, kalau gitu mama pikirin nenek saja, dan gak usah mikirin aku” ucap Andien membentak balik ibundanya membuat dada intan sesak seketika, untuk pertama kalinya putri kesayangannya berani membentak dan melawannya. Setetes air mata pun mulai berlinang ke pipinya.
Sejak kecil Andien tidak pernah membangkang ucapan ibunya, ia selalu nurut dan tidak pernah mengeluh, Andien kecil selalu bisa membuat ibunya tersenyum dan bangga, tapi kali ini Andien justru telah membuat hati ibunya terluka.
“Assalamu'alaikum...” pamit Andien dengan tergesa-gesa meninggalkan ibunya yang sedang menagis.*****
Rania memoleskan sedikit lipstik warna merah kebibirnya dan blush-on ke pipinya. Rania mengamati wajahnya di cermin dan tersenyum sendiri melihat bayangannya terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang sengaja ia ikalkan ditambah lagi gaun merah pilihan Ari yang membuatnya terlihat lebih sempurna
Tok...tok.....
“Rania....” ujar Hana dari luar mengetuk pintu kamar putrinya.
“Masuk aja mah” ujar Rania sembari memperbaiki gaunnya.
Mamah Rania tersenyum memandangi putrinya yang terlihat sangat cantik. “Gak terasa ya, anak mama udah gede, perasaan baru kemarin mama gendong kamu, sekarang kamu udah remaja” Ujar Hana terus memandangi putrinya, putri kecilnya yang selalu ia manja dan banggakan kini telah menjelma menjadi seorang gadis yang sangat cantik. “Rasanya mama gak percaya ini, kamu cantik sekali” Puji Hana.
Rania memeluk erat tubuh ibunya yang selalu ia sayangi. “Rania memang semakin besar, tapi Rania tetap sama, Rania yang sayang sama mama” Ujar Rania manja.
“Mama juga akan selalu sayang sama kamu” ucap Hana sembari mengelus lembut punggung putrinya.
“Makasih ya mah, oh ya mah, Andien udah siap?” tanya Rania karena Andien biasanya selalu pergi bersamanya.
“Oh, Andien tadi bilang sama mama, kalau dia berangkat duluan” Tutur Hana menjelaskan, beberapa saat lalu Andien menelpon Hana untuk mengatakan jika dirinya pergi lebih dulu dan tidak akan pergi bersama Rania.
“Lho kenapa?” tanya Rania heran, Bagaimana mungkin Andien bisa pergi sendirian di malam hari dan kenapa Andien harus pergi lebih dulu.
“Mungkin Andien gak mau ganggu kamu sama Ari. Udah ah, Ari udah nunggu dari tadi lho” ujar Hana melepaskan pelukan putrinya teringat dengan Ari yang sedang menunggu Rania diluar.
“Oh ya” ucap Rania pura-pura kaget, karena sebenarnya ia sudah mengira jika Ari sudah datang.
“Ya udah yuk turun” ajak ibunda Rania sembari merangkul putrinya turun.*****
“Ari, maaf kamu jadi nunggu lama” ujar Rania setelah berada di teras rumahnya menemui Ari yang telah menunggunya lama.
Ari menatap Rania tanpa berkedip, kali ini wajah Rania mampu mengalihkan dunianya. Ari tak mampu menyembunyikan kekagumannya pada sosok gadis cantik dihadapannya yang tengah menggunakan gaun merah pilihannya.
“Nak Ari maaf ya, kalau Rania lama” tutur Hana merasa tidak enak pada Ari.
“Oh, ini Rania tante?” tanya Ari pura-pura tidak mengenali Rania. Rania menatap Ari dengan ekspresi jutek yang membuat Ari semakin gemas padanya.
“Ya iya dong, ini Rania anak tante” jawab Hana ikut tersenyum melihat ekspresi putrinya yang justru terlihat lucu.
“Kaget aja, anak tante cantik banget” puji Ari sembari melirik Rania yang terlihat malu dengan rona pipinya yang mulai memerah.
“Apaan sih, udah ah ayo berangkat” ujar Rania menghentikan pembicaraan Ari dan dan ibunya. Jika Rania membiarkan Ari terus bicara ia pasti semakin salah tinggalah dan merasa malu.
“Ya udah kalian berangkat, ingat jangan pulang malem-malem ya” Hana mengakhiri pembicaraan dan mulai masuk ke dalam rumah meninggalkan putrinya dan Ari.
Ari kembali memandang wanita cantik yang ada dihadapannya, Ari sama sekali tidak bosan memandangi Rania meskipun hampir setiap hari bertemu di sekolah apalagi kali ini Rania sangat cantik.
“Aku gak bohong, kamu cantik banget malam ini” ujar Ari jujur membuat pipi Rania semakin memerah.
“Kamu udah muji aku waktu mall” ucap Rania memanyunkan bibirnya.
“Di mall kan kamu gak pake make-up, sekarang cantik dengan make-up sederhana itu”. pada dasarnya Rania sudah cantik walau tanpa polesan make-up diwajahnya, saat di mall pun dengan gaun merah itu Rania cantik, apalagi kini ditambah dengan polesan make-up sederhana namun tetap terlihat menawan.
“Udah deh, nanti aku terbang lagi” Rania Sudah tidak tahan lagi mendengar banyak pujian dari Ari yang membuatnya semakin salah tingkah.
“Kalau kamu terbang, aku yang akan mendekapmu, supaya kamu gak jatuh”. Ari kali ini benar-benar membuat Rania berhenti bernafas. Mungkin isi kepala Ari semuanya berisi gombalan pada Rania.
“Udah ah, ayo berangkat” ajak Rania pura-pura kesal.
“Tar dulu, penampilan aku bagaimana?” tanya Ari meminta pendapat Rania akan penampilannya.
Rania mengamati dengan detail penampilan Ari dari kaki hingga rambut. Ari terlihat sangat rapi menggunakan stelan jas warna abu-abu dengan dalaman baju warna putih membuat Ari terlihat sangat tampan.
“Semuanya oke, tapi kayak ada yang kurang deh” ujar Rania seraya menyipitkan matanya disambut tatapan heran Ari.
“Apa?” tanya Ari penasaran sembari mengangkat kedua alisnya.
Rania melangkahkan kakinya pelan mendekati Ari hingga posisinya dan Ari hanya berjarak 20 cm. Kini giliran Ari yang mulai salah tingkah, nafasnya berhenti seketika dan jantungnya mulai berdetak kencang tidak karuan. Rania mengangkat tangan kanannya menyentuh puncak rambut Ari, perasaan Ari kali ini semakin tidak karuan. “Mati, detak jantung gue kenceng banget, jangan sampe Rania tau” batin Ari panik.
Rania tersenyum melihat Ari yang terlihat sangat tegang kemudian tangannya mulai merapihkan rambut Ari yang terlihat berantakan. “Kamu itu mau ke pesta, bukan tawuran” Ucap Rania setelah selesai merapihkan rambut Ari. Ari menghembuskan nafas lega dan mulai mengontrol detak jantungnya.
“Ya udah, ayo berangkat” ujar Ari dengan ekspresi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Fiksi Remaja#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...